Bab 2 - Ryo

15 8 2
                                    

1.

Natsume remaja menjelma sosok perempuan yang sangat cantik dan memiliki sikap yang begitu ramah.

Setelah naik tingkat menuju Kōkō⁶, Natsume mulai semakin giat belajar, agar kelak dapat diterima di Daigaku⁷ yang ia idamkan. Saat setelah beranjak dewasa, Natsume menemukan satu kegemaran yang ingin sekali ia tekuni, dan menjadi bagian dari hidupnya kelak, di masa depan.

Saat setelah naik tingkat, Jun masih setia menjadi teman baik bagi Natsume. Mereka berada dalam satu ruang lingkup yang sama di sekolah, dan menjadi teman satu kelas. Di sekolah mereka tersebut, teman-teman mereka seolah memandang mereka dengan sebelah mata, karena mereka hanya seseorang yang berada dalam keluarga kalangan menengah bawah, dan tinggal dalam lingkup kehidupan seorang Petani.

"Kalau aku jadi Artis nanti, mereka pasti akan menyesal karena tidak menjadikanku teman!" gerutu Jun yang kesal terhadap teman-teman di kelasnya. Impian Jun yang masih sama dari dulu itu, hanya membuat Natsume tertawa tipis, seraya membayangkan bagaimana ia dulu sering sekali membicarakan hal tersebut.

"Omong-omong, bagaimana kabar ibumu, Jun? Apakah susah membaik?" tanya Natsume. Saat itu, ibunya Jun tengah menderita sebuah penyakit yang tidak diketahui apa akibatnya. Seharusnya, ibunya itu sudah dibawa ke rumah sakit di kota, namun keadaan keluarga Jun yang sangat memperihatinkan, membuat ibunya Jun harus rela dirawat di rumah.

"Tidak ada perkembangan, Natsume-chan," jawab Jun, lirih.

"Semoga ibumu lekas sembuh ya, Jun..."

Jun mengangguk. "Ya, aku pun berharap begitu," timpalnya, dengan menunduk dan lesu.

Saat di tengah perjalanan pulang dari sekolah. Mereka berdua mendengar suara seekor kucing, seperti merintih kesakitan. Mereka pun menelusuri di mana keberadaan sumber suara tersebut, hingga kemudian menemukan seekor kucing kurus yang tampak kelaparan dan kesepian. Kucing yang memiliki tiga warna: putih, jingga, dan hitam tersebut kemudian dibawa oleh Natsume ke rumahnya untuk ia rawat. "Aku tidak mungkin jika harus membawa kucing ini, yang ada nanti ayahku akan marah," ucap Jun.

Natsume mengangkat kucing malang tersebut. "Ya sudah, biar aku saja yang merawatnya," katanya kemudian.

2.

Beberapa menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi, Natsume bergegas untuk merapikan buku-buku pelajaran miliknya. Hari itu, ia sudah berjanji untuk mengajak jalan-jalan Ryo menuju danau, tempat di mana ia biasa menikmati secangkir teh bersama langit keemasan.

Ryo...itulah nama yang diberikan Natsume untuk kucing yang ia temukan tempo hari. Kucing tersebut kini tampak ceria karena sudah menemukan rumah untuk pulang baginya. Begitu pun Natsume, ia sangat senang sekali bisa bertemu dengan Ryo dan menjadikannya sebagai teman baru. Hikaru pun merasakan hal serupa. Kegemasan Ryo membuat seisi rumah Natsume menjadi lebih hidup semenjak kedatangannya.

"Kak, apakah aku boleh ikut jalan-jalan dengan Ryo?" tanya Hikaru, saat melihat Natsume mulai bergegas untuk pergi ke danau, di sore hari yang cerah, di Suwa.

Natsume mengangguk. "Ayo, Hikaru-kun!" ucapnya.

"Yosha! Iku ze!⁸"

Sudah sembilan tahun terhitung Natsume dan Hikaru tinggal di rumah sang nenek. Itu adalah sebuah perjalanan hidup yang membuat Natsume semakin berpikir, bahwa tingkat kebahagiaan seseorang bukanlah dari uang, atau strata ekonomi semata. Kebahagiaan juga dapat diambil dari sebuah perjalanan di mana ia dapat melihat sosok keluarga yang bahagia, berkumpul di meja makan, dengan segala cerita yang tumpah di sana. Kaori selalu mengajarkan kepada kedua cucunya untuk tetap menjalankan prinsip hidup sebagai seseorang yang tak pernah lelah memiliki sebuah kegigihan dan cita-cita, sebagaimana dalam hidup kita pasti akan mengalami beberapa rintangan dan kesulitan. Namun, ketika kita masih dengan senantiasa berjuang menerjang kehidupan, hal baik pasti akan selalu datang.

MeowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang