Hari sudah mulai sore, keadaanku sudah sangat membaik dari sebelumnya. Jonathan mengajakku untuk berjalan-jalan menyusuri hutan sekitar rumah Sabrina. Aku menuruti saja kemauannya. Aku juga bosan jika harus berada di kamar seharian ini. Dia tidak henti menggenggam jemariku saat berjalan menyusuri jalan setapak demi setapak.
Jonathan mengajakku duduk di bawah pohon pinus. Udara di sini sangat sejuk, suara burung yang sedang berterbangan juga terdengar jelas, dan melihat pepohonan di sini membuat aku terasa sangat nyaman.
"Valencia," panggil Jonathan ketika aku sedang memerhatikan pepohonan. Aku menoleh, ternyata dia memberikan cincin emas berhiaskan batu seperti berlian berwarna putih kepadaku. "Valencia, mungkin waktunya nggak tepat, tetapi aku sudah menunggu kehadiranmu sangat lama, dan aku nggak mau menyia-nyiakannya. Valencia, mau kah kamu menjadi pasangan Jonathan untuk seumur hidupnya?" tanyanya penuh kesungguhan. Aku meneteskan air mata, aku sangat mencintainya, tetapi umurku masih 19 tahun, aku menjadi ragu dengan keputusanku sendiri. "Kenapa kamu diam, Valencia?"
"Hemm, Jo. Apakah nggak terlalu cepat?" tanyaku ragu.
Raut wajahnya berubah sedih. "Apakah kamu sebenarnya nggak mencintaiku, Valencia?" lirihnya.
"Sangat, aku sangat mencintaimu, Jo. Bahkan aku lebih takut kehilanganmu ketimbang bertemu dengan kematian. Hanya saja, umurku masih 19 tahun, aku menjadi ragu akan hal ini, Jo."
"Apakah hanya karena itu, Valencia? Bukan karena hal lain?" Dia memastikan.
Aku melingkarkan tanganku di lehernya dan meneteskan air mata setelah itu. "Aku ingin meminta maharnya adalah keselamatanmu setelah melawan wicked nanti dan aku akan menikah denganmu setelah aku mendapatkan itu. Apakah kamu bersedia memenuhi maharku?" tanyaku dalam linangan air mata.
Dia menghapus air mataku. "Jadi kamu takut menjadi janda ketika menikahiku sekarang, Valencia?" tanyanya dengan nada bergurau.
Aku tertawa kecil dan merapihkan rambutnya. "Bukan seperti itu maksudku, Jo. Aku hanya ingin selamanya sama kamu, menua bersamamu walau aku sudah yakin kamu nggak akan ikut menua, dan aku ingin sekali meninggalkan dunia ini berada di pangkuanmu. Sekarang itu keputusanmu, apakah kamu bersedia menemaniku hingga akhir hayat, Jo?"
"Aku bersedia, Valencia. Aku akan berusaha memberikan maharmu. Jadi, apakah kamu ingin menikahiku setelah maharmu diberikan, Valencia?"
Aku mengangguk. "Aku mau menikah denganmu. Aku mencintaimu, Jonathan!" Aku langsung mencium bibirnya setelah itu.
"Aku sangat mencintaimu, Valencia," ujarnya saat menyudahi ciuman ini.
"Aku juga. Jadi, apakah kamu mau memakaikan cincin itu di jemariku, sebagai simbol aku sudah terikat denganmu?" tanyaku dengan senyuman.
Dia tertawa bahagia. "Tentu saja, anak kecil!" Dia langsung memakaikan cincin itu di jari manis tangan kiriku.
Aku kembali mencium bibirnya dan memeluk erat tubuhnya setelah itu. "Terima kasih sudah hadir dalam hidupku, Jo!"
"Terima kasih juga sudah mau menerimaku di dalam hidupmu, Valencia." Dia melepaskan dekapan setelah itu.
Langit sudah menggelap, aku bersama Jonathan memutuskan kembali ke rumah. Aldo menghampiri kami dengan raut wajah sangat cemas saat baru saja tiba. Aku menjadi ikut cemas saat melihat raut wajah Aldo.
"Kenapa, Do?" tanya Jo cemas.
"Bapak mulai membuka koneksi dengan gue, Jo. Sepertinya dia lagi melacak keberadaan kita semua. Sebaiknya kita bergegas untuk pergi dari sini," jelas Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACE
FantasyTHE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACE STORY BY BLOODY WOMAN Follow aku dulu sebelum membaca ya, agar kalian tidak ketinggalan untuk update ceritanya. Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca karena support kalian sangat berharga. BLURB ...