Bab 11

30 17 0
                                    

Rintik hujan tidak tidak meredam kekesalan dalam diri Kinan. Wanita itu malas bertemu dengan Kaivan. Namun, mau tidak mau dia harus menjalankan tugasnya. Tanpa urusan pekerjaan, Kinan hampir tidak bicara kepada bos-nya. Wanita itu pun terus menjaga jarak setiap Kaivan mengajaknya berbicara di luar urusan pekerjaan, Kinan langsung menghindar.

“Kinan … saya tahu sudah membuat kamu tidak nyaman, saya juga minta maaf karena membuat kamu terkejut, tapi … saya harap kamu tidak mengabaikan saya!” ujar pria itu, ekspresinya begitu dingin. Tapi, pancaran matanya terlihat mengiba.

“Maaf, Pak … sepertinya saya butuh waktu untuk bersikap biasa seperti sebelumnya … dan lagi, saya tidak habis pikir … apa yang Anda sukai dari saya? Jelas-jelas selama ini perlakuan Pak Kaivan begitu kaku dan terkesan selalu menindas saya … waktu itu saya sangat senang mendengar Anda tidak tertarik pada saya, sejujurnya … dari semalam saya  mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, saya tidak mau tertekan karena sudah menolak atasan saya sendiri … rasanya sangat tidak nyaman untuk bekerja seperti  sebelumnya dan saya tidak mau merasa bersalah pada Anda.” 

Panjang lebar Kinan langsung mengutarakan isi hatinya. Wanita itu merasa tidak perlu menyimpan beban sekecil apapun dalam hatinya. Kinan juga tidak takut jika seandainya Kaivan tersinggung dengan kata-katanya. Karena wanita itu sudah bertekad akan berhenti dari pekerjaannya.

Kaivan diam, pria itu berusaha mencerna kata-kata yang baru saja didengarnya. Setelah cukup lama diam pria itu pun akhirnya bisa mendapatkan solusi dari situasi yang sangat canggung ini. “Lupakan … lupakan kata-kata saya sebelumnya, anggap saja saya tidak mengakui perasaan saya. Untuk mengundurkan diri? Saya tidak setuju … kamu masih harus memenuhi kontrak yang belum lama kamu tanda tangani dengan saya,  jika kamu melanggar kontrak kerja … kamu harus membayar denda, kamu sangat pandai dan profesional dalam bekerja … saya harap kamu bisa membedakan  urusan pekerjaan dan urusan pribadi, saya juga minta maaf karena sudah membuat kamu tidak nyaman … kemarin saya terlalu banyak minum … jadi saya tidak bisa mengontrol diri,” jawab Kaivan.

‘Ah, Sialan kenapa aku sampai melewatkan kontrak kerja dengannya, Kinan bodoh sudah enak menjadi karyawan tetap dan bisa pergi ke luar negri … hanya karena membuktikan kinerjaku, aku malah terperangkap dalam selembar kertas itu’ Kinan merutuki dirinya sendiri.

“Baik … akan saya pertimbangkan, Pak. Tapi, karena urusan pekerjaan di sini sudah selesai … besok saya mengambil izin cuti, saya tidak bisa pulang bersama Bapak.”

Kaivan mengangguk. “Baiklah … semoga kamu tidak mengambil keputusan yang dapat merugikan diri sendiri,” jawabnya. Percakapan itu pun berakhir ketika Kaivan pergi memasuki kamarnya.

***

Kinan melihat layar ponselnya, banyak sekali pesan dan panggilan masuk dari sahabatnya. Wanita tahu pasti saat ini Klarisa pasti sedang dihantui rasa penasaran. Kinan tersenyum membayangkan wajah Klarisa  yang uring-uringan.
Akhirnya Kinan memutuskan untuk mengirim pesan saja kepada sahabatnya.

Kinan : Gue mau ke tempat Bunda, besok.

Tidak berselang lama Kinan langsung mendapat balasan.

Klarisa: Gue ikut, lo hutang penjelasan sama gue!
Kinan: Bukannya lo lagi di Bandung?
Klarisa: Gue sama ayang sekalian liburan.

Kinan tersenyum, sesuai yang dia harapkan. Sahabatnya itu pasti akan langsung mengikutinya.


***

Di dalam kamar hotel, Kaivan menghela napas dalam. Dia masih tidak menyangka mendapat penolakan tegas dari seorang wanita. Dia juga dihujani kenyataan ternyata dia tidak menarik di mata Kinan. Wanita itu malah memilih mengundurkan diri daripada terus melihat wajahnya. Dan lebih anehnya lagi, Kaivan tidak merasa marah ketika Kinan berkata demikian.

“Ternyata beginilah rasanya patah hati, sakit tapi nggak kelihatan lukanya,” gumam Kaivan.

Hari berikutnya pria itu melihat Kinan sudah membawa kopernya dan menaiki taksi online.
Kaivan yang penasaran tanpa sadar pria itu mengikuti Kinan dari belakang. Dia seperti penguntit jika Kinan sampai mengetahuinya, pastilah pupus sudah harapan Kaivan yang akan mengambil hati Kinan secara perlahan.

“Kemana dia akan pergi? Ini sudah beda provinsi … jauh sekali tujuannya?” Kaivan bertanya-tanya. Bahkan saat ini mobil yang membawa Kinan masuk ke jalan tol yang bisa menghubungkan jarak dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. “Sebenarnya dia mau kemana?” tanyanya.

Setelah tiga  jam perjalan Kinan berhenti di salah satu tempat yang tidak Kaivan duga sebelumnya. Kinan terlihat berdiri cukup lama sambil melihat herbang yang ada di hadapan wanita itu. Pundaknya terlihat bergetar, sesekali Kinan mengusap ujung matanya. Kaivan merasa iba, pria itu ingin sekali menghampiri Kinan. Namun, dia harus menahan dirinya saat ini.

“Melihatmu terlihat lemah seperti ini, justru membuatku semakin ingin melindungimu, Kinan,” ungkapnya.









Berjalan ke Arahmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang