(Chapter 6)
Naruto tidak ragu untuk berbicara dengan Hinata agar mereka bisa menjadi lebih akrab. Ini juga merupakan upaya Naruto untuk mendapatkan teman, karena hanya Hinata yang mau mendengarkan dan melihatnya saat ia bermain basket di gedung sekolah.
Hinata bertepuk tangan dan berkata, "Hebat sekali." Mendengar pujian itu, Naruto merasa malu, namun dengan percaya diri ia meyakinkan dirinya bahwa ia cukup berbakat dalam bermain basket.
Dengan senyum lebar, Naruto mendekati Hinata yang duduk di bangku penonton. "Terima kasih, Hinata. Kamu satu-satunya yang melihat aku bermain," katanya dengan suara riang.
Hinata tersenyum malu-malu dan menundukkan kepalanya. "Aku suka melihatmu bermain, Naruto-kun. Kamu sangat berbakat."
Naruto duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdetak kencang setelah bermain. "Kenapa kamu selalu sendirian, Hinata? Aku jarang melihatmu bersama teman-teman."
Hinata menggigit bibirnya, merasa sedikit canggung. "Aku... aku tidak terlalu pandai bergaul dengan orang lain. Tapi, aku senang bisa mengobrol denganmu, Naruto-kun."
Naruto tersenyum hangat dan menepuk bahu Hinata dengan lembut. "Aku juga senang bisa ngobrol denganmu, Hinata. Mungkin kita bisa berteman baik, ya? Kita bisa saling membantu."
Hinata mengangguk pelan, merasa hangat di dalam hatinya. "Tentu, Naruto-kun. Aku akan senang sekali."
Mereka berdua duduk dalam keheningan yang nyaman, menikmati kebersamaan. Naruto merasa bahwa untuk pertama kalinya, ia menemukan seseorang yang benar-benar peduli padanya. Dan Hinata, dengan senyum lembut di wajahnya, merasa sedikit lebih berani menghadapi dunia.
"Besok aku punya pertandingan basket lagi. Kamu mau datang dan menonton?" tanya Naruto penuh harap.
Hinata mengangguk dengan antusias. "Tentu, Naruto-kun. Aku akan ada menonton pertandingannya."
Saat mereka berpisah, Naruto merasakan semangat baru membara dalam dirinya. Dan Hinata, dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya, merasa lebih kuat dan lebih percaya diri. Hari itu, mereka berdua menyadari bahwa persahabatan sejati telah mulai tumbuh di antara mereka.
Hinata perjalanan pulang dalam mobil dengan hati yang berbunga-bunga. Pikiran tentang Naruto terus memenuhi benaknya, membuatnya tersenyum sepanjang perjalanan. Sesampainya di rumah, Hinata segera menuju kamarnya. Ia duduk di meja belajarnya, tapi perhatiannya terus-menerus kembali ke momen-momen yang dihabiskan bersama Naruto.
"Naruto-kun..." gumamnya sambil menggambar lingkaran-lingkaran kecil di buku catatannya. "Aku senang bisa berbicara denganmu."
Sementara itu, Naruto sudah bersiap-siap untuk bekerja di kedai ramen. Di perjalanan menuju kedai, pikirannya terus kembali pada Hinata. Ia teringat senyumnya yang tulus dan bagaimana dia satu-satunya yang selalu mendukungnya saat bermain basket.
'Sungguh baik hati, Hinata,' pikir Naruto, merasa semangatnya meningkat. "Aku harus berusaha lebih keras lagi."
Di kedai ramen, Naruto bekerja dengan giat, seperti biasa. Tapi kali ini, ada senyum yang tidak bisa hilang dari wajahnya. Saat melayani pelanggan, ia membayangkan Hinata duduk di bangku penonton, menonton dia bermain basket dengan penuh perhatian. Pikiran itu membuat Naruto merasa hangat di dalam hati.
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri, Naruto?" tanya pemilik kedai.
"Ah, tidak apa-apa," jawab Naruto sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Cuma ada sesuatu yang menyenangkan di pikiran saya."
Pemilik kedai tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Kamu memang selalu ceria, Naruto. Teruslah begitu."
Sementara itu, di kamarnya, Hinata menulis di buku hariannya. Setiap kata yang ditulisnya mencerminkan perasaan bahagianya tentang pertemuannya dengan Naruto hari ini.
"Naruto-kun membuatku merasa lebih berani. Aku berharap bisa lebih sering berbicara dengannya," tulisnya sebelum menutup buku hariannya dan berbaring di tempat tidur.
Malam itu, sebelum tertidur, Hinata dan Naruto sama-sama merenungkan kebersamaan mereka dan bagaimana hal itu memberikan mereka kekuatan dan semangat baru. Persahabatan mereka yang baru tumbuh memberi harapan pada hati mereka, membuat mereka merasa tidak lagi sendirian di dunia yang besar ini.
Author: Yang mau Donasi Gopay, kalian bisa kirim ke nomor ini biar aku semangat!
Gopay: 082195988184
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanojo no Ai (NaruHina)
Fanfiction(Sinopsis) Di sebuah kota besar yang sibuk bernama Konoha City, hidup seorang anak laki-laki bernama Uzumaki Naruto. Naruto adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan dan sering merasa kesepian karena selalu diabaikan oleh teman-te...