Chapter 13

30 2 0
                                    

(Chapter 13)

Dia dengan bangga menghirup udara dalam ruang kamar yang menjadi tempat tinggal. Hanya ada satu kamar dan kamar mandi, dengan tempat tidur dan meja belajar. "Sudah saatnya bagiku untuk mandiri. Aku akan berusaha lebih keras untuk mengumpulkan uang!" Mimpi untuk menjadi orang sukses dan kaya masih jelas terbayang dalam pikirannya.

Naruto bersiap-siap untuk membersihkan kamar kecilnya. Dia mengangkat sikat sapu kecil dari sudut ruangan dan mulai membersihkan lantai yang berdebu. Sambil membersihkan, dia memikirkan tentang cita-citanya untuk sukses dan kaya. Pikirannya terus kembali pada Hinata.

Namun, meskipun hidupnya sederhana dan terbatas, Naruto tetap bersyukur. Dia menganggap kamar kecil ini sebagai tempat yang memberinya kebebasan untuk bermimpi dan merencanakan masa depannya sendiri.

Saat Naruto membersihkan lantai, dia membiarkan pikirannya melayang pada Hinata.

"Dia pasti memiliki tekanan yang besar," sambil Naruto mengangkat beberapa buku yang tersebar di lantai. "Seperti aku, dia juga menghadapi tantangan besar dari keluarganya."

Sambil mengumpulkan barang-barang kecil dari lantai, Naruto menyusunnya rapi di atas meja belajarnya. Dia merenung sejenak, mencoba mengekspresikan perasaannya yang terpendam.

"Hinata, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padamu," gumamnya perlahan. "Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini. Mungkin kita berbeda, tapi aku yakin kita bisa saling mendukung."

Dengan mengakhiri pikirannya yang mendalam, Naruto menyelesaikan membersihkan kamar dengan hati yang penuh harapan.

Iruka tersenyum hangat melihat Naruto. "Kamu tumbuh menjadi anak yang baik, Naruto," ujarnya dengan penuh kebanggaan.

Naruto merasa hangat di hatinya mendengar kata-kata Iruka. "Terima kasih, Guru. Saya belajar banyak dari Anda," jawabnya tulus.

Iruka mengangguk, lalu menatap Naruto dengan penuh perhatian. "Bagaimana kehidupanmu sekarang, Naruto? Apa yang kamu lakukan setelah lulus dari SMP?"

Naruto menceritakan dengan antusiasme tentang perjalanannya setelah lulus, termasuk saat bekerja di kedai ramen dan tantangan-tantangan yang dihadapinya.

Iruka mendengarkan dengan penuh perhatian, tersenyum bangga melihat perkembangan Naruto. "Aku senang melihatmu tumbuh menjadi anak yang tangguh dan bertanggung jawab."

Naruto tersenyum, merasa sangat bersyukur bisa bertemu lagi dengan Iruka, sosok yang pernah begitu berarti dalam hidupnya.

Naruto melanjutkan ceritanya kepada Iruka, merincikan bagaimana ia belajar mengelola waktu antara pekerjaannya di kedai ramen dan kewajibannya di sekolah. Ia juga berbagi tentang impian masa depannya untuk bisa meraih kesuksesan yang membuatnya bangga.

Iruka mendengarkan dengan penuh perhatian, terkesan dengan semangat Naruto dalam menghadapi tantangan hidup. "Kamu sudah menemukan jalanmu sendiri dengan baik, Naruto."

Naruto tersenyum, merasa terharu dengan dukungan dan pengakuan dari Iruka. "Terima kasih, Guru. Saya belajar banyak dari Anda tentang kehidupan dan tekad."

Iruka tersenyum hangat. "Kamu akan mencapai apa yang kamu impikan, Naruto. Teruslah berjuang dan jaga semangatmu yang luar biasa."

Naruto mengangguk mantap. "Saya akan, Guru. Saya akan berusaha keras untuk meraih impian saya."

Setelah mereka berpisah, Naruto kembali sibuk dengan kehidupannya di kedai ramen. Dia semakin bersemangat, rajin menabung untuk masa depannya. Namun, dengan datangnya musim gugur, dia merasa waktu berlalu begitu cepat. Naruto menggenggam tangannya erat-erat, tidak ingin melewatkan momen berharga yang terus berputar.

Saat Naruto hendak pergi keluar dan melihat iklan ponsel pintar, dia merasa malu pada dirinya sendiri karena tidak memiliki ponsel. Dia teringat saat dengan canggungnya mengatakan pada Hinata bahwa tidak memiliki ponsel.

Author: Yang mau Donasi Gopay, kalian bisa kirim ke nomor ini biar aku semangat!

Gopay: 082195988184

Kanojo no Ai (NaruHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang