Chapter 27

27 1 0
                                    

(Chapter 27)

Naruto menunggu dengan gelisah di taman kota, berharap waktu yang dijanjikan akan segera tiba. Dia melihat sekeliling untuk memastikan, "Sepertinya masih lama," gumamnya sambil memeriksa jam di ponsel pintarnya. Naruto datang satu jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan. "Aku terlalu bersemangat untuk bertemu Hinata," pikirnya sambil tersenyum. Dia membayangkan Hinata datang dan memanggil namanya, membuat hatinya berdebar.

Naruto membaca sesuatu di ponselnya: "Cinta... sesuatu yang membuat seseorang yang pertama kali jatuh cinta merasakan aliran perasaan yang menyengat, penuh dengan keintiman." Dia mengernyit, tidak benar-benar memahami apa yang dibacanya. "Keintiman? Apakah itu seperti pendekatan?" gumamnya. "Aku tidak mengerti," katanya sambil menghela napas panjang.

Naruto akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman, mencoba menenangkan kegelisahannya. Dia melihat beberapa keluarga yang sedang piknik, anak-anak yang bermain di ayunan, dan pasangan yang duduk di bangku taman berbicara dengan lembut. Semua pemandangan ini membuatnya semakin merindukan kehadiran Hinata.

Saat ia kembali ke tempat awal, waktu sudah hampir tiba. Naruto merasakan detak jantungnya semakin cepat. "Tenang, Naruto. Kamu hanya akan bertemu Hinata," katanya kepada dirinya sendiri, meski dia tahu bahwa perasaan ini lebih dari sekadar bertemu seorang teman.

Akhirnya, di kejauhan, dia melihat sosok Hinata yang sedang berjalan menuju arahnya. Senyum Naruto langsung merekah. "Hinata!" panggilnya dengan riang sambil melambaikan tangan. Hinata yang juga melihat Naruto, membalas senyumnya meski wajahnya sedikit memerah.

"Naruto-kun," sapa Hinata ketika sudah cukup dekat. "Maaf kalau aku sedikit terlambat."

"Tidak, aku yang datang terlalu awal," jawab Naruto sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. "Aku hanya... terlalu bersemangat untuk bertemu denganmu."

Hinata tersenyum mendengar pengakuan Naruto. "Aku juga senang bisa bertemu denganmu," ujarnya lembut. Mereka berdua kemudian mulai berjalan bersama menyusuri taman.

Namun, di balik senyum Hinata, menyimpan kekhawatiran tentang masa depan hubungan mereka. Naruto tidak tahu bahwa keluarga Hinata tidak menyetujuinya, dan Hinata sendiri masih merasakan tekanan besar dari ayahnya. Tapi untuk saat ini, Hinata memutuskan untuk menikmati kebersamaan ini, meski hanya sesaat.

Saat mereka duduk di bangku taman, Naruto mengambil napas dalam-dalam dan memandang Hinata dengan serius. "Hinata, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Sesuatu?" Hinata menatap mata Naruto, merasakan keseriusan dan kekuatan dalam kata-katanya.

Mereka berdua duduk dalam diam sejenak, merasakan semilir angin.

"Mungkin ini terdengar tidak masuk akal, aku akan jujur padamu. Aku selalu memikirkanmu, dan ada perasaan aneh yang kurasakan setiap kali aku memikirkanmu. Ini sangat asing bagiku. Setiap kali aku menyebut namamu, hatiku berdebar... aku tahu ini aneh," Naruto berbicara berbelit-belit, namun selama ucapan yang tidak tentu arah itu, Hinata memahaminya. "Aku tidak berniat menipumu atau berbohong padamu," Naruto memegang kedua tangan Hinata. "Aku ingin bilang kalau aku mencintaimu, Hinata-chan."

Hinata menatap Naruto dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Perasaan yang sudah lama dia pendam akhirnya Naruto mengungkapkan kalau dia mencintainya.

"Naruto-kun... aku..." suaranya bergetar dan dia menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku juga merasakan hal yang sama. Aku mencintaimu."

"..."

Naruto melihat air mata mulai mengalir di pipi Hinata. Dia merasakan campuran antara kebahagiaan dan kekhawatiran. "Hinata-chan, jangan menangis," katanya lembut, menghapus air mata di pipi Hinata dengan ibu jarinya.

Hinata tersenyum meski air mata terus mengalir. "Aku menangis karena aku bahagia. Aku selalu memikirkanmu, aku ingin mengatakannya, aku takut kalau kamu akan menolak... aku..."

Naruto merasa hatinya semakin hangat mendengar kata-kata Hinata. "Hinata-chan," Naruto menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak akan mungkin menolak jika kamu mengatakannya."

'Hinata-chan,' Setiap kali Naruto memanggilnya. Hinata selalu merasa berdebar-debar. Panggilan itu memberinya rasa nyaman dan kebahagiaan.

Mata Naruto bergetar; dia terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Segalanya terasa begitu mendadak dan asing. Meski ia tahu itu hanya bibir yang bersentuhan, ada sesuatu yang menggelitik hatinya. Tanpa berpikir panjang, ia mengikuti nalurinya dan melakukan apa yang dirasa harus dilakukan.

Bibir mereka bertemu dalam sentuhan lembut, mengalirkan kehangatan yang mengalir melalui tubuh Naruto. Detak jantungnya berpacu, berirama dengan detak jantung Hinata yang terasa dekat. Waktu seolah berhenti saat mereka terhanyut dalam momen itu, hanya ada mereka berdua di dunia ini.

Naruto bisa merasakan ketulusan dan keraguan dalam ciuman Hinata. Tangannya bergerak pelan, menyentuh pipinya dengan lembut, mencoba menenangkan getaran kecil yang ia rasakan. Hinata membalas sentuhannya, mengusap lembut rambut Naruto, merasakan setiap helai di sela-sela jarinya.

Saat mereka perlahan menjauh, mata mereka saling bertemu, menatap dalam, penuh dengan perasaan yang belum terucapkan. Naruto menarik napas dalam, mencoba mengumpulkan kata-kata, namun hanya bisa tersenyum, sebuah senyuman yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan.

Hinata tersipu, wajahnya memerah, tapi ada kilauan keberanian di matanya. "Naruto-kun," bisiknya lembut, suaranya hampir seperti angin yang berhembus di antara mereka, "aku... aku mencintaimu."

Naruto terdiam sejenak, hatinya meluap dengan emosi yang bercampur aduk. Menggenggam tangan Hinata dengan erat, menghangatkan jari-jarinya yang dingin.

Keduanya kembali tenggelam dalam keheningan yang nyaman, saling memandang dengan perasaan yang kini terungkap jelas. Dunia di sekitar mereka tampak menghilang, hanya ada mereka berdua, terhubung oleh ciuman pertama yang manis dan penuh makna.

Author: Yang mau Donasi Gopay, kalian bisa kirim ke nomor ini biar aku semangat!

Gopay: 082195988184

Kanojo no Ai (NaruHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang