Pembawa berita di stasiun TV nasional Taiwan mengabarkan bahwa akan terjadi badai topan yang terbawa dari samudra Pasifik. Meskipun awalnya cuaca begitu cerah namun ketika sore tiba angin dan awan mulai menggumpal dan burung-burung mulai memasuki sarangnya. Pertandingan Triathlon sudah berakhir sejak beberapa jam yang lalu.
Melihat berita yang mendadak tersebut membuat banyak masyarakat menggulung tikar dan menghentikan aktivitas di luar ruangan. Para pekerja dan siswa dipulangkan lebih awal, dan pemerintah mengeluarkan pernyataan untuk menghimbau masyarakat agar tidak meninggalkan rumah sebab cuaca yang begitu ekstrem berpotensi menimbulkan bencana susulan.
Bagaimana bisa hari yang begitu indah berubah menjadi amat kelam dalam waktu yang sangat singkat.
Jika alam sudah berkehendak maka apapun bisa terjadi.
Tzuyu mungkin tengah kebingungan mencariku atau mungkin saja ia sudah melupakanku. Siapa yang tahu.
Ditengah cuaca yang buruk ini entah mengapa hanya kesepian yang selalu bersamaku. Jalan-jalanan di kota perlahan mulai sepi. Ibu dan ayah terlihat menjemput putra dan putri mereka dari sekolah. Semuanya berpegangan tangan. Semuanya berpelukan erat. Disaat masa sulit tiba kebersamaan dengan keluarga menjadi begitu berharga. Hingga kini aku telah berkenala cukup jauh. Jauh dari rumah, jauh dari kasih dan cinta. Bahkan ketika cinta itu akhirnya datang kembali, ia segera pergi terbawa badai. Dan disinilah aku kembali seorang diri. Dingin dan kesepian. Aku terombang-ambing dalam badai.
Seharusnya aku tidak menantang badai. Disaat semua orang menghindari laut pasifik aku malah mendekat ke arahnya. Mungkin inilah akhirnya, setidaknya aku tidak akan kesepian karena badai akan memelukku. Angin topan yang mengerikan itupun akhirnya datang. Begitu tinggi dan besar. Air laut telah meluap, anginnya bahkan mencambut pohon hingga ke akar-akarnya. Langit begitu gelap. Apakah yang sedang terjadi hingga alam begitu murka.
Di tepi laut ini aku tak berdaya, aku berpeluk dalam topan dan terbuang ke dalam laut. Terbuang bagai rongsokan yang tak berguna.
Menghilang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Not everyone is meant to stay forever. Some people come into our lives just for a little while to teach us something. - Roy T. Bennett
(Tidak semua orang ditakdirkan untuk tinggal selamanya. Beberapa orang datang ke dalam hidup kita hanya untuk sementara waktu untuk mengajari kita sesuatu.).
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah satu tahun sejak bencana yang begitu kejam itu terjadi. Bahkan sampai kini aku masih terus mencarinya. Para polisi dan detektif mulai lelah meladeniku. Bahkan keluarga dan temanku mulai menganggapku gila. Tidak ada jasad tidak ada petunjuk. Semuanya tertelan dalam badai.
Dengah kejenuhan dan pencarian tak berujung ini tidak akan menghentikan tekadku. Aku yakin Sana tidak akan meninggalkanku. Dia sudah berjanji untuk itu.
Keputusan polisi untuk menutup kasus ini membuatku begitu sedih dan marah. Aku masih belum menyerah. Bahkan jika bisa, akan aku kerahkan seluruh dunia untuk mencarinya.
Kim Tahu memegang bahuku. "Teman aku turut bersedih."
"Mengapa? Memangya apa yang terjadi ah?. Sana baik-baik saja!."
Kim Tahu memukul-mukul dadanya. Pukulan itu amat keras.
"Hei! Dahyun! berhenti!." Aku menahan tangannya. "Apa yang kau lakukan?."
Wajah Dahyun yang biasanya selalu sumringah kini berbalik 180 derajat. Dia terus menyalahkan dirinya.
"Entah mengapa aku selalu merasa dia menghilang karenaku Tzu."
"Hei kita tahu itu tidak disengaja."
"Bagaimana jika dia salah menilai ketidaksengajaan itu?. Bagaimana jika dia melihat kita waktu itu dan memilih pergi begitu saja?." Dahyun menangis, ia tampak begitu tersiksa. "Aku terus memikirkan ini Tzuyu. Jika saja tidak ada kerikil di arena maka semua ini tidak akan terjadi."
Aku menepuk pundak Dahyun. Ia telah banyak membantuku selama masa-masa sulit ini. "Dahyun bisa saja Sana pergi karena alasan lain. Kit-"
Dahyun memotong ucapanku. "Tidak Tzuyu, jika memang karena hal lain, aku tidak akan semenyesal ini. Aku tidak akan menghabiskan waktuku dan tahun-tahun yang menyenangkan dengan mencari seorang gadis yang bahkan tidak aku kenal. Pikiran ini terus saja menggangguku."
"Tapi mengapa dia harus pergi?"
"Dia mencintaimu Tzuyu!. Aku yakin dia kecewa setelah melihatku bersamamu."
Jika memang polisi tak mau lagi membantu maka aku akan menggunakan cara lain. Aku dan Dahyun pergi ke kota Taipei untuk menemui temanku yang bekerja sebagai jurnalis lepas. Dia sudah terbiasa menulis artikel-artikel kontroversi dan tidak jarang mendapatkan ancaman dari para penguasa karena mengemukakan fakta yang dapat mengungkap kebenaran, termasuk kasus korupsi yang dilakukan salah satu walikota Taipei yang ia tulis setahun lalu. Tulisan itu berhasil membuat para petinggi di hukum. Untuk itulah kali ini aku juga akan menggunakan kekuatan pers untuk membuat kasus hilangnya Sana menjadi viral, sehingga akan lebih banyak orang-orang yang tahu dan lebih banyak bantuan.
Karena sering melawan para penguasa pengamanan rumah Guanlin sangat ketat. Di gerbangnya saja terdapat sebelas penjaga dan pintu rumahnya terbuat dari baja. Aku harus menyerahkan tanda pengenal serta diperiksa berulang kali.
"Siapa dia?. Mengapa ada orang Korea bersamamu?."
"Dia temanku pak. Bisakah aku masuk sekarang?."
Satpam berwajah tegas itu mengerang. Tatapannya sangat waspada. "Baiklah tuan Guanlin telah mengizinkan kalian masuk."
"Hei sudah lama sekali kawan!." Guanlin membuka lengannya.
Aku memeluknya singkat.
Dahyun menjabat tangan Guanlin.
"Datang dari Korea ah?. Aku pernah sekali kesana. Apa kau tahu kasus idol yang memakai narkoba dan hobi pesta s*x ? Aku salah satu tim jurnalis yang melakukan investigasi disana. Itu salah satu kasus yang menegangkan yang pernah kulakukan. Hampir saja tim kami ketahuan dan dibunuh oleh sekelompok elit yang melindungi mereka."
Dahyun mendengarkan dengan serius ucapan Guanlin. Ia terlihat terpesona setelah mendengar ceritanya. "Kamu sangat berani dan hebat." Dahyun tersenyum.
"Ekhem.." Aku berdehem.
Dahyun dan Guanlin melepas pandangan mereka.
"Oh ya.. jadi duduklah dulu aku akan mengambil laptopku."
Guanlin mempersilakan kami duduk di ruangan kerjanya. Dia mendengarkan ceritaku dan mulai mengetik di laptopnya.
"Oke Tzuyu aku sudah selesai. Artikel ini akan terbit besok dengan judul The Lost Traveller."
"Terima kasih banyak Guanlin."
"Sama-sama kawan, aku harap ini bisa membantu menemukan Sana. Aku akan membuatnya dalam berbagai versi bahasa bahasa Inggris, Jepang, Korea, dan Afrika, Mandarin, Melayu, Belanda, Prancis, dan seterusnya . Aku harap seseorang yang membaca artikelnya tahu keberadaan Sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Lost Traveller" #SATZU
FanfictionBagi Minatozaki Sana berpergian keliling dunia adalah satu-satunya cara meraih kebahagiaan. Satu hal yang paling ia benci adalah rumah. Ia bersumpah tak akan pernah pulang bagaimanapun keadaannya. Kepribadian Sana yang fleksibel membuatnya mudah ber...