THE DARK WORLD - BAB 6

29 15 7
                                    

Di kantin.

Jam istirahat telah tiba, seperti biasa aku bersama Bagas makan bersama, walaupun hari ini aku membawa bekal, kita tetap makan di kantin karena kali ini Bagas yang tidak membawa makanan untuk dimakan pada jam istirahat.

Ada seorang siswi datang menghampiri Bagas. Aku tidak hapal siswa-siswi di sini. Aku anggap semua orang adalah orang baru. Dia menjulurkan tangannya ke Bagas untuk mengajak berjabat tangan. "Hai, Kak! Aku, Ranti. Anak kelas 11 IPA 1. Kalau boleh tahu, kakak namanya siapa? Baru di sekolah ini, ya? Kok aku baru tahu, ya?"

Bagas membalas jabat tangan tersebut dengan segera. "Gue, Nawa. Gue bukan anak baru kok. Oh, iya, kenalin ini Valencia sahabat gue." Bagas tanpa basa-basi dengan mimik muka yang berubah drastis seperti semangat mengenal orang baru.

Ini gue nggak salah dengar kan, dia nyebut dirinya Nawa? Terus pakai kata lo dan gue, ini gue yang halu atau gimana?

"Hemm, ya sudah, aku permisi dulu ya, Kak. Kapan-kapan kita ngobrol lebih panjang lagi. Bye!" Ranti lalu meninggalkan kami berdua.

"Lo? Gue? Nawa?" tanyaku penuh heran setelah kepergian Ranti.

"Lho, salah ya, gue?" Dia tersenyum semringah.

"Ya, nggak sih, hanya nggak biasanya saja, lo ngomong begitu. Biasanya kan aku dan kamu." Aku memalingkan wajah.

"Bukannya kita udah sering pakai gue dan lo?" raut wajahnya sangat kebingungan.

"Udah, udah, lupain saja. Lanjut makan saja." Aku berusaha mengubah topik pembicaraan. Aku semakin tidak mengerti akan dirinya. Berawal hanya dipesan dia berubah, ternyata aku tidak menyangka akan menyaksikannya secara langsung saat ini. Aku semakin bertanya-tanya dengan jati dirinya.

****

Jam pulang sekolah tiba, Bagas sudah kembali dengan bahasa yang dia pakai biasanya. Sepertinya dia salah makan atau terbentur tembok hingga ada kesalah teknis pada otaknya. Hari ini, dia berencana pulang lebih cepat dari sebelumnnya, sehingga dia tidak pulang bersamaku. Aku berjalan sendiri melewati rumah-rumah warga. Ada seseorang yang menghampiriku dari belakang. "Gue saranin untuk jauhin teman cowok lo itu, dia berbahaya buat lo." Dia menepuk-nepuk pundakku dari belakang.

"Bagas? Apa yang musti ditakutkan sama orang selugu dia?" nadaku meremehkan.

"Ketemu sama gue di tempat pertama kali kita ketemu jam 10 malam. Gue akan tunjukin semuanya." Dia berlari meninggalkanku setelah itu.

"Hey! Lo mau pergi ke mana, gue nggak tahu lo siapa!" teriakku.

"Kita di sisi yang sama!" sahutnya dengan teriakan.

"Hidup gue tuh, udah aneh! Bisa nggak sih, nggak usah dipertemukan dengan orang-orang aneh lagi, hhhh!" Aku menghela napas setelah itu.

Aku kembali berjalan menuju ke rumah. Setibanya di rumah, aku bergegas untuk membersihkan diri, dan juga membersihkan kamarku sebelum aku tiduri nantinya.

"Kamu udah makan belum?" Nenek menghampiriku ke dalam kamar.

"Belum, Nek. Nanti aku ke belakang ambil sendiri saja."

"Oh, ya sudah, itu ada telur balado ya, di belakang."

"Iya, Nek."

****

Hari sudah malam, sebentar lagi jam menunjukkan pukul 10 malam. Aku sempat ragu untuk menghampiri pria tadi, tetapi aku sangat penasaran apa yang ingin dia tunjukkan kepadaku nanti. Aku sudah rapih sejak pukul sembilan, hanya saja jantungku berdebar tidak karuan saat ingin beranjak pergi dari rumah. Aku rasa, aku harus memberanikan diri untuk menemuinya kali ini.

THE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang