Part 6. Encounter 👄

96 13 0
                                    

Siang itu dewi keberuntungan berada di pihakku. Aku bersiap pergi ke Tainan membawa kabar kemenangan. Kali ini Nona Jepang itu pasti senang melihatku.

Sebelumnya aku mendapat telepon dari kantor kepolisian setempat bahwa pencopet itu sudah ditemukan begitu juga ransel yang dicuri.

"Nona Sana ada yang mencarimu." Ujar Yaya

Sana menghentikan pekerjaannya. "Siapa?." Dia menoleh ke arahku. Matanya membulat. Pupil matanya membesar. Gadis itu menggunakan celemek yang telah dikotori darah ikan segar. "Apa yang kau lakukan disini?."

"Aku membawa kabar baik untukmu. Ikutlah denganku."

Sana menatap Yaya. "Bolehkah aku pergi sebentar?."

Aku memberi Yaya kode agar mengizinkannya.

"Tentu saja nona."

Aku melangkah keluar pabrik, Sana mengikutiku dengan penasaran.

"Bukankah kau marah padaku?." Ujar Sana dengan canggung.

"Ya aku kesal kau menolak kebaikanku. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak memahami kepribadianmu itu."

"Maaf jika aku menyinggungmu sebelumnya, jujur saja aku tidak memilliki niat demikian."

"Aku paham. Jadi sekarang apa kau mau ikut denganku?."

"Tapi..."

"Aku tahu kau bisa melakukannya sendiri. Tapi aku menawarkan diri dengan tulus. Maukah kau berteman denganku?."

"Teman?. Mengapa kau ingin berteman denganku?."

"Aku ingin belajar darimu."

Sana menatapku lamat-lamat.

Sial. Tatapannya itu. Mengapa begitu tajam?.

Dia tersenyum. "Apa kau yakin bisa bertahan disisiku?. Dalam 7 tahun selama masa travellingku selalu ada orang yang penasaran dan ingin mengikuti caraku berpetualang. Apa kamu tahu orang-orang itu selalu berakhir kecewa dan pergi karena tidak sanggup dengan caraku yang berbeda untuk mencari kesenangan."

"Tentu saja itu tidak mengagetkan. Entah mereka yang tidak mampu atau kau sengaja membuat mereka tersesat." Aku mengulurkan tangan untuk berjabat.

Ada sedikit keraguan di mata Sana. "Apa maksudmu aku membuat mereka tersesat?."

"Akan kuberitahu setelah kau menerima tawaran persahabatan ini."

Sana memijat pelipisnya. "Apa kau sedang mempermainkanku?"

"Aku yakin kau tahu benar bagaimana menilai ketulusan seseorang."

Sana mengangguk, dia terlihat puas.

"Ayo tunjukan jalannya."

"Benarkah?."

Aku dan Sana kembali ke Kaohsiung untuk mengambil ransel miliknya. Dia duduk dengan tenang sambil menatap ke luar kaca mobil. Kami berkendara melewati kota Tainan.

"Apa kau tahu Tainan adalah tempat kelahiranku?"

"Benarkah?"

"Kalau kamu berjalan di beberapa kawasan tertentu di Tainan akan terasa seperti berada di tengah ruangan berusia 400 tahun. Kota ini memiliki sejarah yang agak rumit. Banyak kekuatan asing menguasai kota ini, pada masa Pendudukan Belanda, zaman Zheng, Dinasti Qing, kaum Nasionalis, dan Era Kolonial Jepang. Oleh karena itu, kisah yang mendasari kota ini mencakup keindahan dan kesedihan."

Sana terlihat senang mendengar informasi ini.

"Sebelum dipindahkan ke Taipei dahulunya ini merupakan ibukota Taiwan."

"The Lost Traveller" #SATZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang