Hati dicurahkan Kasih Sayang

274 38 3
                                    

Hidup ini hanya tentang menerima dan mengikhlaskan semua takdir mengukir kisah, sebagai pilihan yang menjadi ketetapan Tuhan menentukan kehidupan.

Tak ada yang bisa menentang keputusan Tuhan, sekalipun canda dan tawa hancur dalam sentakan semesta melukai hati manusia.

Namun,  Tuhan pasti  akan memberikan kebahagiaan dari setiap menggores asa, walaupun riuh membekas lara dalam fatamorgana.

Candra mempercayai Tuhan tak akan pernah membiarkannya menderita dalam tekanan, dan pada akhirnya ia mendapat perhatian Mama dan Papa, sekalipun dengan perlakuan sederhana mereka.

Mungkin bagi anak-anak lain, mendapatkan perhatian orang tua adalah hal yang biasa, tapi bagi Candra sangatlah luar biasa karena selama ini ia hanya tau bagaimana membuat mereka melihatnya dengan tatapan bangga walaupun mereka acuh tak acuh kepadanya.

Sudah lama rasanya ia tidak diantar ke sekolah oleh papanya, juga ada kembarannya--Bagaskara yang senantiasa menggenggam hangat tangannya.

Candra tak bisa menyembunyikan senyumannya bisa berada di situasi ini, bagaimana sang Papa sesekali menatapnya dengan senyuman dan berusaha menghidupkan suasana dengan obrolan santai.

"Nanti kalian ada kelas tambahan?"

Bagaskara dan Candra serentak menggeleng singkat.

"Enggak, Pa."

Radit terkekeh melihat kekompakan anak kembarnya. Ternyata ia melewatkan banyak moment selama ini, betapa lucunya tingkah si kembar.

"Bisa barengan gitu, ya?"

Candra tersipu malu mendengarnya, lain halnya dengan Bagaskara ikut tertawa bersamanya.

"Kan kami kembar, Pa. Dari segi apapun kami hampir mirip. Ya, kan, Dek?"

Candra mengangguk malu-malu kucing mengiyakannya.

Melihat respon Candra yang masih belum terbiasa atas perubahannya, Radit memakluminya. Ia paham, tidak mudah membuat anak bungsunya bisa terbuka dan lebih ekspresif seperti Bagaskara. Ia harus mendekatkan diri secara intens agar membuatnya nyaman.

Radit berdehem sambil melihat kaca spion yang mengarah kursi belakang, menarik perhatian si kembar, terutama Candra yang tadinya lebih banyak diam.

"Nanti Papa yang jemput kalian, nanti kita main ke mall bersama Mama. Sesekali kita quality time."

Candra langsung sumringah mendengar perkataan papanya, dan Bagaskara bersorak kegirangan seperti di hutan saking senangnya.

"Wah, beneran, Pa?! No tipu-tipu, kan?"

Radit tersenyum geli melihat reaksi si kembar. "Ya, benaran dong. Pulang sekolah nanti, kita jalan-jalan."

Perjalanan mereka dipenuhi dengan kecerian, hingga sampai di sekolah si kembar begitu tidak sabar menunggu jam pulang sekolah.

...

Candra duduk di bangkunya menunggu Bagaskara datang menjemputnya, bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Barang-barangnya sudah ia masukkan ke dalam tas, masih ada beberapa siswa yang masih sibuk berlalu lalang mengikuti ekstrakurikuler lain.

Candra sedikit tidak nyaman dengan temannya yang masih duduk di belakangnya. Padahal ia tau kalau temannya itu tidak ada kelas tambahan sepertinya hari ini.

Candra semakin terusik saat temannya itu berjalan mendekati bangkunya, berdiri di depannya dengan tatapan sinisnya.

"Lo jangan sok pinter deh!" cecarnya.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang