23 - Hujan

363 36 3
                                    

Alisha menatap banyaknya makanan yang tersaji di meja. Makanan yang tampak sangat enak yang jarang sekali Alisha temukan. Sejak siang memang Alisha belum memakan apapun, sore tadi perutnya terasa lapar, namun sejak acara pertunangannya batal, perasaan sedih, kecewa dan marahnya membuat rasa laparnya hilang. Ia mengambil beberapa jenis makanan ke dalam piringnya. Ia mencoba menyendokan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Ia paksakan mulutnya untuk mengunyah makanan tersebut walau sesungguhnya kini perutnya mulai terasa mual. Ia menyendokkan makanan itu lagi dan lagi tanpa sedikitpun menikmati makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Ia sengaja melampiaskan emosinya pada makanan yang ada dihadapannya ini.

"Ca..." Sebuah suara mengagetkan Alisha. Suara yang sangat ia kenal. Ia mencoba mengangkat wajahnya, betapa terkejutnya Alisha dengan seseorang yang ada dihadapannya saat ini. Mata Alisha bertemu dengan matanya yang menatapnya dalam.

"Kak Langit? Kenapa? Kenapa ada dia disini? Kenapa dia datang saat aku seperti ini? Aku harus apa?" Monolog Alisha dalam hati.

Alisha hanya diam, mencoba menetralkan wajahnya ia memutus pandangan keduanya. Ia berusaha untuk tenang dan bersikap biasa saja walau hatinya memberontak, jantungnya berdetak tak karuan.

"Kak Langit?" Ucapnya.

"Apa kabar mu?" Tanya Aksa dengan tetap menatap dalam penuh kerinduan pada gadis dihadapannya.

"Aku baik." Ucap Alisha singkat, ia memalingkan wajahnya, ia tak bisa menatap Aksa yang ada dihadapannya.

Aksa melihat ada yang tidak beres dengan Alisha, wajahnya terlihat semakin pucat dengan keringat yang mengalir di pelipis nya.

Alisha sendiri mulai tidak tahan dengan rasa mual yang dirasakannya.

"Maaf kak, aku permisi." Ucap Alisha yang dengan segera meninggalkan Aksa yang mulai tampak khawatir dengan keadaan Alisha.

Alisha segera berlari menuju toilet. Di dalam toilet, ia memuntahkan semua makanan yang telah masuk ke dalam mulutnya. Perutnya terasa perih dan mual. Asam lambungnya naik diakibatkan karena tidak adanya asupan makanan sejak siang ditambah dengan stress yang tiba-tiba ia alami. Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya, hari yang ia pikir akan Bahagia malah berakhir sangat mengejutkan. Nando yang tidak ada kabar sama sekali, pertunangannya yang harus dibatalkan ditambah lagi keterkejutannya dengan Aksa yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Ia berjongkok, menangis sejadi-jadi nya, meratapi harinya yang tidak ia duga. Hari yang buruk dalam hidupnya.

Sudah sekitar 10 menit Alisha berada di toilet. Kini ia keluar dari toilet dan membasuh wajahnya di wastafel. Ia menatap dirinya di cermin, mencoba untuk menghapus jejak-jejak tangisnya, kemudian ia keluar. Tak disangka Ketika ia keluar, ia melihat Aksa menunggunya di depan pintu toilet. Alisha terkejut, ia menyembunyikan wajahnya dengan memalingkan wajahnya dari Aksa.

"Ca, Are you Ok?" Tanya Aksa khawatir.

"Aku baik-baik aja. Kenapa Kak Langit ada di depan toilet perempuan?" Tanya Alisha gugup.

"Aku mengkhawatirkanmu." Ucap Aksa.

"Kak Langit ga perlu khawatir. Aku ga apa-apa." Ucap Alisha masih dengan gugupnya. Ia langsung pergi dari hadapan Aksa, tanpa mengatakan apapun lagi.

Aksa menyusul Alisha, ia meraih tangan Alisha.

"Ca, tunggu!" Ucapnya. Alisha menghentikan langkahnya. Ia sangat bingung bagaimana harus menghadapi Aksa saat ini.

"Kenapa Kak Langit ada disini?" Tanya Alisha tanpa melihat wajah Aksa.

"Aku teman kantor dari Arnando Aro, aku datang kemari atas undangan dari Nando." Ucap Aksa.

Lagi-lagi Alisha dibuat terkejut dengan penuturan Aksa.

"Sejak kapan Kak Langit sekantor dengan mas Nando?" Batinnya.

"Kenapa Nando tidak datang di pertunangan kalian? Kemana dia?" Tanya Aksa tajam.

"Bukan urusan Kak Langit. Maaf kak aku harus pergi." Ucap Alisha yang langsung pergi meninggalkan Aksa.

Aksa menghela nafas Panjang. Ia tak bisa memahami sikap Alisha, namun yang pasti ia sangat mengkhawatirkan keadaan Alisha saat ini.

Alisha pergi ke ruang ganti dan segera mengganti pakaiannya. Waktu menunjukkan pukul 21.00, Alisha harus segara pulang agar tidak terlalu malam. Ia memasukkan baju kebayanya ke dalam tas. Setelah dirasa rapi, ia segera keluar dari resto tersebut.

Di luar resto Alisha melihat mobil Nando terparkir disana. Ia sempat sedikit tersenyum, ia pikir Nando datang untuk menjemputnya. Namun lagi-lagi ia dibuat terkejut. Aksa keluar dari mobil Nando dan membukakan pintu mobil tersebut untuk Alisha.

"Masuklah, biar aku antar pulang." Ucap Aksa.

Alisha terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab.

"Terima kasih tawarannya, tapi nanti Mas Nando akan datang jemput aku sebentar lagi." Ucapnya berbohong.

Setelah penolakan Alisha, Aksa sedikit kesal, Ia tak ingin memaksa, Aksa menutup pintu mobilnya, berjalan ke pintu kemudi kemudian masuk dan segera menjalankan mobilnya tanpa berkata apapun lagi pada Alisha.

Alisha mengembuskan nafasnya berat. Ia menatap kepergian mobil Aksa dengan tatapan sedih.

"Ya Allah, kenapa aku harus ketemu kak Langit dengan keadaan seperti ini?" Batin Alisha.

Alisha masih berada di depan resto yang sebentar lagi akan tutup, suasana mulai sepi. Setetes air hujan mulai membasahi wajah Alisha, hujan mulai turun. Alisa sedikit panik. Ia mencoba memesan taksi online di aplikasi ponselnya. Namun sayang karena kondisi hujan, banyak driver yang menolak order, sementara untuk mencapai angkutan umum lain Alisha harus berjalan sejauh kurang lebih 200 meter untuk bisa naik angkot. Akhirnya, mau tak mau Alisha berjalan walau dibawah hujan. Sepertinya memang sengaja Alisha berjalan dibawah hujan, hari ini ia ingin menangis rasanya, ia berpikir hujan akan menyamarkan tangisnya. Entahlah, hari ini bisa dikatakan menjadi salah satu hari yang buruk untuknya.

Aksa yang belum terlalu jauh mengendarai mobilnya segera memutar balik kemudinya. Ia sangat khawatir dengan Alisha dalam kondisi hujan seperti ini. Ia tak yakin Nando akan benar-benar datang menjemput Alisha. Benar saja, Aksa melihat Alisha yang sedang berjalan ditengah hujan dan sepertinya ia menangis. Melihat kondisi Alisha saat ini, dadanya terasa sesak, sakit sekali menyaksikan orang yang sangat dicintainya dalam keadaan menyedihkan seperti itu.

Aksa menepikan mobilnya tepat di depan Alisha. Ia mengambil sebuah payung yang ada dalam mobil itu. Ia keluar dari mobil itu, menghampiri Alisha dan memayunginya. Alisha jelas terkejut dengan kedatangan Aksa yang tiba-tiba.

Aksa meraih tangan Alisha untuk menuntun nya menuju mobil, namun Alisha menepis tangan Aksa.

"Jangan keras kepala! Aku yakin Nando tidak ingin melihat calon tunangannya basah kuyup seperti ini." Ucap Aksa sedikit berteriak dengan tatapan tajamnya. Alisha sedikit takut dengan sikap Aksa yang seperti ini. Mau tak mau ia menurut dan masuk kedalam mobil Aksa.

Selama perjalanan, tak ada sedikitpun obrolan diantara mereka. Mereka diam dalam keheningan, ramai dalam kepalanya masing-masing. Sudah setengah perjalanan, Aksa baru menyadari ia tidak tahu harus membawa Alisha pulang kemana.

"Dimana rumahmu?" Tanya Aksa tanpa melihat kearah Alisha.

Yang ditanya tak ada jawaban sama sekali, hingga Aksa melirik ke arah Alisha. Aksa terkejut dengan keadaan Alisha, ia segera menepikan mobilnya.

Aksa melihat tubuh Alisha bergetar, Aksa menempelkan punggung tangannya ke kening Alisha, Alisha demam, ia tak sadarkan diri.

"Ca... Bangun Ca..." Aksa panik, ia menepuk lembut pipi Alisha.

Aksa Kembali memegang kemudinya, ia melajukan mobilnya dengan cepat menuju ke rumah sakit.

Aksa menghentikan mobilnya tepat di depan pintu IGD sebuah rumah sakit, ia menggendong Alisha menuju ke ruang IGD. dan meletakkan Alisha pada sebuah brankar kosong yang terletak di ruangan tersebut. Dokter dan perawat yang sedang berjaga segera menangani Alisha.

"Ca... Aku harap kamu baik-baik saja..."

Mengulang Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang