11 - Hari yang Kelam

285 26 2
                                    

Trigger Warning :
Dalam BAB ini terdapat beberapa hal yang menceritakan tentang kekerasan dan beberapa hal negatif. Mohon maaf apabila bagian dari cerita ini membuat tidak nyaman bagi pembaca. Silakan skip BAB ini jika dirasa tidak nyaman.

⏳⏳⏳

"Makasih ya Bu Yanti udah nganterin kue nya, padahal saya pesennya ngedadak lho." Ucap seorang wanita paruh baya di depan rumahnya.

"Sama-sama bu, saya juga makasih udah mau order kue buatan saya. Semoga suka ya!" Ucap Bunda Yanti selepas mengantarkan kue ke rumah pelanggannya sore ini.

"Sa, ayo kita pulang sekarang." Ucap Bunda Yanti pada anak keduanya. Namun tanpa ia sadari sejak tadi Arsa sudah tidak bersamanya. Ketika ia menyadari hal itu, ia langsung panik.

"Arsa... Arsa... kamu Dimana Nak?" Panggil Bunda Yanti sambil mencari keberadaan Arsa. Ia mencari kesana kemari namun nihil ia tak dapat menemukan Arsa. Ia mencoba menelepon anak pertamanya, namun ia teringat kalau ponselnya tertinggal di rumah. Bunda Yanti memutuskan untuk Kembali ke rumah sambil terus memanggil Arsa ia berharap Arsa Kembali pulang ke rumahnya.

Di sisi lain ternyata Arsa kini berada di gang mawar. Ia berjalan ke arah gang tersebut setelah sekilas ia seperti melihat Kak Ali yang mengendarai motornya melaju ke arah gang tersebut.

"Kakak Lollipop... kakak lollipop...!!" Teriak Arsa.

Arsa berusaha mengikuti motor yang ia Yakini itu adalah Kak Ali, namun sayang tak terkejar karena motor itu melaju dengan cepat. Arsa terus berjalan ke arah gang tersebut. Suasana gang itu tampak sangat sepi, hampir tidak ada orang yang melewati gang tersebut di sore ini. Arsa terus berjalan, sampai di sebuah sudut gang, terdapat sebuah rumah kosong disana, ia melihat sesuatu yang tak seharusnya ia lihat.

"Ampun bang... ampun bang!!!" Terdengar suara seorang wanita yang Tengah berlutut memohon pada seorang pria tinggi kekar, rambut gondrong dengan wajah beringas dan tato disekujur tubuh di hadapannya. Wajah wanita itu tampak sudah babak belur dengan banyak luka lebam tergambar di wajahnya. Posisi wanita itu berlutut dengan tangan yang dicekal oleh pria lainnya yang bertubuh lebih pendek dari pria dihadapannya.

Tanpa menghiraukan permohonan wanita yang sudah Nampak sangat putus asa itu, pria kekar itu mengeluarkan sebuah belati dari saku celana nya. Tanpa aba-aba, pria itu langsung menusukkan belatinya ke perut wanita tersebut sebanyak tiga kali hingga wanita itu tak lagi bersuara. Darah mengalir menganak Sungai di tempat itu. Dan naas nya kejadian itu disaksikan oleh Arsa yang tak sengaja berada di tempat itu.

"Aaa... da..rah.. aa.." Teriak Arsa shock dengan apa yang dilihatnya.

Kedua pria itu tentu saja kaget dengan kehadiran Arsa yang tak mereka harapkan. Arsa yang panik dan ketakutan berlari dari tempat itu.

"Lo urus perempuan ini, gue mau kejar anak itu." Ucap si pria bertubuh kekar.

"Siap bos!" Ucap pria yang diperintahnya ini.

Pria kekar itu berusaha mengejar Arsa, ia takut anak itu menjadi saksi mata yang akan melaporkan perbuatannya pada polisi.

Arsa berlari, namun pria kekar itu hanya berjalan cepat menyusul Arsa karena khawatir orang-orang akan curiga karena terlihat ada beberapa orang yang melewati mereka saat ini, walaupun hanya satu atau dua orang yang tampaknya tidak peduli dengan Arsa yang terus bergumam dan berlari dalam keadaan panik.

"Arsa, itu kan Arsa." Ucap Alisha dari kejauhan yang sedang berjalan pulang melewati jalan itu.

Ketika ia akan memanggil Arsa, ia baru menyadari bahwa Arsa sedang dibuntuti oleh seorang pria kekar yang menyeramkan. "Arsa." Lirihnya.

Mengulang Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang