Saat sadar aku tak dapat mengingat apapun. Kepalaku terasa amat pusing. Ada gadis aneh yang terus saja menanyaiku ini dan itu. Sialnya aku tak bisa ingat. Hanya terlintas rekaman-rekaman hitam putih di sepanjang peristiwa yang terjadi. Aku familiar dengan semua tempat dan peristiwa dalam hidup itu, hanya saja aku tak dapat mengingat dengan jelas kejadiannya. Bahkan aku, siapa aku?. Nama?. Namaku adalah?.
Aroma salep yang menyengat membuat hidungku perih. Aku berlari ke luar ruangan untuk menghirup udara segar.
Entah apa yang dilakukan gadis asing itu. Ia terus berteriak. Saat keluar dari toko aku teringat kejadian dimana aku jatuh dan aku kehilangan ranselku. Aku panik dan marah. Aku hanya ingin ransel itu kembali. Aku berlari tanpa tujuan seperti sudah gila.
Gadis asing itu memegang lenganku. Ia menghentikanku sebelum berlari ke jalan raya. Aku tidak sadar habis menantang maut.
Perasaan aneh apa ini?. Mengapa aku tak bisa melakukan apapun. Kemana ingatanku. Aku pusing sekali. Gadis asing ini membuatnya semakin parah. Entah apa yang dia omelkan. Dia memaksaku masuk ke dalam mobilnya. Aku tidak kenal dia dan tidak kenal diriku sendiri. Aku sempat ingin berlari lagi tapi ucapan gadis itu menahanku.
"Aku bukan penjahat. Aku akan menolongmu."
Mengapa kata itu terdengar tulus?. Aku bukanlah orang yang mudah ditipu. Haruskah aku mempercayainya?. Egoku berkata tidak. Tapi kakiku justru melangkah mengikutinya.
Gadis itu membawaku ke kantor polisi. Ia menjelaskan keadaanku kepada petugas. Aku akhirnya ingat nama gadis itu setelah ia menjawab pertanyaan polisi. Ucapan polisi itu tidak kupahami. Bahasa mereka tidak terdengar familiar, tapi saat gadis bernama Tzuyu itu bicara aku paham yang ia katakan, meskipun banyak kosakata yang terdengar janggal. Tzuyu berbicara dengan banyak bahasa.
Karena hanya memahami ucapannya saja aku hanya bisa mengikutinya setidaknya untuk saat ini. Perlahan aku mulai mengingat sedikit demi sedikit. Sesuatu itu sudah dekat, aku berusaha keras untuk mengingat. Tapi karena Tzuyu yang tidak sabaran itu terus saja merusak konsentrasiku. Aku sangat frustrasi. Kali ini gagal, tapi aku tidak akan menyerah.
Aku mecoba memasang sabuk pengaman namun sulit sekali dilakukan karena tanganku yang luka. Tzuyu kemudian memakaikan sabuk itu kepadaku. Posisi tubuhnya begitu dekat denganku. Aroma tubuhnya wangi semerbak bunga, dia sempat tergelincir. Kepalanya membenturku. Ia mengelus jidatku yang merah, mata kamipun saling bertemu. Perasaan dan pengalaman seperti ini begitu baru bagiku.
Disepanjang jalan Tzuyu bercerita pengalamannya sebagai vlogger. Sejak saat itu aku tidak menyukainya. Ternyata ia sama saja seperti orang lain. Aku tidak suka traveller yang hanya merekam video seperti itu.
Aku ingat sesuatu. Aku seorang traveller.
Tzuyu melangkah ke dalam kuil sambil merekam lewat kameranya. Inilah yang tidak dipahami oleh orang sepertinya. Mereka tidak menghargai momen sesungguhnya, keaslian dunia ini.
Karena bosan mengikutinya terus, aku duduk di dekat pohon di luar kuil. Aku ingat pekerjaanku, tapi nama?. Siapa...?
Dua orang wanita paruh baya yang baru keluar dari kuil melewatiku, aku mendengar pembicaraan mereka.
"Kalau kau berdoa dengan baik di kuil ini maka sang buddha akan mengabulkan permintaanmu loh. Kemarin aku minta agar putraku lulus ujian kuliah, ternyata ia benar diterima di kampus internasional. Makanya aku datang lagi hari ini untuk berterima kasih."
"Wah hebat ya."
Pasti hanya kebetulan. Aku tidak akan dibodohi oleh hal seperti itu.
Seharusnya tidak.
Beberapa menit kemudian aku masuk kembali ke dalam kuil dan mencari Tzuyu. Gadis itu sedang berdoa dengan khusyuk sekali.
Lagi-lagi kakiku ini melangkah mendekatinya. Mumpung berada disini mengapa aku tidak mencobanya?.
Kupejamkan mata dan kucakupkan tangan. "Aku ingin ingatanku kembali." Aku mengucapkan itu sampai seratus kali.
.
Saat tiba di rumah Tzuyu aku begitu tercengang. Ternyata ia memang sekaya itu. Dia mengizinkanku menggunakan salah satu kamar disana. Belum sempat aku berterima kasih ia sudah menghilang menuju kamarnya. Ia kelihatan lelah, mungkin ingin segera istirahat. Aku memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
Saat aku menyalakan shower dan ingin mengambil handuk aku tersandung oleh karpet dan kepalaku terbentur di dinding bak mandi.
Mungkin tidak saat menghadapi badai di gurun atau gunung terjal, apakah aku akan mati di toilet?. Pandanganku sepenuhnya hitam. Kudengar Tzuyu memanggilku. Aku tak sempat menjawab, karena kesadaranku telah kembali. Ingatan itu muncul.
Aku Minatozaki Sana. Hal yang paling kubenci adalah rumah. Dan bayangan seseorang yang mengusirku itu begitu memukul hatiku.
.
Setelah membersihkan diri sebentar aku menenangkan diri sesaat karena kepalaku masih sakit. Aku bukan orang yang hanya diam dan putus asa saat ada masalah. Aku harus mencari ransel itu dan melanjutkan perjalananku.
Awalnya aku ingin memberitahu Tzuyu dengan sebaik mungkin dan berterima kasih padanya.
Aku selalu menyesali diriku yang angkuh ini. Aku tidak bisa menghaluskan ucapanku sehingga dengan gelagak ini orang-orang dengan mudah membenciku. Meski tidak berhasil mengucapkannya, Tapi dalam lubuk hatiku aku sangat berterima kasih.
.
Saat keluar dari gedung mewah itu aku tahu akan sulit menemukan ransel itu. Aku harus memilih opsi lain. Sebelum aku benar-benar kelaparan aku harus mendapatkan uang. Aku menyusuri jalanan dan pertokoan disepanjang jalan kota. Dengan bahasa mandarin dan Inggris seadanya.
Aku jadi sulit diterima bekerja. Bahkan hanya untuk tukang bersih-bersih.
Hari semakin malam. Aku terpaksa harus kelaparan malam ini. Aku tidak akan menyerah. Kuambil semua selebaran dan brosur pencari pekerjaan yang tertempel di setiap beton lampu merah.
"Apa kau sedang mencari pekerjaan nona?." Tanya seorang gadis remaja. Pakaiannya lusuh. Aroma amis begitu menyengat darinya. "Aku bekerja di perusahaan ikan di Tainan. Kami sedang kekurangan pekerja, jika kau mau ikutlah denganku kami tidak perlu pengalaman dan pendidikan tinggi, asal kamu niat bekerja dan tekun saja sudah cukup. Oh ya, siapa namamu?"
"Benarkah ?, aku mau bekerja. Namaku Sana." Dengan cepat aku membalas uluran tangannya.
Gadis itu menyerahkkan brosur tempatnya bekerja. "Namaku Yaya." Ia tersenyum dan menjabat tanganku. Anak remaja itu memberikan kotak makannya kepadaku. "Makanlah ini nona. Kulihat anda sepertinya belum makan."
Aku menolaknya. Tapi gadis itu memaksa.
"Tenang saja nona aku mendapatkan ini gratis dari kuil. Tadi aku sudah makan disana."
Aku bingung harus bagaimana. Perutku memang sangat lapar. Aku terpaksa menerimanya. Aku memakan kotak makan itu di dalam kereta. Sekarang aku bersama Yaya akan pergi ke Tainan.
👄🌇🏙
Next ?Votee 💙💜
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Lost Traveller" #SATZU
FanfictionBagi Minatozaki Sana berpergian keliling dunia adalah satu-satunya cara meraih kebahagiaan. Satu hal yang paling ia benci adalah rumah. Ia bersumpah tak akan pernah pulang bagaimanapun keadaannya. Kepribadian Sana yang fleksibel membuatnya mudah ber...