Part 12. Taipei 🌌

51 10 0
                                    

 "Art of waiting is great; if you wait, you get the fruit. I am waiting for you, as you are my precious." ―Unknown

(Seni bersabar itu luar biasa; saat kamu mau menunggu, kamu akan mendapatkan buah. Aku menunggumu, karena kamu yang paling berharga bagiku.)

.

.

.

TAIPEI, TAIWAN. 

SEBELAS TAHUN BERLALU DAN AKU MASIH BERHARAP.

"Kemanakah langit membawamu?, kemanakah lautan menyeretmu?. Bahkan buah yang terlalu lama matang akan kehilangan rasanya. Sana... aku menyimpan anggur. Aku ingin menjadi luar biasa sepertinya. Tidak seperti kebanyakan buah yang semakin lama membusuk semakin tidak lezat. Aku menyimpannya karena semakin lama anggur itu disimpan akan semakin manis dan memabukkan. Bahkan jika nanti ujung senja akhirnya tiba padaku, aku masih mempunyai rasa manis itu. Dibawah langit yang sama aku tak pernah lagi beranjak. Namun begitu aku tak pernah berhenti berkelana. Aku tahu kamu juga sama. Seorang Sana yang tidak pernah tahu perasaanku, dan daku yang tak pernah mendengarmu mengucapkannya. Orang-orang yang tahu mungkin akan mengasihani kemalangan ini. Dan ada juga yang menyalahkan kita yang juga tidak terlepas dari kesalahan. Aku tidak akan terpengaruh. Seperti yang sering kau ucapkan. Tidak akan aku biarkan itu menguasainya. Kamu yang mendaki Everest dan aku yang menuliskannya. Alkisah suatu hari seorang gadis pergi dari rumahnya, aku tidak tahu mengapa kamu tidak bisa pulang. Ini akan menjadi pertanyaan abadi yang tidak pernah terjawab. Aku hanya bisa  menerka dan menerka."

"I've learned that waiting is the most difficult bit, and I want to get used to the feeling, knowing that you're with me, even when you're not by my side." ―Paulo Coelho

"Apa kau tahu kutipan itu?. Aku ingin jujur padamu Sana, meski sudah sangat bersabar tidak bisa dipungkiri aku juga lelah. Menunggu dan bersabar sangatlah sulit. Aku sangat merindukanmu. Kenangan kitalah yang membuatku masih bisa bertahan. Jika tidak, mungkin aku sudah menenggelamkan diri dan membiarkan lautan menelanku."

.

.

.

Bertahun-tahun berlalu dan kami masih petualang yang kehilangan arah. Sungguh malangnya diriku ini Tzuyu. Aku terombang-ambing di lautan bagai kapal yang kehilangan nahkodanya. Menyalahkan waktu sepertinya sangat  sulit dilakukan. Mengingat bagaimana waktu juga telah memberikan kita kesempatan untuk menjalani masa muda yang menyenangkan. Aku tidak akan melakukannya. Seperti yang sering kamu katakan, bahwa kebahagiaan juga dapat dilihat melalui hal-hal yang sederhana. Kebaikan akan terasa menyenangkan jika kamu dapat mensyukurinya. Meskipun sangat terlambat, aku tetap bersyukur karenamu aku bisa kembali pulang. Tzuyu... di akhir senja ini aku bahagia karena yang kuasa memberiku ingatan tentang dirimu. Aku mencintaimu selamanya. Perjalananku ke barat adalah yang paling indah. Semua itu karena dirimu. Dan aku bahagia.

.

.

.
.
.
.
.

.
.
.

.
.
.

.
.
.
















🧭🧭🧭🧭🧭

Bel rumahku berbunyi.

"Permisi, apa kau nyonya Chou Tzuyu". Seorang tukang pos memberiku surat. 

"Apa ini tagihan listrik?. Atau pajak bangunan?."

Petugas pos itu mengangkat alisnya. Dia membacakan alamat surat itu yang tertulis di luar amplop. Mataku yang semakin menua tidak bisa lagi diandalkan tanpa kacamataku yang tertinggal di atas kasur. 

"Surat ini dikirim dari Indonesia nyonya!." Ucap anak muda itu.

"Siapa yang mengirimnya?." 

Tukang pos itu menggeleng. "Tidak ada nama pengirimnya. Sebaiknya nyonya baca saja isinya ya." Dia menyerahkan surat itu.

Aku masuk ke kamar dan mengambil kacamataku. Kemudian, aku duduk di dekat balkon dibawah indahnya langit biru. Kubuka surat itu perlahan agar tidak ada yang tesobek. 

Apa kau masih ingat janjimu?. Video vlogmu di Jakarta sudah lebih dari 50 juta views. Kau harus mengunjungi Indonesia lagi. Sebagai seorang fans aku menantikan vlog terbarumu. Mungkin saja hal baik lainnya menanti di sini. 

Surat itu ternyata dari seorang penggemar. Sudah lebih dari sepuluh tahun aku tidak lagi aktif di saluran Youtube. Ternyata masih ada yang menonton videoku. 

Aku menghembuskan napas berat. "Haruskah kutepati janji itu?. Tapi aku sudah berhenti travelling sejak lama. Aku bahkan sangat takut pergi dari rumah."

Aku melanjutkan membaca surat itu.

Aku tahu kamu mungkin akan ragu untuk pergi ke sini. Melihat kamu tidak pernah mengupload konten lagi, aku curiga telah terjadi sesuatu kepadamu. Jadi tolong yakinkan dirimu cici Tzuyu. Seseorang yang baru aku temui berkata jangan biarkan ketakutan dan keraguan menguasai dirimu. Jangan lupa untuk bersyukur dan berbahagia. Lakukanlah apa yang membuatmu bahagia. 

Kami menantikanmu. 

"The Lost Traveller" #SATZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang