Bab 3 - Jun

12 7 0
                                    

1.

Musim dingin sudah datang. Kini, Suwa mulai di selimuti oleh salju yang beberapa hari turun dengan begitu deras. Natsume bergegas untuk pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda, yang entah milik siapa, dan datang dari mana tersebut. Meskipun pada awalnya Hikaru sempat merengek karena tidak mendapatkan hal serupa, akhirnya ia mulai mampu berdamai dengan keadaan, sebab jarak yang ditempuh baginya untuk pergi ke sekolah, tidak sejauh jarak yang harus ditempuh oleh sang kakak.

"Kak, nanti ajarkan aku naik sepeda ya," ucap Hikaru.

Natsume mengangguk. "Ya, pasti kakak akan mengajarkanmu! Tenang saja, Hikaru-kun," balasnya.

Setelah sampai di sekolah, Natsume tidak menemukan Jun di mana pun. Hari itu, tampaknya Jun tidak masuk ke sekolah. Hal tersebut pun membuat Natsume bertanya-tanya, apakah ada suatu hal yang terjadi kepada sahabatnya itu. "Sepulang sekolah nanti, aku akan datang ke rumah Jun," batin Natsume.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Natsume langsung bergegas ke parkiran sepeda, untuk mengambil sepedanya, dan mulai mengayuhnya sampai ke kediaman Jun. Di sana, tampak banyak sekali orang yang datang. Bahkan, Kaori pun ada di sana. "Ada apa ini, Nek?" tanya Natsume kemudian.

"Ao...." ucap Kaori.

"Kenapa dengan Ao-san? Apa yang terjadi dengan ibunya Jun?"

"Ao meninggal dunia..."

Tanpa berpikir panjang, Natsume langsung berlari untuk masuk ke dalam rumah Jun. Di dalam sana, ia bisa melihat Jun tengah terduduk di lantai, di hadapan jenazah ibunya, dengan tangis yang terus bercucuran membasahi pipinya itu.

"Jun..."

Jun menatap Natsume. "Natsume-chan..." balasnya, parau.

Ao Takahashi...ibu kandung Jun itu tutup usia di umur 48 tahun. Natsume dan anggota keluarganya cukup dekat dengan mendiang Ao. Semasa hidupnya, Ao adalah sosok perempuan tangguh yang juga satu profesi dengan Kaori. Ao banyak belajar dari Kaori tentang berbagai hal yang diperlukan untuk pertanian. Sementara, kepergian Ao meninggalkan sosok suami setia bernama Gin Takahashi, dan anak semata wayangnya yang bernama Jun Takahashi.

Jenazah Ao mulai ditempatkan di atas futon¹¹ untuk menghabiskan malam terakhirnya. Banyak kerabat dan beberapa teman dekat hadir untuk memberikan bela sungkawa. Mereka duduk, menyentuh, dan berbicara dengan Ao, seolah-olah Ao masih hidup. Itu memang merupakan tradisi yang sering dilakukan di Jepang. Natsume, Hikaru, dan neneknya pun melakukan hal serupa, dengan mengajak Ao berbicara, mengenang beberapa hal yang pernah mereka lalui bersama.

Keesokan harinya, Natsume dan anggota keluarganya menghadiri prosesi otsuya¹². Natsume hadir dan mengucapkan salam perpisahan untuk mendiang Ao. Saat acara itu selesai, Natsume menghampiri Jun yang masih benar-benar terpukul atas kepergian ibunya tersebut. "Jun...aku turut berduka," ucap Natsume.

Jun menatap ke arah Natsume, lalu mengangguk. "Terima kasih, Natsume-chan," balasnya, lirih.

Natsume sudah siap untuk menghadiri prosesi ososhiki¹³ Ao Takahashi. Prosesi ini dilakukan sehari setelah prosesi otsuya. Di sana, seorang Biksu mulai melantunkan sutra dan membakar sebuah dupa. Kemudian, acara kokubetsu-shiki¹⁴ pun dimulai. Semua hadirin yang hadir pun mulai memberikan sebuah penghormatan terakhir kepada mendiang Ao, dan kembali mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan. Setelah acara selesai, jenazah mendiang Ao mulai dibawa untuk dikremasi. Jun dan ayahnya mulai mengambil dua sumpit, satu dari kayu; dan satu dari pohon willow, untuk mengambil tulang dari abu dan meletakkannya di guci pemakaman, lalu kemudian dikebumikan di pemakaman keluarga.

Setelah pulang dari ososhiki, Natsume, Hikaru, dan Kaori mampir ke sebuah Restoran. Itu adalah kali pertama bagi Natsume dan Hikaru datang ke tempat tersebut, dan makan di sana. Bagi mereka, itu adalah sebuah hal yang tidak akan pernah bisa dilupakan. "Terima kasih, Nek. Terima kasih banyak..." ucap Hikaru dan Natsume.

MeowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang