1.
Berjalan dua orang pria itu di antara butiran hujan yang turun di langit Jepang. Sore hari itu langit berupa kelabu yang hanya menghadirkan gelap di sepanjang mata memandang. Langkah letih mereka kemudian terhenti di depan sebuah rumah di pedesaan yang cukup asri. Ladang yang luas terhampar di sana. Ada sedikit nostalgia dari salah satu di antara mereka berdua, saat baru saja menginjakkan kaki di tempat tersebut. "Sudah lama sekali..." batinnya kemudian.
Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya keluar dari balik rumah, dan menatap kaget ke arah kedua pria tersebut. "Kamu!?" katanya. Kini, air mata itu mulai hinggap membasahi pipinya.
"Tadaima, Okasan⁵⁶..."
Tanpa bicara panjang lebar, wanita itu kemudian mendekap sang pria yang sudah lama tidak pulang ke rumah. Ada beberapa hal yang kemudian bangkit kembali dalam kepalanya, tentang kenangan-kenangan masa silam, ketika keluarga mereka masih utuh.
"Baka!⁵⁷ Kenapa kamu tidak pernah pulang?!" ucap Kaori kemudian, seraya memukul kepala anaknya dengan keras, itu merupakan sebuah sambutan pertama bagi Mitsuru yang sudah puluhan tahun tidak pernah pulang ke rumah.
"Maaf, Bu..." perlahan air mata hinggap pada pipi sang pelukis. "Maafkan aku..."
Sementara itu, Tata hanya tersenyum melihat kebersamaan ibu dan anak tersebut. Sebenarnya, hal tersebut memang sudah menjadi rencana Tata. Ia merasa bahwa ada yang salah dalam keluarga ini, dan harus diperbaiki dengan segera.
Misi selanjutnya yang diberikan kepada Hidari sebagai agen rahasia, adalah untuk membuat senyum itu kembali merekah pada bibir ibunya. Itu adalah misi spesial yang Tata tugaskan kepadanya, dan harus segera ia tuntaskan.
"Bagaimana sekarang? Apa kamu masih berpikir bahwa kamu bisa hidup tanpa kehadiran sosok orang tua?" tanya Tata. "Ini adalah sebuah keberhasilan yang sesungguhnya, membuat orang tuamu bahagia adalah pencapaian yang lebih besar daripada penjualan lukisanmu yang nilainya amat sangat fantastis itu," sambungnya seraya menepuk pundak Hidari.
Hidari menyeka air matanya yang tumpah dengan punggung tangannya. Ia mengangguk. "Mungkin selama ini aku memang sudah salah. Aku hanya selalu mementingkan egoku sendiri..."
"Syukurlah kalau kau sudah sadar sekarang!" ujar Kaori.
Beberapa menit berlalu, Natsume dan Hikaru pun datang. Mereka baru saja kembali dari sekolah. "Tadaima..."
"Eh..." langkah Natsume terhenti saat melihat ada Hidari di hadapannya. Bibirnya kaku dan tidak bisa melanjutkan bicara.
"Oh, hai...kamu pasti anaknya Mitsuha, kan?" tanya Tata.
Natsume mengangguk.
"Oh, ini anak dari Mitsuha?" Hidari menatap Natsume dan Hikaru. "Salam kenal, ya!" sambungnya.
"Eehh...kau benar kan seorang pelukis bernama Hidari itu?" tanya Natsume.
"Nampaknya aku sepopuler itu. Ya, kau benar!" jawab Hidari.
"Jadi, kau memang benar kakak dari ibuku?"
Hidari mengangguk.
"Itulah jadinya ketika kau tidak pernah pulang ke rumah. Keponakanmu saja bahkan tidak mengenalimu!" ujar Tata.
"Sebenarnya kalian ini siapa sih?!" Hikaru mulai mengeluarkan suara seraya menatap kedua pria tersebut.
2.
Datang dari Shizuoka dengan tujuan mengabdi di pertanian milik Kaori. Begitulah tekad yang dimiliki oleh Mitsuki Maruoka. Awalnya, Kaori menganggap ia adalah pemuda yang aneh, karena bekerja tanpa mau dibayar sepeser pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meow
FantasySebuah cerita tentang seekor kucing yang memiliki tiga warna: putih, jingga, dan hitam, yang ditemukan di pinggir jalan, di sebuah desa, di Prefektur Nagano. *** Natsume, gadis SMA yang baru saja pulang dari sekolah itu, menemukan seekor kucing di p...