Part 7. Kenting National Forest 🏞

97 14 2
                                    

Pagi ini kami disibukkan dengan mempersiapkan perlengkapan travelling. Suara-suara barangku yang berjatuhan membuat suasana makin gaduh. Aku tidak menyangka sudah kesiangan. Sana yang sudah selesai membantuku mengambil toples makanan dan botol minum yang terjatuh.

"Terima kasih Sana. Maaf aku membuatmu menunggu lama."

Sana memasukkan botol ke lubang tasku. "Ini adalah yang pertama sekaligus terakhir kali. Kalau kamu telat lagi aku akan meninggalkanmu."

Aku menelan ludah kasar. Akan menjadi bencana jika aku lelet. Sana jelas gadis yang disiplin.

"Kemarikan kotak makanmu. Biar aku yang isi, kamu lanjutkan saja mengurus barang yang lain."

Aku memberikan kotak itu pada Sana dan kemudian pergi membereskan perlengkapan kameraku yang selalu aku bawa kemana-mana. Ini sangat penting sebagai alat vlogku.

Karena sudah kesiangan kami memutuskan sarapan di jalan. Tepat saat aku akan mengambil kunci mobil Sana menghentikanku.

"Ada apa?."

"Kita jangan naik mobil. Aku ini traveller sejati, aku berjalan dan menemukan kendaraan yang bisa membantu jika perlu."

"Tapi cuaca sangat panas akan perlu waktu lama untuk sampai."

"Apa yang kau kejar Tzuyu?. Bagiku melangkah menuju tujuan kita tanpa tahu banyak hal adalah kebahagiaan tersendiri sebagai turis. Kalau lelah nanti kita bisa naik bus atau kereta, kita akan menemukan jawaban jika telah mengerti perjalanan." Sana menatapku dengan sinis. "Jika kamu tidak mau maka aku akan pergi sendiri. Aku tidak akan melarangmu lagi jika mau pergi sekarang."

"Tidak! aku akan ikut denganmu." Aku tertawa canggung. "Lagipula aku ini sangat sehat apa kau tahu?." Aku melipat lengan baju dan menunjukkan ototku yang tidak terbentuk, meski begitu aku tetap percaya diri. "Aku bahkan bisa mendaki apa itu namanya gunung tertinggi di dunia, oh iya Mount Everest. Kamu pasti belum pernah kan?." Ujarku dengang sombong. Aku hanya ingin terlihat keren dan meyakinkan makanya aku sedikit membual. Sebenarnya aku tidak berani dengan ketinggian, dan aku mudah lelah.

Sana hanya tersenyum melihatku. Dia menunjukkan tatapan meragukanku. "Oh kau hebat juga ya?."

"Ya tentu saja!." Sahutku dengan bangga. "Ayo kita meluncur."

Benar saja cuaca hari itu begitu panas. Meskipun kami telah menggunakan topi tetap saja tidak banyak membantu. Tapi apapun itu aku harus tetap slay karena aku akan mengambil vlog.

"Tunggu sebentar!" Sana menahanku. "Apa yang kamu lakukan?."

Aku menurunkan kamera. "Apa kamu tidak bisa lihat?."

"Aku tidak mau masuk dalam rekaman." Sana mengeruttkan keningnya.

Ah sial mengapa dia terlihat menggemaskan!.

"Lagian siapa juga yang ngerekam kamu?. Lihat nih aku hanya merekam jalanan dan diriku yang hampir gosong ini demi subscriberku. Kamunya aja yang kegeeran."

Sana menaruh tangannya di pinggang. "Ck..yasudahlah lanjutkan saja hal bodohmu itu, tapi jangan sampai aku terekam." Mata Sana melotot memberi peringatan.

"Iya nona Sana cantikkkkkk." Aku menakupkan tangan ala-ala orang India.

Sana segera memalingkan wajahnya. Aku tidak tahu ia semakin kesal atau tengah tersenyum. Akupun melanjutkan vlog. "Oke bestieee sekarang kita oh maksudku aku akan menuju ke Pingtung. Kali ini ada yang spesial, funfact aku akan berjalan kaki entah sampai kapan, mungkin nanti kalau mau pingsan baru mencari tumpangan." Aku melirik Sana.

Dia melirikku seakan ingin mendebat.

Aku menyengir penuh kemenangan. Selama aku merekam Sana tidak akan berani membantah karena ia tak ingin terihat di kamera.

"The Lost Traveller" #SATZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang