Bab 4 - Kaori

11 7 0
                                    

"Kesuksesan tidak akan pernah datang bagi mereka yang hanya duduk diam, tanpa melakukan apa pun. Itulah nilai dari suatu kehidupan."

1.

Malam tahun baru...perayaan digelar dengan begitu meriah di ladang milik Ushio Nazuka.

Beberapa tahun terakhir, penjualan sayuran hasil panen miliknya itu mengalami peningkatan yang begitu luar biasa. Ushio pun mengajak tetangganya untuk datang dan berkumpul di ladang miliknya tersebut, pada sebuah Rabu, di penghujung tahun.

Ushio dan sang istri, juga kedua anaknya, mulai menyiapkan beberapa kursi dan meja, untuk tamu yang mereka undang. Perayaan itu, menurut Ushio adalah salah satu bentuk rasa syukur atas apa yang ia dapatkan dalam beberapa waktu terakhir.

"Kenapa kita harus mengundang tamu, Yah? Padahal, kita bisa merayakan ini hanya dengan anggota keluarga kita saja," tanya Mitsuru, kepada Ushio yang tengah sibuk berkutat dengan meja dan kursi.

Ushio menghentikan pekerjaannya. "Bukankah akan lebih menyenangkan bila kita melakukannya bersama-sama?" ucap Ushio kemudian.

Mitsuha menghampiri kakak dan ayahnya tersebut. "Apa nanti akan ada kembang api, Yah?" tanyanya.

Ushio mengangguk penuh semangat. "Ayah sudah membelinya kemarin. Ada di ruang penyimpanan...ini akan begitu sangat meriah!"

Mitsuha sangat antusias sekali setelah mendengar hal tersebut. Sementara, sang kakak, Mitsuru, masih terus merapikan meja dan kursi untuk kegiatan mereka nanti malam. "Iya sih, akan menyenangkan...tapi, kan yang tinggal di desa ini hanya kita dan keluarganya Paman Iwabe saja," batinnya.

Pada pukul delapan malam, tamu pun datang ke kediaman Ushio. Iwabe Takahashi, mulai menjabat dengan erat tangan Ushio, seraya mengucapkan terima kasih, karena telah diundang pada acara yang ia selenggarakan tersebut. "Ah...tentu. Dengan senang hati," ucap Ushio kemudian.

Iwabe datang dengan anak semata wayangnya, Gin Takahashi. Tiga tahun yang lalu, istri Iwabe yang bernama Haruka itu meninggal dunia. Membuat Iwabe mengurus Gin seorang diri. Dari sejak kedatangannya ke desa ini, Iwabe sangat kagum sekali dengan kerja keras Ushio, dan meminta kepadanya agar diajarkan beberapa hal mengenai pertanian. Kelak, Iwabe ingin anak semata wayangnya itu memiliki, dan mampu mengurus sebuah ladang seperti apa yang dilakukan Ushio.

Gin Takahashi adalah anak yang seusia dengan Mitsuha. Pada saat itu, usia mereka baru menginjak tujuh tahun. Sementara, kakak Mitsuha yang bernama Mitsuru itu sudah berusia dua belas tahun. "Gin, nanti kita main petasan bersama kakakku!" ujar Mitsuha, kepada Gin yang sedari tadi hanya duduk dan terdiam. Gin memang merupakan anak yang cukup pendiam. Bisa dilihat dari gerak-geriknya. Anak semata wayang Iwabe itu, bisa dikatakan sebagai anak introvert, yang cukup tertutup.

Sebenarnya, Iwabe sempat bercerita bahwa perubahan sikap Gin itu terjadi setelah mendiang ibunya meninggal dunia. Lubang yang cukup dalam pada diri Gin itu masih tak bisa disembuhkan. Iwabe pun sudah berulang kali memberikan motivasi kepada anaknya, dan menasihatinya agar berteman dengan baik, terutama dengan Mitsuha dan juga Mitsuru. Namun, Gin justru malah memilih menyendiri di dalam kamar sepanjang hari.

Kaori Nazuka...sebagai istri setia Ushio, mulai menyiapkan beberapa hidangan di atas meja yang sudah mereka siapkan dari siang. "Cobalah! Olahan masakan dari Kaori sangatlah luar biasa!" seru Ushio.

Iwabe mengangguk. "Terima kasih banyak," ucapnya.

Pada pukul sepuluh malam, Mitsuru mulai menyalakan kembang api bersama dengan Mitsuha dan Gin. Kaori melihat keceriaan mereka pada malam itu. "Ayo kita berdoa kepada Dewa. Semoga apa yang kita harapkan, dapat menjadi kenyataan!" kata Mitsuha kemudian.

MeowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang