Bab 23

25 14 0
                                    


Sepasang mata indah yang sebelumnya terlelap itu kini sedang mengerjap. Memfokuskan penglihatannya agar terjaga sepenuhnya. Kaivan, tubuh pria itu merasa lebih baik setelah merebahkan dirinya di sofa panjang, karena sudah tidak kuat dan merasa sakit kepala yang terus berdenyut, Kaivan pun memutuskan untuk beristirahat sejenak. Namun, dia tidak sadar bahwa sudah lebih dari  empat jam dirinya tertidur.

“Hangat,” gumam Kaivan.

Pria itu melihat tubuhnya sudah dilapisi oleh kain tebal yang menghangatkan nya. Kaivan hendak bangkit, akan tetapi dia baru menyadari bahwa tangannya sedang digenggam seseorang?

“Kinan ….” Kaivan menilik wajah manis itu dengan perasaan hangat, lalu pandangannya beralih pada semangkuk bubur yang sudah dingin. Tidak luput dari netranya sebuah wadah berukuran sedang alat untuk mengompres. Pria itu pun baru sadar ternyata ada sebuah handuk yang menempel di dahinya.

“Manis sekali … ternyata kamu sangat perhatian,” bisiknya pada Kinan yang masih bergeming. Saking pulasnya tertidur, Kinan tidak menyadari kalau bos-nya itu sudah bangun. Bahkan, tanpa permisi saat ini Kaivan sedang menyetuh helaian rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu.

Kaivan melepas tangan Kinan pelan, pria itu pun bangkit dan berdiri dengan gerakan yang hati-hati. Dengan pelan dan penuh kelembutan, Kaivan mengangkat tubuh mungil Kinan ke atas sofa, pria itu pun langsung menyelimuti Kinan dengan selimutnya. Kinan sempat menggeliat. Kaivan kira wanita itu akan terbangun. Tetapi dugaannya salah, karena Kinan hanya merubah posisi tidurnya, mencari bagian ternyaman dan melanjutkan memeluk mimpinya.

Kaivan tersenyum senang, hati nya berdesir. Jantungnya berdetak sangat cepat saat ini. Rasa sakit yang sempat dia rasakan mendadak sirna. Tergantikan oleh gemuruh cinta yang kian membuncah di dalam raga.

Ingin rasanya memiliki Kinan seutuhnya, akan tetapi. Entah sampai kapan Kaivan harus bersabar. Yang jelas, saat ini pria itu begitu bahagia karena sang pujaan hati yang selalu dia rindukan kini sedang terlelap di hadapannya. Mendapat perhatiannya, dan Kinan tanpa paksaan mau merawatnya ketika sedang tidak berdaya.

“Semoga hatimu tergerak dan bisa menerima cinta tulus dariku,” bisik Kaivan sambil menyingkirkan helaian anak rambut milik Kinan, dengan sengaja jarinya dia tempelkan di pipi Kinan. Seakan tersengat aliran listrik, tubuhnya langsung berdesir. Kaivan pun langsung mengangkat tangannya cepat karena tidak tahan.

Aroma menyengat langsung memasuki indera penciuman Kinan. Wanita itu terusik dengan wanginya sehingga membuat perutnya berbunyi.

'Wanginya bikin laper!' Katanya di dalam hati.

Seketika Kinan membuka matanya lebar, setelah menyadari bahwa dirinya telah tertidur.

“Astaga …!” pekik nya dengan wajah terkejut. Kinan langsung bangkit dan melepas selimut yang sebelumnya Kaivan pakai.

Kok bisa sih aku tidur di sofa dan pakai selimut dia!
Kinan merutuki dirinya, bisa-bisanya dia tertidur lelap di tempat bos-nya.

“Sudah bangun? ayo makan, saya sudah menyiapkan makan malam.” Kaivan berjalan menghampiri Kinan dengan wajah yang sudah terlihat segar, tidak pucat seperti tadi siang. Walaupun suaranya masih terdengar serak, tapi Kinan melihat Kaivan sudah jauh lebih sehat.

“M-maaf, Pak. Saya malah ketiduran,” tutur Kinan dengan suara terbata-bata akibat gugup sedang melandanya.

“Kamu pasti lelah karena menjaga saya, terima kasih … untuk membalasnya saya sudah menyiapkan makan malam, ayo!” Kaivan berjalan terlebih dahulu ke arah meja makan. Pria itu menarik kursi untuk Kinan duduk.

Sebelum bergabung dengan Kaivan, Kinan izin ke kamar mandi, wanita itu takut jika wajahnya terlihat berantakan dan  takutnya ada sisa air liur yang menempel di wajahnya. Setelah membersihkan wajah Kinan pun langsung menghampiri Kaivan yang sudah duduk menunggunya.

“Wah … makanannya banyak banget,” cetus Kinan, wanita itu sampai  berbicara santai, karena terpana dengan berbagai macam makanan di atas meja makan. Padahal di depannya ada bos-nya, dan Kinan selalu berbicara formal pada Kaivan.

“Ini ucapan terima kasih saya karena kamu sudah merawat saya,” sahut Kaivan dengan senyum mengembang.

“Anda terlalu berlebihan, Pak. Padahal saya sudah tidak sopan karena tidur di sofa dan memakai selimut Anda,” jawab Kinan dengan perasaan yang campur aduk.

“Saya senang malam ini,” jujur Kaivan mengutarakan isi hatinya.

“Bagaimana dokter yang saya rekomendasikan, menurut kamu ada perubahan atau tidak?” tanya Kaivan mengganti topik pembicaraan.

Kinan mengangguk. “Saya merasa lebih baik, dokter bilang saya harus melakukan terapi,” jawabnya. “Oh iya, Pak … maaf saya ingin menanyakan sesuatu, mungkin ini termasuk privasi dan saya sedikit lancang untuk menanyakannya. Tapi, jujur saya sangat membutuhkan itu!” ujar Kinan dengan bersungguh-sungguh.

“Iya, silahkan tanyakan saja,” jawab Kaivan.

“Ehm … Bapak pakai parfum apa? Sebenarnya setiap mencium wangi parfum Anda, saya merasa lebih tenang dan cepat mengantuk!” tanyanya dengan tatapan polos.

Kalian bisa mengatakan bodoh dan polos itu beda tipis? Jawabannya adalah. Ya!

Kaivan mengulum senyum. Pria itu semakin mendapat angin segar karena mendengar pengakuan Kinan.

“Kalau kamu jadi istri saya, saya yakin setiap malam kamu bisa tidur nyenyak,” jawab Kaivan dengan santai.

Uhuk. Uhuk!
Kinan langsung tersedak mendengar jawaban dari Kaivan.

Gila … Kaivan semakin terang-terangan godain aku! Bagaimana ini Tuhan, sumpah malu banget rasanya!

Pria itu pun dengan cepat memberikan Kinan air minum.

“Pelan-pelan makannya.” Kaivan semakin tersenyum lebar melihat Kinan gelagapan karena grogi.

“Saya serius loh, Pak!” balas Kinan setelah berhasil menguasai dirinya dan kembali bersikap normal.

“Saya juga serius Kinan, nggak ada kebohongan di setiap kata yang saya ucapkan!” jawab Kaivan dengan suara berat dan seraknya. Tatapan intens pria itu seakan ingin memakan Kinan hidup-hidup.

Wajah Kinan seketika bersemu, rona merah alami yang membuatnya terlihat sangat cantik itu semakin membuat Kaivan geregetan. Pria itu sangat suka menggoda Kinan yang sedang gugup.

“S-saya  sudah selesai makan, Pak … karena hari sudah semakin malam, saya akan pulang sekarang!”

Sekali lagi Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Padahal Kaivan sangat suka melihat Kinan yang salah tingkah. Namun, wanita itu bisa dengan cepat bersikap biasa saja.

“Saya antar,” jawab Kaivan. Namun, Kinan langsung menggelengkan kepalanya.

“Jangan, Pak. Bukannya Anda baru mendingan? Biar saya naik taksi saja,” tolak Kinan.

“Baiklah … saya akan pesankan taksi buat kamu!”
Kinan langsung menghela napas lega  mendengarnya. Tidak berselang lama, taksi pun tiba. Kinan yang sudah tidak sabar ingin cepat pergi pun langsung memasuki mobil tersebut.

Kaivan melihat Kinan yang semakin menjauh. Pria itu menghela napasnya dalam.

“Kinan … kamu bisa membuatku gila karena terlalu lama bersabar ….”

***

"Astaga! Tolong kenapa jantungku berdetak nggak karuan. Sadar Kinan. Kaivan, pria itu nggak bener-bener cinta sama kamu, Dia hanya main-main saja!" ucap Kinan sambil memegang dadanya, mencoba meyakinkan diri agar tidak terjebak oleh rayuan bos-nya.

Berjalan ke Arahmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang