Dua hari ini Fiore tidak pulang karena kerja lembur. Salah satu pegawai minimarket sedang sakit. Ia mengirim pesan pada adiknya, bertanya tentang makan, obat, dan segala macam. Setelah tahu adiknya belum makan apa pun dari pagi, ia menelepon pemilik warung nasi di lantai dasar dan meminta agar diantar nasi untuk adiknya. Awalnya pemilik warung menolak karena tidak ingin bertemu Dornia. Hubungan keduanya tidak baik dari dulu tapi Fiore memohon-mohon.
"Bu, adik saya bisa mati kalau nggak makan. Kalau memang Ibu nggak mau ketemu Mama, minta tolong penjaga yang mengantar nasi. Saya sanggup memberi uang lebih."
Bujukannya berhasil, pemilik warung meminta tolong penjaga mengantar makanan, roti, serta air minum untuk Fariz dan melaporkan pada Fiore.
"Kasihan adikmu, lemas sekali karena nggak makan. Untung kamu masih ingat dia. Perempuan sialan itu sibuk main kartu!"
Hati Fiore teriris membaca pesan dari pemilik warung, merasa tidak berdaya dengan keadaan yang menimpa adiknya. Tidak banyak yang bisa dilakukannya sekarang selain memberi makan dan juga membeli obat-obatan untuk Fariz. Kalau keadaan tidak juga membaik, Fiore berencana membawa memasukkan adiknya ke sekolah asrama, dengan begitu Fariz akan punya kehidupan yang lebih baik dan bersosialisasi dengan banyak teman. Ia sudah mencari tahu tentang sekolah yang sesuai dan uangnya belum mencukupi saat ini.
Menjelang shift pertama berakhir, Fiore kedatangan tamu. Anne berdiri di dekat meja kasir dengan pandangan tajam. Fiore yang sedang melayani pembeli tidak mengindahkannya. Setelah tahu kabar soal adiknya, ia sedang tidak mood bicara dengan orang apalagi bertengkar. Fiore lupa kalau Anne jenis orang yang tidak bisa ditolak, begitu pegawai baru datang dan jam kerja berakhir, tanpa permisi ia dipaksa keluar. Di teras samping keduanya berhadapan, Fiore yang lelah memilih untuk duduk sementara Anne berdiri sambil berkacak pinggang.
"Apa lo yang ngasih tahu soal gue sama Rexton?"
Fiore mengyuagr rambut sambil memijat kepala yang pening."Lo ngomong apaan, sih?"
"Halah, jangan mungkir lo. Bener'kan Rexton tahu tentang gue sama Ardan dari lo?"
"Anne, kita temenan udah lama. Selama ini gue selalu tutup mata tentang semua hal yang lo lakuin, tapi masalah hubungan lo sama Rexton, gue nggak bisa tutup mata karena kalian berdua sama-sama teman gue."
"Ngaku juga lo! Kalau lo yang nyuruh Rexton ke apartemen Ardan."
Menatap Anne yang mengamuk dengan heran, Fiore tidak mengerti dengan pola pikirnya. " lo linglung atau bodoh? Emangnya gue yang tentuin kemana dan kapan Rexton mau antar makanan? Emangnya gue pemilik kedai mi? Gue juga yang minta Ardan pesan mi? Pakai otak sebelum ngomong!"
Anne berkacak pinggang, menatap Fiore dengan kemarahan terselubung. Tentu saja ia tahu kalau tuduhannya tidak mungkin terjadi. Hanya saja ia membutuhkan seseorang untuk disalahkan setelah apa yang terjadi. Masih teringat bagaimana peristiwa itu terjadi, tidak menyangka kalau pengantar makanan adalah Rexton. Ia senagaja memilih mi karena tidak ingin bertemu dengan Rexton yang terbiasa bekerja di kedai nasi, tapi justru menjadi hari apesnya. Hari itu, ia baru saja selesai bercinta dengan Ardan. Sengaja menginap untuk menemani kekasih barunya. Meski begitu ia masih belum rela melepaskan Rexton. Masih ingin bersama laki-laki yang selalu royal padanya. Ternyata bermain dua kaki tidak selamanya berjalan mulus.
"Gue tahu selama ini lo naksir Rexton."
Pernyataan Anne membuat Fiore tertegun. Tidak mengira kalau perasaannya bisa terlihat begitu jelas.
"Lo selalu bersikap jadi gadis baik dan perhatian sama Rexton, sayangnya dia malah milih gue dan bukannya lo. Pasti lo sakit hati dan iri bukan? Karena itu lo seneng saat tahu gue selingkuh? Gue kasih tahu biar lo paham. Kalau Rexton nggak mau putus sama gue, dia memohon biar gue tetap buat dia. Rexton itu cinta mati sama gue, gimana perasaan lo, hah?"
![](https://img.wattpad.com/cover/371581582-288-k107246.jpg)