15 | Camden Market

123 38 89
                                    

Aku menghabiskan waktu selama sekitar satu jam di Highbury Fields bersama Andrew sebelum akhirnya kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan hari ini ke Camden Market di Camden Town, London Utara. Pasar yang paling terkenal di kalangan turis dan warga lokal ini dipenuhi toko-toko yang menjual segala macam barang, terdapat pula seniman jalanan, musisi, dan penjual makanan dari berbagai negara. Termasuk Indonesia. Aku pernah kemari bersama teman-temanku (baca: Annika, Ashley, Dylan, dan Tyler) dan menemukan stan makanan Indonesia. Semoga saja stan itu masih ada sehingga aku bisa mengajak Andrew mencicipi kuliner Indonesia.

"Market?" tanya Andrew tiba-tiba ketika kami memasuki gerbang masuk Camden Market. Awalnya aku bingung ketika dia menyebutkan satu kata acak dalam bahasa Inggris, sebelum akhirnya tersadar itu tandanya dia bertanya padaku kata dalam bahasa Indonesia-nya.

Buku kecil dan pulpennya ada di tanganku, untuk memudahkannya mencatat karena tangannya sudah penuh dengan kamera. Tidak henti-hentinya dia memotret jalanan yang barangkali sudah dilewatinya ribuan kali. Selain itu, aku juga dapat mencatatnya jauh lebih cepat daripada Andrew. Sebenarnya aku tidak tahu apakah cara ini efektif atau tidak untuknya agar dapat menguasai bahasa Indonesia. Awalnya kupikir dia hanya iseng untuk berbasa-basi, ternyata dia serius. Dia menunjukan riwayat tontonannya di Youtube tentang belajar bahasa Indonesia bagi pemula.

"Why are there so many ways of saying 'I' and 'you' like so many versions?" tanyanya kala kami memasuki gerbong tube dari Highbury and Islington menuju Camden Town, padahal kami belum membahas kata ganti. Baru kosa kata acak, kebanyakan kata benda yang tidak memerlukan tata bahasa.

Untuk menjawab pertanyaan itu, aku hanya menjelaskan singkat bahwa penggunaan kata ganti dalam bahasa Indonesia tergantung pada situasi dan lawan bicara. Sementara untuk amannya, aku memberitahu Andrew untuk menggunakan aku-kamu sebagai kata ganti. Lebih mudah juga untuk diucapkan. Andrew bilang mirip bahasa Jepang.

Terkadang aku iseng mengetesnya dengan bertanya kosa kata yang telah dipelajari dan benar katanya, dia dapat mengingat dengan cepat. Hanya saja dia masih bingung dengan huruf "E" yang memiliki dua cara pelafalan. Andrew terlihat lucu ketika dia kebingungan—dia tidak bisa menyembunyikannya. Aku juga suka dia tidak ragu untuk bertanya ketika mendapatkan kesulitan dan dia selalu membuatku merasa didengarkan. Ketika aku yang bertanya tentang sejarah tempat untuk sekadar berbasa-basi, Andrew tidak pernah menganggap pertanyaanku bodoh atau membuatku merasa tertinggal.

"Kau pernah kemari?" tanyanya.

Aku mengangguk, sedikit mencondongkan diriku ke belakang karena aku berjalan di depan Andrew. Jalanan Camden yang ramai membuat kami tidak leluasa bergerak. "Pernah waktu bersama Annika dan yang lainnya. Kau sering kemari?"

"Tidak. Terlalu ramai." Jawaban khas warga asli London yang diberikan oleh Andrew. "Hanya kemari untuk kerja."

"Mau coba street food Indonesia?"

"Sure. You lead, I'll follow." Suara Andrew terdengar dari belakang punggungku.

" Suara Andrew terdengar dari belakang punggungku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Journal: The LessonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang