Bab 16

31 17 0
                                    

Debur ombak di tengah lautan begitu indah dipandang dari kejauhan. Dipadukan lukisan alam di atasnya. Membuat siapapun pasti terpana dengan mahakarya sang pencipta. Di sinilah Kinan, wanita itu menghabiskan waktu sore harinya di bibir pantai dengan merenung menatap jauh ke tengah lautan yang luas.

Begitu banyak kenangan di tempat yang disinggahinya. Jika bukan urusan pekerjaan, mungkin Kinan tidak akan pernah menginjakkan kakinya di daerah yang terkenal dengan wisata alamnya yang indah itu.

Di kejauhan, sosok pria terlihat memperhatikan. Ingin bergabung. Namun, ada rasa sungkan dalam dirinya. Setelah sampai di Bali, wajah Kinan terlihat murung. Kaivan yang berniat ingin meng-akrabkan diri pun belum juga terealisasikan. Entahlah, begitu sulit baginya untuk mendekati Kinan. Wanita itu terlalu tinggi membentengi dirinya sehingga Kaivan begitu sulit menggapainya. Tetapi, bukan Kaivan namanya kalau dia menyerah. Walaupun sulit, pria itu pasti akan meruntuhkan benteng Kinan dan membuat wanita itu dengan sukarela menerimanya. Langkah pria itu perlahan mendekat pada sosok yang terus mencuri perhatiannya. Ya, Kaivan akan terus berusaha sampai titik darah penghabisan demi mendapatkan Kinan.

“Sunset di tempat ini memang sangat indah,” celetuk pria itu sambil menjatuhkan bobotnya di kursi kosong tepat di sebelah Kinan.

Wanita itu meliriknya sekilas, lalu pandangannya kembali fokus menatap matahari yang mulai terbenam sepenuhnya.

“Sangat indah, tapi tak bisa digapai,” balas Kinan.

Kaivan mengulum senyum ketika mendengar Kinan merespon ucapannya. “Selamat ulang tahun, Kinan.”

Kinan langsung memalingkan wajahnya dan menatap sosok pria itu lekat,  tatapan tajam meminta penjelasan pun langsung terwakili tanpa  mengucapkan pertanyaan.

“Hm … jangan salah paham, saya baru tahu dari Pak Rendra.” Kaivan berdalih dan membawa  nama kakaknya. Padahal pria itu sudah mengetahuinya sejak beberapa bulan yang lalu ketika membaca CV Kinan, dan anehnya dia selalu mengingat tanggal kelahiran wanita itu, meskipun sebelumnya dia menyangkal perasaannya pada Kinan.

“Oh …,” jawab Kinan singkat.

“Apa kamu tidak nyaman saya duduk di sini?” tanya Kaivan mencoba menarik perhatian Kinan kembali.

“Ini tempat umum siapapun boleh berada di sini … maaf kalau saya kurang sopan,” jawab Kinan.

Sebenarnya dia sedikit tidak nyaman karena Kaivan akhir-akhir ini begitu perhatian padanya. Sikapnya yang demikian, membuat Kinan takut, takut akan tekadnya yang memudar karena perlakuan manis seorang pria. Takut akan pesonanya yang membuat Kinan terlena dan lupa. Takut jika dirinya akan terjebak dalam lubang hitam tanpa cahaya, sehingga dia berusaha mati-matian untuk menutup diri sebaik mungkin.

“Sebentar lagi acaranya akan dimulai, lebih baik kita bersiap.” Kaivan langsung bangkit dari duduknya. Melihat reaksi Kinan, sepertinya wanita itu tak ingin diganggu.

Kinan mengangguk. “Baik, Pak.”

***

Gaun cream panjang dengan belahan dada yang rendah, dilapisi renda transparan di bagian pundak berwarna senada dengan kulit, membuat Kinan terlihat memukau. Begitu cantik dipadukan dengan polesan make up sederhana, Kinan lebih memilih merias wajahnya senatural mungkin, dia lebih nyaman dengan riasan natural sangat cocok di wajahnya.

Wanita itu pun membiarkan rambut panjangnya tergerai, Kinan hanya merubahnya sedikit bergelombang. Ditambah sepatu hak tinggi berwarna hitam, membuat penampilan Kinan semakin sempurna. Kinan memeriksa penampilannya lagi. Wanita itu tersenyum puas dengan penampilannya sendiri. Bunyi ponsel langsung mengalihkan perhatiannya dari cermin. Wanita itu melihat Kaivan lah yang menghubunginya.

“Halo, Pak.”

“Saya sudah siap,” jawab Kaivan.
Menandakan bahwa Kinan harus segera keluar dari kamarnya. Wanita itu akan masuk mendampingi Kaivan sebagai sekretaris pria itu dan memenuhi undangan mantan atasannya.

Kinan pun langsung bergegas, ketika Kinan membuka pintu, wanita itu sempat bergeming melihat punggung pria yang membelakanginya. Namun, Kinan langsung menyadarkan dirinya dan bersikap biasa saja.

“Loh, ternyata Anda menunggu saya, Pak?” tanya Kinan.

Kaivan pun berbalik, pria itu terdiam sebelum menjawab Kinan. “Ehm … kamu sudah siap … ayo  turun.” Kaivan langsung berjalan terlebih dahulu mendahului Kinan. Wanita itu langsung berjalan cepat menyeimbangkan langkah bosnya.

Sesampainya di ballroom, semua pandangan tertuju pada Kaivan, ya pria itu sangat mempesona auranya sangat berbeda. Ditambah dengan Kinan yang berada di sampingnya, membuat mereka berdua terlihat sangat serasi.

Rendra melihat dari kejauhan, pria itu tersenyum senang karena Kinan akhirnya datang, terlebih Kaivan lah yang membawanya. Sedangkan sosok wanita paruh baya menatap lekat wajah Kinan menilik dari atas kepala sampai ujung kaki.

“Halo Kinan … saya senang melihat kamu di sini!” ujar Rendra dengan senyum tulusnya.

Kinan pun membalasnya senyuman Rendra dan berjabat tangan. “Selamat, Pak … akhirnya Anda sudah resmi menjadi Bapak mertua,” jawab Kinan, wanita itu terlihat santai berbicara dengan Rendra. Hampir 10 tahun menjadi bawahan Rendra, membuat Kinan nyaman berbicara dengan pria berusia hampir 50 tahun itu.

“Bagaimana dia, cocok bukan untuk dijadikan suami?” bisik Rendra pada Kinan, tatapan pria itu tertuju pada Kaivan yang sedang berbicara dengan sosok wanita paruh baya. Kinan hanya tersenyum menanggapinya.

Obrolan Kinan dan Kaivan harus berakhir ketika Kaivan menghampirinya dan mengajak Kinan menemui sosok wanita paruh baya itu.

“Kenalkan, dia Kinan. Sekertarisku … Mom!”  Kinan sedikit terkejut. Namun, wanita itu langsung mengendalikan dirinya dan berjabat tangan dengan sosok yang dia duga wanita paruh baya itu adalah orang tua Kaivan.

“Senang bisa bertemu dengan Anda, Nyonya,” ungkap Kinan. Sosok wanita itu tersenyum ramah pada Kinan.

“Saya harap kamu menyimpan banyak sabar karena harus bekerja dengannya, dia adalah pria menyebalkan di keluarga kami.” Kinan hanya tersenyum menanggapinya, ibu Kaivan terlihat cantik dan elegan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Kinan sangat kagum melihatnya yang ramah dan tidak memandang kasta.

Setelahnya ketika Kaivan sedang berbicara dengan seseorang Kinan langsung mencoba menjauh, wanita itu lebih mementingkan perutnya yang mulai terasa lapar. Kinan mengambil beberapa dessert dan juga minuman. Sedang fokus menyantap makanan tiba-tiba seorang pria tinggi memiliki ketampanan hampir setara dengan bosnya mencoba mendekati Kinan.

“Pantas Kaivan tak mengalihkan pandangannya, ternyata dia punya sekretaris secantik kamu,” tutur sosok pria itu dengan menyunggingkan senyumnya sambil memberikan satu gelas minuman pada Kinan.

“Terima kasih …,” jawab Kinan, wanita itu menerima gelas berisi minuman berwarna merah itu. Meskipun sedikit canggung dan tidak nyaman, Kinan harus bersikap profesional.

Dari kejauhan Kaivan melihat Kinan sedang berbicara dengan seorang, pria itu pun melihat senyuman Kinan pada lawan bicaranya. Dadanya terasa panas, entah kenapa jantung berdebar cepat. Hawa panas mulai terasa terlebih kepala sedikit berdenyut. Ya, saat ini Kaivan kesal melihat Kinan bersama pria lain.

***
Kaivan merasa panas, pria itu langsung keluar mencoba menghirup udara segar di bibir pantai. Dia harus bersikap profesional, tapi hatinya tak bisa. Ingin rasanya dia membawa Kinan keluar dari tempat itu dan bersikap posesif, tapi Kaivan sadar hubungan mereka belum sedalam itu.

“Sial … tenangkan pikiranmu Kai,” gumamnya pada diri sendiri.

Hampir satu jam pria itu di luar, baru saja hendak memasuki gedung. Kaivan melihat Kinan berjalan keluar, wanita itu terlihat sempoyongan karena langkahnya tak seimbang.

“Kinan, mau kemana dia?” tanya Kaivan. Kedua matanya membulat ketika melihat Kinan berjalan semakin dekat dan berjalan ke tengah laut.

“Hei, Kinan. Kamu mau ngapain berenang?” tanya Kaivan dengan suara lantang. Namun, Kinan tak menanggapinya.malah wanita itu berjalan semakin ke tengah pantai.

“Oh … Shit … jangan bilang dia mau …?” Kaivan langsung berlari mengejar Kinan yang sudah berjalan ke tengah lautan. 

Berjalan ke Arahmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang