Apakah normal merasa bahwa kau telah diselingkuhi karena orang yang kau pikir sangat mencintai London—kota kelahiranmu—berkata bahwa cinta pertamanya adalah kota lain yang sebenarnya kau sukai juga?
Aku merasa amat sangat dikhianati oleh Zevania begitu mengetahui bahwa sebelum dia terobsesi dengan London, dia lebih dulu menyukai Barcelona sebagai kota favoritnya. Sejujurnya aku juga lebih menyukai kota di Spanyol itu daripada kota kelahiranku. Hanya saja mendengarnya langsung dari mulut Zevania, orang yang paling cinta London, rasanya menyakitkan.
Dan, lebih parahnya, alasan dia menyukai London adalah karena dulu teman-teman sekolahnya menyukai Paris dan dia ingin berbeda jadi dia memilih London.
"Setiap aku berpura-pura menyukai sesuatu, lambat laun rasa suka itu akan muncul dengan sendirinya." Sebelum aku sempat memberikan respons, Zevania lebih dahulu memberi penjelasan. "Tidak berlaku ke semua hal yang kusukai saat ini. Entahlah. Sulit untuk menjelaskannya. Yang pasti sejak saat itu aku jadi jatuh cinta dengan London."
Kami beriringan menuruni tangga menuju pintu keluar Tate setelah puas berkeliling (yang lebih tepatnya puas mengobrol) sambil sesekali berhenti untuk memandangi karya seni yang Zevania dan aku sama-sama tidak memiliki minat pada bidang ini. Aku memang berkuliah desain interior, tetapi itu semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan Dad. Arsitektur terlalu sulit untuk kapasitas otakku jadi aku memilih desain interior.
Zevania mengakui bahwa dia buta seni tapi dia menghargai seni dan orang-orang yang berkecimpung dalam seni. Aku jarang mendengar Zevania membicarakan hal yang tidak disukainya.
"Kau menyukai London."
Zevania sedikit mengangkat kepalanya agar dapat bertemu mataku yang lebih tinggi darinya. "Itu pernyataan, benar?"
Aku mengangguk. "Dan kau menyukai merah. Lantas kenapa—"
"Oh, hentikan." Tadinya kupikir Zevania akan marah karena tidak membiarkanku melanjutkan pertanyaan. Namun, dia tersenyum seraya menggeleng kepala. "Aku tahu pertanyaanmu. Aku lebih dulu menyukai Manchester United sebelum London. Dan, warna favoritku sebelumnya adalah biru sampai akhirnya aku mengetahui istilah 'Manchester is red' jadi warna favoritku berubah."
Kini aku yang dibuat tersenyum sambil menggelengkan kepala setelah mendengarnya. Zevania dan aku selalu berbeda argumen jika sudah membahas tentang sepak bola. Dia benar. Dia menebak pertanyaanku dengan benar. Aku memang ingin bertanya mengapa dia tidak menyukai Arsenal mengingat kota favoritnya adalah London sementara warna favoritnya merah.
Istilah 'London is red' juga mengacu pada klub Arsenal. Itu juga alasan merah menjadi warna favoritku. Keluarga besarku sebenarnya adalah penggemar Manchester United seperti Zevania. Namun, karena aku lahir dan tumbuh dewasa di Islington, yang merupakan kandang Arsenal dan selalu dikelilingi oleh penggemarnya, membuatku jatuh cinta dengan klub berlogo meriam itu. Emre adalah orang yang paling berpengaruh dan berperan besar. Dia sangat mengagumi Mesut Özil dan berkeinginan untuk mengikuti jejaknya. Sekarang Emre bisa dibilang telah berhasil meraih impiannya, yaitu menjadi seorang pemain bola profesional. Dia memiliki dua kewarganegaraan: Inggris dan Turki. Pada usia 18, dia memilih Turki dan membelanya di Euro dan Piala Dunia. Senang rasanya setidaknya di antara kami berempat, ada satu yang berhasil mewujudkan impiannya.
"Apa rencanamu hari ini? Maksudku, tempat yang kau ingin kau kunjungi?" Kuharap Zevania tidak menjawab bahwa dia akan mengikuti proses syuting filmnya sepanjang hari. Aku sudah berjanji akan mengirimkan rekomendasi tempat jika hari ini aku bekerja tapi tidak kuturuti karena aku bisa menemaninya.
"Guess."
"Clue?" Pikirannya tidak bisa ditebak. Aku tidak akan terkejut jika dia menyebut Paddington yang ada di utara karena film tentang beruang yang terkenal itu. Kurasa hanya dia satu-satunya orang yang kukenal yang menonton film secara khusus karena latar filmnya, bukan alur atau aktornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Lessons
Romansa[BOOK #3 OF THE JOURNAL SERIES] London dan Zevania adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seolah ada benang tak kasat mata yang mengikatnya selama 10 tahun terakhir, Zevania kembali menapakkan kakinya ke kota itu. Masih London yang sama, dengan...