Part 3. Biara Fo Guang Shan ⛩️

112 17 0
                                    

Akhirnya setelah kupaksa gadis ini mau masuk ke mobil. Langsung saja aku bawa dia ke kantor polisi setempat. Sepanjang jalan ia hanya menatap keluar jendela.

Apa yang bisa kutanyakan padanya. Ia bahkan tidak ingat namanya sendiri.

Gadis itu kelihatan pucat. Banyak luka gores pada lengannya. Aku penasaran apa yang membuatnya seperti itu. Membayangkannya saja membuatku perih.

Kemudian setibanya di kantor polisi langsung saja kami menuju ke bagian imigrasi.

"Nama?" Tanya polisi dengan kumis tebal yang menutupi hampir setengah wajahnya. Perutnya seperti balon yang akan segera meledak saking besarnya. 

"Aku Chou Tzuyu."

"Apa hubunganmu dengannya?"

"Tidak ada. Tuan tolong urus dia. Ia mungkin lupa ingatan. Ia sempat diserang oleh pencopet."

"Hmm oke baiklah. Kalau begitu kami tidak bisa menerimanya. Sebelum ingatannya kembali dia adalah tanggung jawabmu.

"Apa? Mana bisa begitu?" Aku memprotes keras.

"Maaf nona. Kami akan mencari informasinya dan mengkonfirmasi dari kantor pusat imigrasi. Jadi perlu waktu kurang lebih seminggu. Aku khawatir nona ini bukan traveller legal. Kami akan menghubungimu setelah mendapat kabar."

"Dasar polisi pemalas!." Aku mengumpat setelah masuk ke dalam mobil.

Nona Jepang itu berdiri mematung di luar. 

"Hei nona jangan bengong saja. Cepat masuk sebelum aku berubah pikiran. Apa kau mau jadi gelandangan?." 

"Kita akan kemana?."

 Tanyanya setelah masuk dengan gerakan sangat lambat. Ia mencoba memasang sabuk pengaman tapi tak kunjung berhasil. Melihatnya seperti itu membuatku frustrasi.

"Sini kemarikan." Aku memasangkan sabuk pengaman kepadanya. Sialnya karena posisi kaki yang kurang pas dan ruang yang sempit untuk kakiku yang panjang membuat aku kesulitan menempatkan kaki sehingga aku kehilangan keseimbangan dan hampir menimpa nona Jepang itu. Kepalaku sedikit terbentur dengan kepalanya. Melihat jidatnya yang kemerahan aku mengusapnya sedikit sambil meminta maaf. Nona Jepang itu menatapku lamat-lamat. Entah mengapa tatapan itu terasa memabukkan. Aku kesulitan beralih padang darinya. 

Sambil memperbaiki posisiku, aku berdehem untuk mengurangi kecanggungan. "Kamu perlu membersihkan diri dan beristirahat jadi kita akan ke penthouse ku. Tapi sebelum itu aku akan berkujung ke Kuil Fo Guang Shan untuk merekam beberapa footage."

Nona Jepang itu menatapku. 

"Apa kamu tahu footage?"

Dia menggeleng. 

Benarkah?. Tak kusangka ia tak tahu. Padahal para traveller selalu mengabadikan perjalanannya untuk dipublikasikan atau sekedar dijadikan kenangan. "Jangan bilang kamu tidak tahu vlog?"

"Tentu saja aku tahu. Itu adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang narsis." Ucapnya dengan ekspresi datar. 

Menyebalkan sekali, enak saja dia menghina pekerjaanku. "Hei apa kau tahu nona, meskipun kau bilang narsis, vlog itu banyak manfaatnya tahu. Aku bahkan menghasilkan uang miliaran dari konten yang kubuat. Selain itu aku bisa meghibur dan mengedukasi banyak orang lewat pengalaman travellingku ke berbagai negara."

Nona Jepang itu membuang muka ke samping. Sisa perjalanan kami habiskan dengan senyap. 

"Kau mau ikut turun atau tidak?." 

Mata nona itu berbinar melihat Biara yang megah dihadapannya. 

"Oke berarti kamu ikut."

Aku mengeluarkan kamera dari tas dan berjalan menuju biara sambil merekam keindahan dan kemegahan tempat itu. Si nona Jepang mengikutiku dari belakang. Kelihatannya dia memang suka mengunjungi tempat baru. Aku bisa melihat jiwa pengembara sepertiku pada dirinya. Namun tentu saja yang membedakannya adalah dia tidak pernah mendokumentasikan perjalanannya. 

"The Lost Traveller" #SATZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang