THE DARK WORLD - BAB 17

4 0 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 02:00 pagi. Aku terbangun karena mendengar suara gigi beradu tiada henti. Aku memeriksa Jonathan, ternyata gigi dia yang menimbulkan suara itu. Dia terlihat sangat kedinginan di bawah sana. "Jo, Jonathan," panggilku lembut. Jonathan terbangun dari tidurnya perlahan. Wajahnya sangat pucat, aku tidak tega melihatnya tersiksa seperti ini. "Kamu boleh tidur bersamaku."

"Kamu yakin?" tanyanya lesu.

Aku mengangguk. "Yakin, Jo!" Aku memberikan senyuman terbaikku.

Dia menaiki kasurku perlahan. Dia mulai merebahkan tubuhnya di sampingku dan menatap wajahku seperti tidak percaya hal ini terjadi. Dia mengelus pipiku berkala dan merapihkan rambutku yang menutupi wajah.

"Aku sangat mencintaimu, Valen," ujarnya penuh kesungguhan.

Aku mengangguk. "Aku bisa merasakannya. Apakah kamu bisa merasakan cintaku juga?"

"Tentu, hanya saja masih nggak menyangka kamu bisa mencintaiku juga, Valen," ujarnya. "Boleh aku mendapatkan pelukmu, Valen?"

Aku mengangguk dan mendekatkan tubuhku dengannya. Dia mendekapku sangat erat, tubuhnya terasa sangat dingin, sepertinya dia tidak terbiasa dengan udara di wilayah jania. "Tubuhmu dingin sekali bagaikan bulan di malam hari."

"Tubuhmu yang menghangatkan bulan di malam hari, kamu bagaikan matahari, Valencia."

"Kamu mulai tidur saja, aku akan tetap di dekapanmu."

"Selamat tidur, Matahariku."

"Good night, My Moon!"

****

Pagi sudah menyelimuti bumi, aku terbangun, dan masih di dalam dekapan Jonathan. Aku membangunkannya dengan mengelus punggungnya berkala. "Jo, bangun, sudah pagi," ujarku lembut.

Dia mulai membuka matanya dan menatap wajahku. "Pagi, Valencia," ujarnya dengan senyuman. Dia membangkitkan tubuh sambil mengusap-usap mata. "Kita hari ini sepertinya harus mempersiapkan diri untuk menjemput teman-temanku."

"Kita harus izin lebih dulu ke Alita."

"Pasti, habis ini kita ke Alita ya."

Kami akhirnya bersiap-siap untuk pergi dari jania menemui teman-teman Jonathan. Setelah selesai berkemas, kami berdua menemui Alita untuk meminta izin untuk meninggalkan jania. Kami sangat bersyukur, Alita mengizinkan kami karena baginya sudah aman dari ancaman wicked. Semalaman wicked juga tidak hadir di wilayah jania sama sekali. Akhirnya, kami berangkat untuk menjemput teman-teman Jonathan yang aku tidak ketahui di mana mereka berada.

****

Sudah seharian kami menyusuri hutan belantara. Di sini sangat sunyi dan tidak ada kehidupan sama sekali. Beberapa kali aku minta berhenti untuk beristirahat, sepertinya Jonathan sudah terbiasa akan hal ini, jadi aku melihatnya tidak merasakan lelah sejak tadi.

Hari sudah malam, aku dan Jonathan masih menyusuri hutan. Di sini sangat dingin dan gelap, aku menjadi takut karena terbawa suasana yang mencekam seperti ini. Ada seseorang berpakaian serba tertutup kain berwarna hitam, wajahnya juga ditutup kain yang terlihat hanya di bagian mata, dan kepalanya ditutupi tudung berwarna senada. Dia tiba-tiba mengunci leher Jonathan, namun Jonathan dapat menghindar, dan membalikkan tubuh. Orang ini langsung membuka tudung di kepalanya dan terlihat dia adalah seorang laki-laki. Dia membuka kain yang menutupi wajahnya, sekarang terlihat wajahnya yang tampan dan karismatik dengan beberapa bekas luka sayat di wajahnya.

"Aldo!" Jonathan langsung memeluk pria ini dengan penuh keakraban.

Pria ini langsung melepaskan dekapan dan meminta kami untuk mengikutinya. Akhirnya, kami dapat menemukan salah satu teman yang dicari sejak tadi. Dia mengajak kami ke sebuah gubuk tua dan usang, sepertinya ini adalah tempat persembunyiannya selama ini.

Kita diajak masuk ke dalam, di sini hanya terdapat penerangan dari api unggun yang ada di dalam gubuk ini. Dia berjalan menyiapkan minuman untuk kami dari air yang dimasak di atas api unggun. Dia kembali membawa minuman dan duduk di samping Jonathan saat ini.

"Valencia, ini Aldo. Salah satu temanku yang kita cari." Jo membuka pembicaraan denganku.

Aldo memberikan bahasa isyarat, aku tidak mengerti apa yang sedang dia ingin katakan kepadaku.

"Dia mengatakan 'Maaf jika aku nggak bicara, aku nggak memiliki lidah' gitu, Valen," jelas Jo kembali.

"Ah, iya aman, Kak, aku paham," sahutku.

Aldo kembali memberikan bahasa isyarat kembali kepada Jonathan.

"Sabrina gue yakin masih aman di persembunyiannya, Do. Kita memang sengaja untuk mencari lo berdua. Kaum jania sepakat untuk menyembuhkan kalian dan gue meyakinkan kalau kalian akan berpihak kepada mereka. Anggota sekte yang lainnya sekarang sudah merubah nama menjadi wicked setelah peperangan lalu. Mereka sedang mengincar kalung yang ada di Sabrina, Valencia, dan kaum jania, Do," jelas Jo.

Aldo memberikan bahasa isyarat kembali.

"Iya, kita memang harus menemukan Sabrina segera. Besok pagi kita akan pergi ke persembunyiannya. Lo harus ikut kita, ya!" Ajak Jo.

Aldo mengangguk. Dia mulai memberikan bahasa isyarat dan tersenyum menggoda ke arahku. Sepertinya dia sedang mengejek Jonathan karena membawaku ke sini.

"Ehhemm," Jo mendeham. "Bolehlah ya, pamer kalau sudah punya pasangan sekarang," gurau Jo, merangkulku.

Kami tertawa bersama setelah itu. Malam ini sepertinya kami bermalam di sini. Aku yakin perjalanan menuju persembunyian Sabrina akan lebih menantang lagi. Aku harus menyiapkan energi lebih untuk ini.

Sebelum tidur, aku sempat berbincang dengan Jonathan. Aldo terlihat sudah terlelap sejak tadi. Aku mengubah arah tidurku untuk menghadap Jonathan yang berada di samping kananku. "Jo, kenapa Aldo sekhawatir itu sama Sabrina?" Aku penasaran.

"Rasa sayang yang tinggi, itu yang menyebabkan kekhawatiran berlebih. Aldo kehilangan lidahnya karena melindungi Sabrina dari pencarian Bapak. Dia belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya, lalu melihat Sabrina dia langsung merasakan hal itu. Tapi sangat disayangkan, mereka nggak bisa bersatu," jelas Jo.

Aku mengerutkan dahi. "Kenapa dia nggak bisa bersatu sama Sabrina? Bukannya pengorbanannya sangat berat seperti itu?"

"Bukan hanya sekadar Sabrina sudah memiliki suami. Bapak mengatakan bahwa mereka sedarah, mereka sama-sama keturunannya."

"Aldo bernasib sangat malang. Memangnya dia nggak menemukan cintanya selain di Sabrina?" Aku semakin menggali.

"Aku rasa nggak, rasa cintanya masih ada hingga saat ini."

"Semoga Aldo dapat kebahagia setelah ini," lirihku.

"Aamiin, ya sudah, kamu tidur! Kita besok akan menjelajah lagi untuk bertemu dengan Sabrina," pintanya.

"Okidoki! Good night, handsome boy!" Aku langsung terlelap setelah itu.

***********************************************************************************************

Ahh, akhirnya mereka berdua bertemu dengan Aldo. Kalau kalian ingin tahu asal-usul Aldo, kalian bisa baca cerita SABRINA 2: CIRCLE OF DARKNESS di wattpad indrialee_

Follow aku dulu yuk, agar kalian dapat notifikasi untuk cerita terbarunya. Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca karena support kalian sangat berharga. Tunggu kelanjutan cerita THE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACE yang akan di-upload setiap Sabtu pukul 15:00 WIB. Stay Tune!

Sampai berjumpa lagi, para penganut Bloody Woman!

THE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang