Bab 28

27 17 0
                                    

Ayolah Sayang ... aku nggak bisa tidur kalau kamu nggak tidur di sini!"

Kinan semakin tercengang melihat tingkah Kaivan yang kekanak-kanakan. Lebih tepatnya Kinan baru melihat sisi lain dari Kaivan.

"Aku nggak bisa ... kita belum menikah ...!" jawab Kinan dengan polosnya.

"Aku janji nggak akan melakukan hal di luar batas ... cukup temani aku tidur, malam ini saja ... aku mohon," rengek Kaivan dengan manja.

"Astaga ... kemana perginya Kaivan yang dingin dan perfeksionis itu? Jangan-jangan kamu bukan Kaivan Janendra?" Kinan menatap horor Kaivan. Wanita itu masih tidak menyangka bos yang baru beberapa jam menjadi kekasihnya itu berubah sikap 180 derajat dari biasanya.

Kaivan bangkit dan oangsung merengkuh tubuh Kinan. "Sayang ... apa kamu tidak takut tidur sendiri? Kita jauh dari perkotaan dan di sini, tempat kita menginap ada di atas bukit!" Kaivan berusaha menakut-nakuti Kinan. Namun wanita itu tidak akan pernah takut kecuali satu hal.

"Aku lelah ... Kai, aku sangat mengantuk ... kamu tahu kan aku sangat susah tidur?" Kinan mencoba melepaskan diri, dan Kaivan langsung melepaskan pelukannya setelah mendengar perkataan Kinan.

"Baiklah Sayang ... aku antar kamu ke depan, ingat harus cepat tidur nggak boleh begadang," balas Kaivan. Namun, baru saja membuka pintu tiba-tiba lampu yang terang seketika berubah menjadi gelap gulita. Kinan yang takut gelap pun menjerit karena terkejut.

Aaaa ...! Kinan berteriak dan langsung berbalik meraih lengan Kaivan.

"Aku takut gelap ... kenapa listriknya mati?" keluhnya.

Kaivan malah tersenyum. "Sayang ... alam saja mendukungku malam ini. Itu tandanya kita memang tidak boleh tidur terpisah," jawabnya enteng.

"Awas ya, jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan?" Kinan langsung mengingatkan kekasihnya.

Kaivan mengangguk. "Iya Sayang, aku janji ... ayo lebih baik kita tidur sekarang." Kaivan langsung menuntun Kinan dengan pelan karena ruangan kamar itu sangatlah gelap.
Sepasang kekasih itu pun akhirnya tidur di satu ranjang. Kaivan tidak melepaskan tangannya sedetik pun. Mereka pun terlelap tanpa ada penerangan.

***

Kecantikan yang alami dipadukan dengan polesan make up semakin menambah kadar kecantikan wanita itu. Memakai dress dibawah lutut dan membiarkan rambutnya tergerai indah. Membuat Kinan terlihat nyaris sempurna.

Setelah Kinan menerima lamaran bos-nya, pria itu tidak mau menunda lagi. Saat ini Kinan sedang menunggu kekasihnya. Kaivan akan membawa Kinan bertemu orang tuanya untuk menentukan tanggal pernikahan mereka.

Awalnya Kinan merasa keberatan karena mereka baru saja resmi menjalin hubungan. Namun, Kaivan tidak mau membuang waktunya sia-sia karena pria itu sudah menunggu Kinan lebih dari satu tahun lamanya, akhirnya Kinan pun memantapkan dirinya pada Kaivan setelah pria itu berhasil meyakinkan Kinan dan membuat hatinya percaya pada pria itu.

Jantungnya terus berdetak cepat. Tangannya terus mengeluarkan keringat saking gugupnya Kinan. Bayangan akan menemui wanita paruh baya itu langsung berputar bagaikan kaset yang menampilkan adegan film. Kinan sedikit takut, ragu dan tidak percaya diri. Ya, dia sangat menyadari bahwa kekasihnya bukan dari kalangan biasa. Melainkan putra bungsu keluarga Janendra. Pemilik salah satu perusahaan besar di kota Jakarta. Membayangkannya saja sudah membuat nyali Kinan menciut.

Kring!

Lamunannya seketika buyar setelah mendengar dering ponsel.

"Halo." Kinan langsung menerima panggilan teleponnya.

"Sayang, aku menunggumu di lobby."

Kinan pun langsung mematikan panggilan teleponnya.

"Ayo semangat Kinan, yakinlah semua akan baik-baik saja ...!" gumam wanita itu menyemangati dirinya sendiri.

Kedua netra yang mempunyai sorot tajam itu terpana pada satu objek yang mencuri perhatiannya dari layar ponsel. Kaivan menatap wanita yang berjalan mendekat ke arahnya itu tanpa berkedip. Pria itu terhipnotis dengan kecantikan pujaan hatinya yang terlampau menawan. Sungguh merasa sangat beruntung karena sudah berhasil mencuri separuh hati Kinan, sungguh walaupun prosesnya sangat lama. Namun, usaha untuk memperistri Kinan tidak sia-sia.

Kinan mengkerut dahinya ketika memanggil nama Kaivan tapi kekasihnya itu malah bergeming dan terus menatapnya.

"Kai ... kamu nggak punya penyakit stroke 'kan?" tanya Kinan sambil melambaikan tangannya tepat di wajah pria itu.

Kaivan langsung tersadar. "Sayang ... kamu cantik sekali ...!" pujinya sambil menuntun Kinan memasuki mobilnya. Pria itu ingin sekali mendekap wanitanya. Tapi, dia harus bersabar sebelum orang tuanya menemui Kinan.

"Jangan memuji berlebihan, lihatlah tanganku bergetar saking gugupnya!" sahut Kinan sambil memperlihatkan kedua tangannya.

Kaivan langsung meraih tangan Kinan dan mengecupnya. "Semua akan berjalan dengan lancar, Sayang ... Mommy sangat senang dan antusias ingin bertemu denganmu ...," balas Kaivan mencoba menenangkan kegugupan wanitanya.

Kinan menarik napasnya dalam, mencoba menetralisir kegugupannya saat ini.

Sesampainya di sebuah gedung mewah bertingkat tiga, tubuh Kinan seakan kaku. Keberanian yang dia kumpulkan kini menghilang entah kemana. Kaivan yang menyadari kekasihnya sedang dilanda kegugupan pun mencoba menenangkannya. Kaivan memegang tangan Kinan lembut.

"Kamu percaya sama aku 'Kan. Sayang?"
Tatapan penuh keyakinan terpancar dari sorot mata Kaivan. Kinan pun berusaha sekuat tenaga untuk bersikap santai.

"Aku percaya," jawabnya.

Kinan merangkul pinggang Kinan pria itu mencoba mengembalikan kepercayaan diri wanitanya. Dia paham betul apa yang dirasakan Kinan saat ini. Wanitanya sudah berusaha sangat keras demi dirinya. Kaivan tidak mau Kinan kehilangan kepercayaan dirinya di hadapan ibunya.

Pintu rumah langsung terbuka lebar ketika Kinan dan Kaivan berjalan semakin mendekati pintu utama. Sosok wanita paruh baya yang masih sangat cantik tidak termakan usia itu berjalan ke arah pintu dengan senyum mengembang.

"Akhirnya calon menantu Mommy datang juga ...!" seru wanita paruh baya itu.

Berjalan ke Arahmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang