(Chapter 16)
Naruto tidak menyangka bahwa Sasuke juga mengalami hal yang hampir serupa. Tidak ada sosok ayah dan ibu yang hadir untuknya sejak kecil. Namun, pemuda itu masih beruntung memiliki seorang kakak laki-laki yang selalu mendukungnya. Berbeda dengan siswa lain yang sering merasa iri pada Sasuke karena popularitasnya di kalangan siswi, Naruto tidak pernah merasakan hal tersebut.
"Lucu sekali, merasa iri lalu menyebarkan aib seseorang seperti itu," pikir Naruto sambil menggelengkan kepala.
Naruto tidak pernah mengerti mengapa orang-orang begitu terobsesi dengan popularitas dan penampilan luar seseorang. Baginya, apa yang ada di dalam hati seseorang jauh lebih penting. Dia menghargai kejujuran dan ketulusan, sesuatu yang jarang ditemuinya di dunia yang penuh dengan kepura-puraan ini.
Saat bel tanda istirahat berbunyi, Naruto melihat Sasuke duduk sendirian di bawah pohon besar di sudut lapangan. Tanpa ragu, dia berjalan mendekati Sasuke dan duduk di sebelahnya.
"Sasuke," sapa Naruto ceria.
Sasuke menoleh, sejenak tampak terkejut dengan kehadiran Naruto.
"Ada apa?" tanya Sasuke, matanya memandang tajam ke arah Naruto.
Naruto, dengan senyum cerahnya, merangkul pundak Sasuke. "Aku ingin bicara denganmu."
Sasuke mendengus dan menyingkirkan tangan Naruto dari pundaknya. "Singkirkan tanganmu."
Naruto tertawa kecil. "Ayolah, jangan terlalu jahat. Aku ingin belajar darimu."
"Belajar? Apa yang kau inginkan?" Sasuke menatap Naruto dengan rasa ingin tahu.
Naruto menghela napas, wajahnya serius. "Aku tidak cukup baik dalam bermain basket. Karena kamu, kita bisa menang. Aku juga ingin hebat sepertimu."
Sasuke terdiam sejenak, kemudian berkata pelan, "Sepertiku, ya..."
Naruto menatap Sasuke dengan harapan. "Ya, sepertimu. Kau selalu tenang dan penuh percaya diri di lapangan. Aku ingin tahu bagaimana caranya."
Sasuke menatap Naruto dengan mata yang lebih lembut dari biasanya. "Itu bukan sesuatu yang bisa diajarkan dengan mudah. Butuh latihan, kesabaran, dan tekad."
"Aku punya semua itu," kata Naruto dengan semangat. "Aku hanya butuh bimbingan."
Sasuke menghela napas dalam-dalam, lalu mengangguk perlahan. "Baiklah. Besok pagi, kita mulai latihan bersama. Tapi jangan berharap ini akan mudah."
Senyum lebar muncul di wajah Naruto. "Terima kasih, Sasuke! Aku tidak akan mengecewakanmu."
Sasuke hanya mengangguk singkat. "Pastikan kau siap. Aku tidak akan mengurangi intensitas latihannya hanya karena kau memintanya."
Naruto mengangguk dengan semangat.
Keesokan paginya, Naruto tiba di lapangan basket lebih awal dari biasanya. Matahari memberikan cahaya lembut yang menyelimuti lapangan. Naruto sudah melakukan pemanasan ketika Sasuke datang dengan bola basket di tangannya.
"Siap?" tanya Sasuke, suaranya serius.
Naruto mengangguk dengan penuh semangat. "Siap!"
Sasuke mengangguk dan memulai sesi latihan. "Kita mulai dengan dribbling dasar. Kau harus bisa mengendalikan bola dengan sempurna sebelum mencoba hal yang lebih sulit."
Naruto mengikuti instruksi Sasuke dengan tekun, meskipun tangannya mulai terasa pegal. "Caramu ini lebih sulit dari yang aku kira," kata Naruto sambil tertawa kecil.
"Fokus," kata Sasuke tanpa senyum. "Kontrol bola adalah dasar dari semua teknik basket. Jika kau tidak menguasainya, kau tidak akan bisa bermain dengan baik."
Naruto mengangguk dan kembali fokus pada latihan. Sasuke mengawasi setiap gerakannya, memberikan koreksi dan saran yang tepat. Setelah beberapa waktu, mereka beralih ke latihan passing dan shooting.
"Berpikir cepat dan bergerak cepat," kata Sasuke sambil melempar bola ke arah Naruto. "Kau harus bisa mengantisipasi gerakan lawan dan rekan satu timmu."
Naruto menangkap bola dan segera melemparkannya kembali ke Sasuke. "Aku akan mencobanya."
Latihan terus berlanjut dengan intensitas yang semakin meningkat. Sasuke tidak pernah berhenti memberi instruksi dan dorongan. Naruto, meskipun lelah, merasa semangatnya terus menyala. Dia bisa merasakan dirinya semakin baik setiap menitnya.
Setelah beberapa jam, Sasuke akhirnya menghentikan latihan. "Kau sudah menunjukkan kemajuan. Tapi ingat, ini baru permulaan."
Naruto, terengah-engah dan berkeringat, tersenyum lebar. "Terima kasih, Sasuke. Aku tidak akan menyerah."
Sasuke menepuk pundak Naruto dengan ringan. "Bagus. Kita akan latihan lagi besok. Bersiaplah."
Naruto mengangguk dengan penuh semangat. "Aku akan siap. Terima kasih lagi, Sasuke."
Author: Yang mau Donasi Gopay, kalian bisa kirim ke nomor ini biar aku semangat!
Gopay: 082195988184
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanojo no Ai (NaruHina)
Fiksi Penggemar(Sinopsis) Di sebuah kota besar yang sibuk bernama Konoha City, hidup seorang anak laki-laki bernama Uzumaki Naruto. Naruto adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan dan sering merasa kesepian karena selalu diabaikan oleh teman-te...