Jika ada yang bertanya siapa orang yang paling dekat denganku, maka jawabannya bukanlah Emre, Ryan, dan Dave. Mereka bertiga adalah sahabat terbaik yang telah menemani keseharianku selama bertahun-tahun, terutama sepanjang masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja. Kami bertemu nyaris setiap hari. Pada hari kerja, kami bertemu di sekolah; hanya berpisah sebab jadwal kelas yang berbeda-beda, lalu berkumpul saat jam makan siang dan tentunya pada pulang sekolah untuk berlatih. Setelah sesi latihan usai, biasanya kami berempat akan berkumpul di rumah salah satu dari kami—yang paling sering adalah kafe milik keluarga Emre tentunya. Selain mendapat diskon khusus sahabat Emre, kami juga sering bermain basket di lapangan yang berada tepat di sebelah kafe. Lapangan yang menjadi saksi pertemuan keduaku bersama Zevania.
Serta jurnalnya.
Dan, bukan. Orang yang paling dekat denganku bukanlah Zevania. Selama 26 tahun terakhir. Mungkin jawabannya adalah iya—untuk masa depan. Dan, mungkin, predikat "orang paling dekat dengan Andrew" juga akan berpindah tangan mulai hari ini.
Ya, orang yang paling dekat denganku adalah Kate; kakakku yang akan menikah hari ini. Aku memang dekat dengan Mum, tetapi seperti seorang anak pada umumnya, ada beberapa hal yang kusembunyikan dari Mum. Orang yang selalu kuceritakan tentang apa pun yang terjadi dalam hidupku adalah Kate. Nyaris tidak ada satu pun hal yang kusembunyikan darinya. Mulai dari perasaan, kesalahan, hal memalukan, semuanya Kate tahu hingga ke akar-akarnya. Begitu juga dengan Kate padaku. Seumur hidup, tidak pernah sehari kulewatkan interaksi dengannya. Kami selalu pergi ke sekolah yang sama dan berpisah ketika Kate harus berkuliah di Paris demi mengejar cita-citanya menjadi seorang desainer. Rasanya tentu berat, tapi aku tidak pernah merasa Kate absen barang satu kali pun dalam hidupku. Jarak London-Paris tidak begitu jauh, aku kerap menggunakan segala media berkomunikasi selama bertahun-tahun dan ya, bisa dibilang aku sudah terbiasa dengan hubungan jarak jauh.
Dan, tentunya Kate tahu Zevania. Dialah orang pertama yang kuceritakan secara jujur mengenai perasaanku terhadap gadis itu. Salah satu alasan aku mempercayai Kate adalah dia selalu memberikan respons positif terhadap apa pun pilihanku. Tentu aku pernah berbuat salah, tapi Kate tidak pernah menyalahkanku. Kita semua menjalani kehidupan ini untuk pertama kali dan tidak ada yang sempurna dalam percobaan pertamanya. Tidak masalah untuk berbuat salah, yang terpenting adalah kita mau belajar dari kesalahan itu. Aku selalu ingat ucapan Kate tersebut. Kate adalah orang yang selalu menuntunku agar menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan Kate-lah yang mengajarkanku untuk melakukan dan memperjuangkan hal yang benar-benar kusukai, bukan orang lain sukai semata-mata agar aku disukai oleh mereka.
Pada hari ini, aku akan menjadi saksi Kate memulai kehidupan baru dengan keluarga kecilnya. Satu detik pasca dia berikrar, "I do" adalah momen yang menandai bahwa aku bukan lagi keluarga terdekatnya. Kate bilang suatu saat aku akan menjadi paman yang baik untuk anak-anaknya dan kubalas, "Kau juga akan menjadi seorang ibu dan istri yang baik." Dan ucapanku membuatnya menitikkan air mata. Aneh. Rasanya dia masih Kate, kakak yang lebih tua lima tahun dariku dan sok paling dewasa. Nyatanya memang benar, Kate selalu lebih dewasa, bukan hanya dari segi usia, tetapi juga mentalitasnya. Aku benar-benar bersyukur telah menjadi orang yang ditakdirkan menjadi adik dari seorang Katherine Amber Stanley yang sebenar lagi akan mengganti nama belakangnya itu.
"Aku masih tidak percaya kau akan menikah." Aku memotret Kate yang sedang dirapikan rambutnya oleh Mum. Kakakku terlihat berbeda hari ini. Rambutnya yang selalu panjang kini disanggul dengan kepangan di kedua sisi dan kanan. Gaun yang dirancangnya menjuntai dengan elegan di atas lantai kayu. Kate meminatkan desainnya pada gaun—berbagai jenis gaun—dan cita-cita terbesarnya adalah mengenakan gaun rancangannya untuk pernikahannya sendiri. Dan Kate bukanlah Katherine Stanley kalau tidak berhasil mewujudkan cita-citanya. Begitu dia dilamar oleh tunangannya, hal yang pertama disiapkan olehnya adalah rancangan gaun pernikahannya. Dia melakukan semuanya dari merancang, mengukur, menjahit, dan mencoba sendiri apakah gaunnya sudah cukup dan cocok untuknya. Dan, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Kate tampak seperti seorang ratu di hari spesialnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Lessons
Romance[BOOK #3 OF THE JOURNAL SERIES] London dan Zevania adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seolah ada benang tak kasat mata yang mengikatnya selama 10 tahun terakhir, Zevania kembali menapakkan kakinya ke kota itu. Masih London yang sama, dengan...