Setelah makan usai, kami pergi dari kantin untuk kembali ke kelas. Saat melewati koridor sekolah, Noval, Bima, dan Rizky siswa yang sering mengganggu Bagas menghentikan langkah kami.
"Kenapa?" tanyaku jengkel.
"Nggak apa-apa sih, masih heran saja, kenapa lo mau temenan sama bocah kampung ini." Noval tersenyum mengucilkan.
"Bukan urusan lo, sih!" kataku jengkel. Aku menarik tangan Bagas untuk melewati mereka. Namun, sangat disayangkan, mereka tidak memberikan jalan sedikit pun untuk kami.
Bima mencubit daguku. "Lo cantik juga ya." Dia tersenyum menggoda. Aku menampih tangannya. "Ih, galak, lho!" Dia ingin menyentuh wajahku kembali.
Bagas menahan tangan Bima dengan wajah kesal. "Lo sentuh lagi, urusannya sama gue!" kata Bagas jengkel.
Aku sangat mengetahui, saat ini yang ada di hadapanku adalah Nawa. Bagas tidak mungkin bisa seberani ini kepada mereka. Aku hanya bisa terdiam memerhatikan keadaan yang menjadi kacau.
Bima melepaskan cengkraman tangan Bagas. "Wih, bocah kampung udah mulai berani ngelawan nih, ceritanya?" Dia dengan nada mengejek.
Bagas menggeleng dan tertawa mengucilkan. "Sejak kapan gue takut?"
"Ah, banyak bacot!" Bima berniat ingin memukul Bagas, namun bisa ditahan. Pemandangan yang terlihat aneh tapi nyata yaitu melihat Bagas berkelahi dengan orang yang dia takutkan selama ini. Sekarang aku mengerti bahwa sosok Nawa dapat membantu kehidupan Bagas sebagai perlindungan. Bagas terlihat memukul Bima beberapa kali, aku mencoba melerai. Beberapa siswa juga berkumpul melihat pertikaian ini termasuk Pak Yoko—Guru Bimbingan Konseling (BK).
"Gas, berhenti ya, Gas." Aku menjauhkan dirinya dari Bima. Dia tidak menatapku sama sekali dengan wajah penuh dendam menatap Bima sejak tadi. "Nawa," panggilku. Dia langsung menoleh. "Udah ya, ini arena sekolah, lo bisa ngerusak segalanya," jelasku canggung karena sangat asing memanggilnya dengan sebutan Nawa. Dia mengatur napas dan mengangguk pelan sambil tersenyum kecil kepadaku.
Aku, Bagas, Bima, dan juga kawan-kawannya dipanggil oleh Pak Yoto untuk ke ruangannya. Bagas menggenggam jemariku sejak berjalan menuju ke ruangan Pak Yoto. Jantungku berdegub kencang, sepertinya aku mulai menyukainya. Entah kepribadian mana yang aku sukai, aku cukup tersanjung karena hal tadi.
Di Ruang BK.
Pak Yoto ingin mendengarkan segala penjelasan dari segala sisi. Aku melihat sosok yang masih hadir adalah Nawa. Penjelasannya sangat menggebu-gebu, tidak mau kalah, dan penuh emosi.
"Boleh saya potong pembicaraanya, Pak?" Aku memotong.
"Iya, silakan," ujar Pak Yoko.
"Noval, Bima, dan Rizky selalu mengganggu Bagas ketika bertemu, Pak. Masalah tadi, Bagas membela saya karena Bima menggoda saya, Pak. Saya mohon maaf atas perkelahian tadi, saya rasa Bagas hanya membela saya sebagai temannya."
"Baik, saya terima penjelasannya. Kali ini saya masih kasih keringanan ke kalian dengan membersihkan seluruh toilet sekolah. Jika kalian mengulangi kesalahan, saya akan berikan hukuman skorsing, bahkan saya tidak segan untuk mengeluarkan kalian dari sekolah ini. Paham?" tegas Pak Yoko.
"Baik, Pak," sahut kami seksama.
Kami serempak keluar dari ruangan BK. Noval, Bima, dan Rizky medahului kami dengan wajah kesal. Tampaknya, mereka masih memiliki dendam perihal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACE
FantasyTHE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACE STORY BY BLOODY WOMAN Follow aku dulu sebelum membaca ya, agar kalian tidak ketinggalan untuk update ceritanya. Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca karena support kalian sangat berharga. BLURB ...