Jam pulang sekolah telah tiba, aku bergegas membereskan buku-buku yang masih berada di meja. Bagas sudah pergi beranjak mendahuluiku. Aku cukup berpikir positif, kemungkinan rumahnya jauh, sehingga dia harus terburu-buru untuk pulang ke rumah.
Aku berjalan melewati koridor sekolah untuk menuju gerbang sekolah. Memang berbeda sekali dengan lingkungan di pusat kota yang sangat ramai, di sini ketika jam pulang sekolah semua segera beranjak pulang. Aku sama sekali tidak melihat ada aktivitas kembali setelah pulang seperti bercanda gurau atau pun nongkrong bersama teman di koridor sekolah. Mereka yang masih berada di lingkungan sekolah hanya menunggu jemputan saja. Akhirnya, aku bisa mengambil sisi positif dari kota ini, aku bisa menyendiri dengan sebebas mungkin tanpa harus menarik diri dari keramaian.
Aku berjalan setapak demi setapak untuk menuju ke rumah. Di sini tidak seperti pusat kota yang berjalan 1 meter saja sudah ada bangunan yang berdiri. Di sini jarak dari satu rumah ke rumah lainnya bisa seperti melongkap sekitar dua rumah di pusat kota. Warga sekitar sini tampak sangat mementingkan lingkungan, terlihat rumah-rumah mereka bersih dan ditanami banyak pepohonan di sekitarnya, tidak seperti pusat kota yang sulit mencari lahan luas untuk ditanami pepohonan untuk melestarikan lingkungan.
Sejak tadi, aku merasa diikuti oleh seseorang dari belakang. Aku menoleh ke belakang, namun hasil nihil. Aku mempercepat langkah, jantungku berdegub kencang karena rasa cemas hadir. Aku mendengar kembali langkah kaki berada di belakangku. Aku menoleh kembali, hasil pun tetap sama, tidak ada siapa pun di belakangku.
Sekitar beberapa menit, akhirnya aku sampai di rumah. Aku langsung mengunci pintu dan mencoba mengintip dari jendela ruang tamu. Aku membuka sedikit gorden yang berada di ruang tamu agar dapat melihat siapakah orang yang mengikutiku sejak tadi.
"Bagas!" sahutku spontan. Aku langsung membuka pintu. "Jadi dari tadi lo yang ngikutin, gue?" tanyaku tegas.
"Eeeee, iyaa," jawabnya gugup, menggaruk-garuk kening.
Aku menatapnya heran. "Lho! Ngapain ngikutin, gue?"
"Aku mau tahu rumah kamu, Valen. Cuman aku bingung ngomongnya gimana," jelasnya terbatah-batah.
"Ya ampun! Dari tadi gue sangka ada yang mau berbuat jahat tahu, nggak! Bilang saja nggak apa-apa, gue pasti ajak lo ke rumah, kalau memang lo mau tahu rumah gue di mana, Gas," jelasku tegas.
"Aku minta maaf ya, Valen. Aku nggak bakal ngulangin lagi. Lain kali, aku pasti bilang. Maaf ya, aku cukup sulit bersosialisasi," jelasnya, tersenyum ragu.
"Iya, Gas. Mau mampir dulu atau mau langsung pulang?"
"Eee, memangnya boleh kalau mampir dulu, Val?" Dia tercengang mendengar tawaranku.
"Ya boleh dong! Mau minum apa? Haus pasti kan, ngikutin gue?" tanyaku dengan nada bergurau.
"Eeee, apa saja, Valen," sahutnya ragu.
"Ya sudah, lo duduk saja ya, biar gue siapin dulu." Aku meninggalkannya untuk ke dapur menyiapkannya minum.
Sekitar beberapa menit, aku kembali sambil membawa dua gelas teh manis hangat dan beberapa jeruk untuk di hidangkan. Aku menaruh semuanya di atas meja teras rumahku. Tidak sengaja dia menjatuhkan beberapa jeruk dari tempatnya karena tersenggol oleh tas yang dia bawa. Aku menghentikan jeruk yang terjatuh hanya dengan membuka lebar telapak tanganku. Jeruk tersebut melayang layaknya waktu terhenti dengan sendirinya. Bagas tercengang melihat kemampuanku yang sangat aneh baginya. Dia membuka kaca mata dan mengusap-usap matanya secara berkala.
"Ini nyata, Valen?" Dia masih tercengang.
"Tentu, ambil aja jeruknya. Nggak apa-apa kok." Aku meyakinkannya. Dia mengambil jeruknya dengan perlahan. "Keep quiet, ini rahasia antara kita berdua!" Aku memelankan nada bicaraku.
"Okay, Valen!"
****
Sebelum azan magrib berkumandang, aku mengingatkan Bagas untuk pulang. Aku hanya takut dia kenapa-kenapa di jalan jika pulang hingga larut malam.
"Terima kasih ya, Valen. Aku senang akhirnya ada yang mau berteman denganku," jelasnya sebelum beranjak pulang.
"Aman, Gas." Aku memberikan senyuman. Dia beranjak pulang setelah itu.
Hari sudah mulai gelap, azan magrib sudah berkumandang. Aku bergegas untuk melaksanakan ibadah salat magrib dan aku berencana mengerjakan tugas yang diberikan tadi di sekolah setelah itu.
Jam menunjukkan pukul 21:00, aku masih mengerjakan tugas-tugasku. Ada notifikasi di handphone-ku yang menandakan ada pesan masuk melalui aplikasi WhatsApp. Aku membuka pesan itu dari nomor yang belum aku simpan sebelumnya.
[Valencia] isi pesan ini.
Aku langsung membalas pesan ini dengan wajah kebingungan. [Ini siapa?]
Tidak menunggu waktu lama, dia langsung membalas pesanku. [Abinawa] balasnya dengan emotikon senyum.
Aku semakin bingung dengan siapa orang yang mengiriman pesan ini. [Abinawa, siapa?]
[Bagas hehehe, nama panjangku Bagaspati Abinawa]
Aku menghela napas panjang dan mulai tenang membaca pesan ini. [Ohalah, gue kira siapa. By the way, dapat nomor gue dari mana?]
[Ada lah, hehe. Lagi sibuk?]
Aku menyandarkan tubuh ke belakang kursi dan menggelengkan kepala karena Bagas adalah tipe orang yang tidak seperti biasanya, menurutku dia cukup unik. [Lumayan, lagi ngerjain tugas kimia]
[Oh, okay. Semangat ngerjain tugasnya ya!]
[Okay, Gas] balasku terakhir.
Aku semakin bingung atas sikapnya yang super aneh melebihi diriku. Kemungkinan karena ini mengapa dia sampai saat ini tidak memiliki teman. Aku cukup terkejut ketika tadi dia mengikutiku saat pulang sekolah dan sekarang ditambah lagi dia tiba-tiba mengirimku pesan. Aku bingung dia mendapatkan nomorku dari mana. Aku hanyalah orang baru di desa dan di sekolah yang tidak mengetahui apa pun perihal semuanya.
***********************************************************************************************
Bagaimana cerita kali ini? Ada yang penasaran dengan sosok Bagas teman Valencia ini? Kalau ada, jujur kita sama. Bagaimana cerita di BAB selanjutnya yaaa? Hemmmm...
Follow aku dulu yuk, agar kalian tidak ketinggalan untuk update ceritanya. Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca ya, agar semakin semangat untuk lanjut ceritanya.
Tunggu kelanjutan cerita THE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACE yang akan update setiap hari Sabtu, pukul 15:00 WIB ya.
See you and thank you, para penganut Bloody Woman!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACE
FantasiaTHE DARK WORLD: THE POWER OF NECKLACE STORY BY BLOODY WOMAN Follow aku dulu sebelum membaca ya, agar kalian tidak ketinggalan untuk update ceritanya. Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca karena support kalian sangat berharga. BLURB ...