(Chapter 30)
Hiashi memikirkan keputusan putrinya yang tidak masuk akal: berhubungan dengan seorang pemuda tanpa status apa pun. Dia tersenyum tipis, memikirkan bagaimana semua ini bisa terjadi, apa yang salah, dan di mana letak kesalahannya sehingga putrinya bisa seperti itu.
"Maafkan saya, saya tidak bisa bertindak cepat."
"Bukan salahmu," jawab Hiashi sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku rasa semua sudah salah sejak awal. Seharusnya aku tidak menyekolahkan dia di tempat seperti itu." Hiashi menatap tajam. "Urus anak itu. Ada rencana yang menarik agar putriku tidak keras kepala lagi."
"Saya akan melakukannya dengan rapi."
"Jangan terlalu berlebihan. Dia akan membenciku. Buat anak itu kesulitan dalam kehidupannya sampai Hinata mengambil keputusan sendiri," perintah Hiashi dengan suara dingin.
Hinata tinggal dengan Naruto di apartemen murah, jauh dari kemewahan yang biasa ia rasakan. Dinding-dindingnya kusam, perabotannya sederhana, dan udara pagi membawa dingin yang menusuk tulang. Meski begitu, setiap hari bersama Naruto adalah hari yang penuh kehangatan. Mereka saling mendukung dan berusaha keras untuk membangun kehidupan baru yang penuh kebahagiaan sederhana.
Suatu pagi, Hinata terbangun lebih awal. Dia melihat Naruto yang masih tertidur lelap di sampingnya. Senyumnya terukir di wajahnya saat melihat betapa damainya Naruto dalam tidurnya. Dia tahu bahwa mereka sedang menghadapi banyak tantangan, tetapi kehadiran Naruto memberikan kekuatan yang tak tergantikan.
"Naruto-kun," bisik Hinata sambil mengelus rambut Naruto dengan lembut. "Kita akan melewati ini bersama."
Naruto membuka mata perlahan, senyumnya merekah saat melihat Hinata. "Selamat pagi, Hinata-chan."
"Selamat pagi," jawab Hinata dengan senyum yang sama.
Mereka memulai hari dengan semangat baru. Naruto berangkat bekerja di ramen shop sementara Hinata berusaha mencari pekerjaan paruh waktu untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka. Meski lelah, semangat mereka tak pernah surut.
Namun, kehidupan tak semudah yang mereka harapkan. Rencana Hiashi mulai terlihat. Naruto mengalami berbagai kesulitan di tempat kerjanya. Pelanggan yang tidak ramah, masalah dengan rekan kerja, dan tekanan finansial mulai menumpuk. Tetapi Naruto tetap bertahan, tidak ingin menunjukkan kelemahannya kepada Hinata.
Sementara itu, Hinata juga merasakan tekanan. Dia sering kali mendapat panggilan dari keluarganya, menuntutnya untuk kembali. Tetapi dia menolak, tetap teguh pada keputusannya untuk bersama Naruto.
Malam itu, mereka duduk bersama di balkon apartemen mereka, menatap langit yang penuh bintang. Naruto meraih tangan Hinata dan menggenggamnya erat.
"Kita bisa melewati ini, Hinata-chan. Aku janji," kata Naruto dengan suara penuh keyakinan.
Hinata mengangguk, "Aku tahu, Naruto-kun. Aku percaya padamu."
Di tempat lain, di kediaman keluarga Hyuga yang megah, Hiashi menerima tamunya di ruang tamu yang luas dan berdekorasi mewah. Asuma berdiri di hadapannya dengan sikap hormat, siap melaporkan hasil pengamatannya.
"Asuma," Hiashi memulai dengan suara tenang namun tegas, "Bagaimana keadaan putriku dan pemuda itu?"
Asuma mengangguk pelan, "Pemuda itu mengalami kesulitan di tempat kerjanya seperti yang direncanakan, Tuan. Dia menghadapi tekanan dari berbagai sisi, tetapi sejauh ini dia tetap bertahan."
"Mm..." Hiashi tersenyum tipis, matanya memancarkan kepuasan dingin. " Kita lihat sampai kapan dia bisa bertahan. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana, tapi ingat. Aku tidak ingin Hinata terluka."
"Tentu, Tuan. Saya akan memastikan semuanya tetap terkendali," jawab Asuma dengan suara mantap.
Hiashi mengangguk, lalu melambaikan tangannya sebagai tanda bahwa pertemuan mereka selesai. Asuma membungkuk hormat sebelum meninggalkan ruangan, meninggalkan Hiashi dalam pikiran mendalam.
Author: Yang mau Donasi Gopay, kalian bisa kirim ke nomor ini biar aku semangat!
Gopay: 082195988184
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanojo no Ai (NaruHina)
Fanfic(Sinopsis) Di sebuah kota besar yang sibuk bernama Konoha City, hidup seorang anak laki-laki bernama Uzumaki Naruto. Naruto adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan dan sering merasa kesepian karena selalu diabaikan oleh teman-te...