Bab 25

40 17 0
                                    

Gemuruh di dalam dadanya begitu deras, mengalir disetiap aliran nadi hingga membuat jantungnya memompa lebih cepat. Jika tidak terhalang kulit, mungkin bongkahan daging kecil itu sudah keluar dari dadanya karena berdetak begitu cepat. Wanita itu yakin, saat ini pria yang sedang menatapnya lekat dengan jarak yang begitu dekat itu pastilah mendengar degup jantungnya saat ini.

Seakan terhipnotis oleh mahluk Tuhan yang nyaris sempurna seperti Kaivan. Kinan pun terlena tanpa sadar karena terlalu gugup, dia sampai menahan napasnya dalam beberapa saat. Hingga dirinya sudah tidak bisa menyembunyikan kegugupannya lagi, berakhir dengan bunyi ceguk yang keluar dari kerongkongannya. Wajahnya begitu merah seperti tomat matang.

Kaivan langsung menarik bibirnya ke atas setelah melihat Kinan begitu gelagapan karena berhasil dia goda. Pria itu sangat senang walaupun tidak mendapat jawaban, tetapi bahasa tubuh wanita yang telah mengisi separuh hatinya itu mampu menjawabnya tanpa harus diutarakan oleh kata-kata.

Ceklek!

Kaivan langsung memasangkan sabuk pengaman untuk Kinan.

“Saya mau bawa kamu ke suatu tempat,” jelas Kaivan setelah pria itu menyalakan mesin mobilnya.

Kinan yang masih menetralkan rasa gugupnya pun belum bisa merespon Kaivan.

“Memangnya kita mau ke mana?” tanya Kinan setelah berhasil menguasai diri dan mwncoba bersikap biasa saja.

“Rahasia,” jawab Kaivan sambil melajukan mobilnya.

Kinan pun hanya pasrah di bawa oleh Kaivan. Yang jelas dia sangat yakin pria yang sedang fokus menyetir di sampingnya itu akan memberikan kejutan yang tidak terduga padanya.

Kali ini, kejutan apalagi yang dia siapkan untukku? Kinan bertanya-tanya di dalam hatinya.

Kinan mengerutkan dahinya ketika Kaivan memasuki gerbang tol. Wanita itu semakin penasaran, kemanakah pria itu akan membawanya?

“Loh, kita mau ke mana? Beneran keluar kota?” tanya Kinan lagi.

“Ya, kan saya sudah bilang kita akan ke Bandung,” jawab Kaivan tanpa menoleh pada Kinan karena fokusnya melihat ke depan jalan.

“Loh … bukannya katanya bohong nggak ada meeting?” Kinan bertanya lagi, wanita itu belum puas mendengar jawaban Kaivan yang membuatnya semakin penasaran.

“Saya 'kan cuma bilang meetingnya bohongan. Tapi pergi ke Bandung itu beneran,” jawab Kaivan suaranya terdengar sangat santai dan tak merasa bersalah karena sudah membohongi Kinan.

Kinan mendengus. “Nyebelin banget!” ketus nya dengan memasang wajah ketus.

“Kamu semakin cantik kalau lagi ngambek.” Bukannya meminta maaf, Kaivan malah terus menggoda Kinan. Pria itu sangat suka ketika Kinan sedang merajuk. Semua tentang Kinan, Kaivan akan menyukainya. Beginilah gambaran jika pria dingin sedang dimabuk cinta.

Kinan langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela. Dia tidak mau pipinya yang merona terlihat oleh Kaivan. 

“Tidurlah … perjalanannya cukup jauh, nanti saya bangunkan kalau kita sudah sampai.”

Kinan tak menjawab, wanita itu memilih diam dan terus memalingkan wajahnya. Hingga tak sadar rasa kantuknya langsung mengalahkan pertahanan Kinan yang sedari awal meyakinkan  diri agar  tidak  tertidur. Akhirnya terlelap juga. Melihat Kinan tertidur pulas dengan melilat kedua tangannya. Kaivan pun langsung menepi, Kaivan menyelimuti tubuh Kinan yang kedinginan itu dengan jaketnya. Tidak lupa dia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik pujaan hatinya. Menatap wajah ayu sang pujaan hati.

'Sungguh sempurna ciptaanmu Tuhan,' katanya dalam hati.

“Kinan … semoga nanti kamu suka dengan tempatnya,” bisik pria itu pada Kinan yang sedang memeluk mimpi.

Perjalan memakan waktu  empat jam lamanya, akhirnya Kaivan sampai di tempat yang dia tuju. Pria itu pun langsung membangunkan Kinan. Kinan mengerjap beberapa saat. Wanita itu mengucek kedua matanya agar terjaga sepenuhnya.

"Kinan, kita sudah sampai." Suara beratnya begitu sensual ketika berbicara.

“Hmm … kita sudah sampai?” tanya Kinan sambil melihat ke arah depan.

“Iya … kita sudah sampai …,” jawab Kaivan.

Kedua anak manusia itu pun keluar dari mobil secara bersamaan. Fokus Kinan langsung tertuju pada hamparan lampu-lampu yang terlihat begitu indah. Kinan terpana dibuatnya. Beberapa detik menikmati dinginnya udara malam di atas bukit dengan pemandangan yang begitu indah. Tanpa sadar jika sosok pria yang ada di sebelahnya lebih terpana melihat Kinan daripada  hamparan lampu-lampu yang berkilau di kejauhan sana.

“Wah … tempat ini sangat cantik,” celetuk Kinan dengan wajah berbinar.

“Kamu suka?” tanya Kaivan, netranya terus fokus menatap Kinan yang terlihat sangat cantik menurutnya.

Kinan mengangguk. “Sangat suka … terima kasih sudah membawa saya ke tempat ini,” jawab Kinan sambil mengalihkan pandangannya dan menatap Kaivan.

Kedua pasang mata itu bertemu, seakan terkunci. Kaivan tak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita yang paling dia cintai. Begitu pun Kinan. Wanita itu ikut terhanyut melihat tatapan pria yang ada di hadapannya. Jarak diantara keduanya begitu dekat, rasa dingin di tempat tinggi itu tak membuat keduanya teralihkan dari satu sama lain. 
Kaivan semakin mengikis jarak diantara mereka berdua. Melihat Kinan diam tak menolak.

Kaivan semakin yakin jika wanita itu pun merasakan hal yang sama seperti dirinya. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci, hingga seseorang datang menyerukan nama Kaivan, kedua anak manusia itu pun langsung tersadar dan menjaga jarak.

Sial! Kaivan mengumpat di dalam hatinya.

“Pak, semua pesanan Anda sudah siap,” jelas sosok pelayanan itu pada Kaivan.

“Baiklah terima kasih banyak,” jawab Kaivan dengan suara yang terdengar datar.

'Hah … syukurlah!' Batin Kinan sambil menghela napas lega karena hampir saja dirinya dan Kaivan nyaris berciuman.

Kaivan langsung menggandeng tangan Kinan, pria itu pria itu menuntun Kinan ke dalam restoran yang langsung menghadap ke arah pemandangan yang sangat indah. Suasana sejuk, di perbukitan membuat Kinan merasa tenang dan tentram.

Kedua anak manusia itu menikmati makan malamnya dengan alunan musik, membuat suasana saat ini terasa romantis.

“Bagaimana makanannya enak?” tanya Kaivan memastikan.

Kinan pun mengangguk. “Iya, sangat enak … terima kasih,” jawabnya.

“Suka?” tanya Kaivan lagi.

“Sangat suka,” jawab Kinan dengan menarik sudut bibirnya menampilkan deretan gigi putihnya, dan itu semakin menambah kadar kecantikannya.

Kaivan langsung membalas senyum Kinan. Tidak berselang lama seorang pelayanan mengantarkan satu buket bunga dan memberikannya pada Kinan.

“Wah … cantik sekali!” Kinan menerima buket bunga itu dengan senyum mengembang. Wanita itu menghirupnya dan kembali menatap Kaivan.

“Suka?” Lagi, pria itu bertanya apakah Kinan menyukai atau tidak.

Kinan pun mengangguk kembali. “Terima kasih, untuk kejutan yang sangat indah ini … saya sangat menyukainya,” jawab Kinan sambil menatap Kaivan dan beralih pada bunga yang ditaruh di meja.

“Kalau sekarang saya melamar kamu, apa kamu suka?” tanya Kaivan. Pria itu pun bangkit dan merogoh sakunya. Kaivan langsung berlutut dan membuka kotak hitam kecil itu di depan Kinan.

“Kinan … will you marry me?”

Berjalan ke Arahmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang