Malam hari gerimis datang bersama perasaan sendu dalam hatiku. Ketika kutatap jalanan yang basah dari apartemen, aku merasakan kedinginan dari aspal jalanan itu. Tubuhku bak menyatu dengan aspal jalanan yang basah dan membisu. Bagaimana rasanya kesepian padahal banyak orang berpijak padanya.
Bagaimana keadaan nona Jepang itu sekarang?.
Aku memang marah. Aku membencinya. Keangkuhannya.
Bersama waktu perasaanku hanyut tenggelam dalam samudra yang dalam. Apa yang dia bawa pergi dariku?. Apa yang dia ambil sehingga aku tertahan dalam kegelisahan ini?.
Apa yang mendorongku untuk menerobos hujan demi melihatnya baik-baik saja.
Sudah begitu banyak penolakkan yang dia terima. Rasa lelah dan lapar yang menggerogotinya membuatku tidak tega hanya berpangku tangan saja.
Apa yang telah dia ungkapkan padaku sebelumnya tidaklah omongan belaka. Meski badai menerjang ia tetap berusaha. Tangannya selalu mengepal untuk berkarya. Ia bisa saja mendapatkan uang dengan mengemis. Namun mental itu tidak ada dalam jiwanya. Sekarang aku tahu mengapa ia adalah pengembara sejati.
Nona Jepang itu mengambil semua brosur pekerjaan yang ia bisa. Aku teringat perusahaan perikanan kakakku di Tainan. Perusahaan itu menerima siapapun yang memiliki tekad untuk bekerja.
Aku kemudian menelpon Yaya, gadis remaja yang bekerja di perusahaan kakak. Dulunya dia tinggal di panti asuhan yang kerap aku biayai. Aku menjadi dekat dengannya karena sering berkunjung ke panti asuhan Yaya.
Dalam sepuluh menit gadis itu sudah datang untuk membantuku.
"Hai Kak Tzuyu, aku senang kakak menelpon." Gadis itu tersenyum. Pakaiannya kotor dan bau amis. "Aku habis mengantar ikan di restoran dekat sini. Aku senang sekali kak Tzuyu menghubungiku."
"Kamu sudah besar Yaya." Aku mengusap kepala gadis itu.
"Kakak perlu bantuan apa?. Aku dengan senang hati pasti membantumu."
"Kau lihat gadis yang dekat tiang itu." Aku menunjuk ke arah nona Jepang yang sedang membaca brosur-brosur yang ditemukannya. Aku ragu ia dapat mengerti tulisan mandarin itu. Kuserahkan kotak makan yang telah kusiapkan sebelumnya. "Tolong berikan ini kepadanya. Dan jangan beritahu ini dariku. Bahkan jangan sebut apapun tentangku."
"Tapi kenapa kak?. Siapa dia?."
"Entahlah Yaya. Aku ingin kau juga menanyakannya dan beritahu aku nanti."
Yaya mengambil kotak makanan yang aku berikan. "Kelihatannya dia bukan orang kita."
"Kamu benar, kalau bisa sih kamu ngomong dengannya pakai bahasa Jepang tapi kamu pakai bahasa inggris saja aku yakin dia paham sedikit."
"Oke kak, ada lagi?"
"Ya ajaklah dia bekerja bersamamu. Dia tidak punya uang dan kehilangan barang berharganya. Kamu tahu dia sangat keras kepala dan tidak suka menerima amal. Jadi biarkan saja dia bekerja dan tinggal di asrama pekerja."
"Tapi apa kita harus melakukan itu?. Bagaimana jika ia imigran ilegal?."
"Aku yakin dia bukan mau tinggal disini. Ia seorang traveller. Apa kau tahu itu?."
Yaya mengangguk ragu. "Ya aku pikir. Tapi apa itu?."
"Jadi mereka adalah Turis. Orang yang mengunjungi daerah atau negara tertentu dengan tujuan hanya ingin melancong saja. Kalau sudah selesai mereka akan pindah negara untuk mencari pengalaman baru."
"Berarti mereka kaya dong. Kenapa butuh pekerjaan?. Aku saja belum pernah ke luar negri." Ucap Yaya dengan polosnya.
"Kamu ini banyak tanya ya!. Sudah kubilang harta bendanya sudah dicopet. Polisi masih mencarinya tapi gadis itu tidak bisa diam sebentar saja. Aku tidak mau dia jadi gelandang luntag- lantung di negara kita. Nasibnya sudah buruk sejak datang kesini. Dan para berandal itu membuat buruk citra negara kita di mata turis."
"Benarkah kak?, tidak ada alasan lain?. Kulihat nona itu cukup menarik!." Yaya menatapku dengan ekspresi aneh.
"Tidak Yaya. Kau ingin membantuku atau tidak?. Cepat sana sebelum dia pergi."
"Oke siap bos!."
Yaya pergi menemui Sana.
Aku memperhatikan mereka dari kejauhan. Kelihatannya berhasil.
Syukurlah.
Mereka sudah pergi ke stasiun dan berpindah ke kota Tainan.
Aku memutuskan kembali ke penthouse. Yaya mengirimiku pesan.
Namanya Minatozaki Sana.
"Minatozaki Sana?." Entah mengapa aku tersenyum padahal hanya menyebutkan namanya.
.
Setelah satu jam perjalanan kereta aku dan Yaya tiba di kota Tainan. Ini adalah kota kedua yang aku kunjungi di Taiwan. Kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju pabrik ikan di dekat pelabuhan.
"Nona ini adalah asrama para pekerja." Yaya menunjukkan gedung dua lantai disebelah pabrik. "Para pekerja yang tidak sempat pulang bisa beristirahat di sini. Selain itu kau bisa tinggal disini secara gratis selama kau masih bekerja untuk perusahaan. Tidak perlu biaya sewa, semua ini fasilitas dari perusahaan untuk para pekerja."
"Benarkah?." Tempat itu begitu bagus. Ruangannya rapi dan gedungnya begitu terawat. Jarang-jarang ada perusahaan yang seperti ini kepada para pekerjanya."
"Tentu saja nona. Apa kau tahu perusahaan ini adalah jaringan bisnis milik keluarga Chou. Mereka termasuk 3 keluarga paling berpengaruh di Taiwan. Mereka pebisnis yang sukses. Aku kenal dekat dengan salah satu anak mereka, dia sangat baik dan dermawan."
"Benarkah?."
Yaya mengangguk. Dia menuntunku menuju kamar. Aku mendapatkan kamar di lantai dua.
"Dulunya ini milikku. Tapi setelah gajiku cukup aku sudah membeli rumah di Kaohsiung. Sekarang aku tinggal disana sambil merawat nenekku."
"Terima kasih Yaya. Aku sangat berterima kasih. Kau sangat membantu perjalananku kali ini."
"Sama-sama nona. Aku hanya perantara saja kok. Ngomong, ngomong nona pasti sudah banyak pergi ke luar negri ya?. Berarti nona kaya dong bisa pergi kemanapun."
Aku terseyum canggung. Mungkin tidak sekarang kuceritakan tentang kekayaanku.
"Aku ingin beristirahat. Jam berapa besok aku harus bekerja?"
"Oke baiklah. Datang saja jam 7 pagi. Dan untuk hutan di seberang jangan pernah pergi ke sana ya, karena sangat berbahaya terutama bagi orang awam sepertimu. Selamat beristirahat."
Gadis itu pergi dan aku mulai merebahkan diri di atas ranjang. Entah cerita apa lagi yang akan aku dapatkan dari tempat ini. Kubuka sedikit jendela agar udara segar masuk. Terkait hutan dibelakang gedung ini kelihatannya cukup menarik untuk dijelajahi. Tapi sebelum itu aku harus mendapatkan ranselku kembali bagaimanapun caranya.
.
"Ya halo kenapa kak?."
"Yaya bilang kau menambahkan pekerja baru di pabrik ikan. Mengapa kau seenaknya saja?. Bisnis itu bagian kakak, mengapa kamu ikut campur?. Aku dengar dia warga asing, kamu tahu itu melanggar undang-undang CHOU TZUYU!"
"Hehe iya maaf kak, hanya beberapa hari saja. Kumohon. Aku janji tidak akan ada masalah. Setelah aku mendapatkan ranselnya aku akan menjemput gadis itu."
"TIDAK BISA CHOU TZUYU! APA KAU GILA?!"
"Tenanglah kak. Ayah menyuruhku mengurus gadis itu. Kau tidak akan menentangnya kan?."
"Ah sudahlah-. Tapi kakak tidak tanggung jawab bila terjadi masalah."
"Thank you kak. Lopee youu."
💙💜
Vote !!
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Lost Traveller" #SATZU
FanfictionBagi Minatozaki Sana berpergian keliling dunia adalah satu-satunya cara meraih kebahagiaan. Satu hal yang paling ia benci adalah rumah. Ia bersumpah tak akan pernah pulang bagaimanapun keadaannya. Kepribadian Sana yang fleksibel membuatnya mudah ber...