14 - Jakarta

304 35 6
                                    

Malam hari di kediaman keluarga Alisha, papa dan mama Alisha kini sudah berada di kamarnya.

"Ma, jangan terlalu keras sama Caca. Jangan terus-terusan menyalahkan Caca atas apa yang kita alami saat ini. Semua ini adalah musibah, takdir dari Allah. Ga ada yang mau semua ini terjadi, termasuk Caca." Ucap papa.

Mama hanya diam, ia beranjak dari kursi meja riasnya menuju ke ranjangnya. Ia merebahkan tubuhnya berbalik membelakangi suaminya.

"Ma, aku tau kamu sedih, karena aku juga merasakan hal yang sama. Kita sama-sama kehilangan anak kita, tapi harus mama ingat kita memiliki dua anak yang sama-sama kita sayangi. Jangan sampai, kita yang sudah kehilangan satu anak, harus kehilangan lagi satu-satunya anak kita yang tersisa oleh karena kesedihan yang terlalu berlebihan."

"Ayo kita belajar mengikhlaskan dan menerima segala takdir yang Allah beri pada kita." Ucap Papa seraya menepuk lembut Pundak mama Alisha.

Tanpa terasa air mata mengalir di pipi mama Alisha.

"Maafin mama Ca..." Batin mama.

Sementara itu, saat ini Alisha sudah berada di stasiun kereta api. Setelah ia menarik sejumlah uang di ATM, ia menuju ke loket tiket. Ia menatap jadwal keberangkatan kereta yang terpampang diatas loket tiket.

"Selamat malam, ada yang bisa dibantu?" Tanya kasir di loket tiket tersebut.

"Satu tiket ke Jakarta ya mba." Ucap Alisha.

Kini Alisha sudah berada di dalam kereta api dengan tujuan stasiun Pasar Senen Jakarta. Ia duduk disamping jendela, menempelkan kepalanya pada jendela dan berusaha untuk memejamkan matanya.

⏳⏳⏳

Pagi hari di kediaman keluarga Alisha, mama membawa nampan berisi segelas susu dan roti yang sudah dioleskan selai strawberi kesukaan Alisha.

Tuk... Tuk... Tuk...

"Ca, ini mama... buka pintu nya." Ucap mama setelah mengetuk pintu kamar Alisha.

Tak ada jawaban dari kamar Alisha, mama mencoba membuka pintu kamar Alisha mengira Alisha masih tertidur. Pintu kamar telah dibuka, mama melihat ke sekeliling kamar Alisha yang tampak sangat rapi namun tak ada Alisha disana.

"Ca... Kamu Dimana Ca?" Panggil mama sedikit khawatir. Mama meletakkan nampan diatas nakas dan memeriksa ke dalam kamar mandi yang ada di kamar Alisha, namun nihil, kamar mandi Alisha tampak kosong dan lantainya kering. Keluar dari kamar mandi, tak sengaja mama melihat ke arah meja belajar dan menemukan secarik kertas diatasnya. Menyadari anaknya pergi dari rumah, mama pun berteriak memanggil suaminya.

"Pa... Papa... Alisha ga ada Pa..." Teriak mama.

Papa yang mendengar teriakan istrinya dari kamar Alisha langsung menghampiri istrinya itu. Mama menyerahkan secarik kertas itu pada suaminya sambil menangis.

"Caca Pa..." Ucap mama sambil menangis.

Papa membaca surat yang ditulis oleh Alisha.

Papa membaca surat yang ditulis oleh Alisha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini semua karena mama, Pa... gara-gara mama." Ucap mama menyesali diri.

Papa memeluk mama yang sudah menangis tersedu-sedu, menepuk-nepuk punggungnya mencoba menenangkan.

"Kita cari Caca sekarang." Ucap Papa.

⏳⏳⏳

Alisha kini sudah tiba di stasiun Pasar Senen Jakarta. Keluar dari kereta, ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi tunggu yang ada di stasiun itu. Badannya terasa lemas, ia baru ingat kalau dari kemarin belum ada makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Ia mengambil selembar foto dari dalam tas nya. Ia menatap dalam foto itu.

"Kak, Caca udah sampe di Jakarta nih. Salah satu Impian Caca bisa kuliah di Jakarta bareng Kak Ali. Tapi sayang Kak Ali nya sekarang ga ada, Caca jadi sendirian deh. Kak, tau ga? Kemarin Kak Langit ngungkapin perasaannya sama aku. Di sudut hati ku, aku seneng banget, akhirnya rasa ku ga bertepuk sebelah tangan tapi, tiap aku liat kak Langit, hati aku juga sedih disaat yang bersamaan. Akhirnya terpaksa aku harus menyakiti hati kak Langit. Aku bilang kata-kata yang menyakitkan di depan Kak Langit, saat kata-kata itu keluar dari mulutku, rasanya malah hatiku jauh lebih sakit. Apa aku salah ya kak? Harusnya, jika aku masih dalam misi balas dendamku, balas dendam ku ini sudah sangat berhasil, kak Langit suka sama aku trus aku tinggalin kak Langit, harus nya aku seneng kan kak? Tapi kenapa sakit banget? Aku sayang banget sama Kak Langit." Monolog Alisha, tak terasa air matanya kembali menetes.

Alisha kini menyandarkan tubuhnya di kursi, ia menghela nafas yang berat. Namun saat ia terdiam, tiba-tiba terdengar seorang wanita yang berteriak dan berlari dari kejauhan.

"Copeeet!!! Copeeet!!!" Teriak wanita itu.

Alisha yang menyadari bahwa orang yang diteriakinya itu berlari ke arahnya, berusaha untuk menghalau orang tersebut. Alisha memajukan satu kaki nya ke depan sehingga pencopet yang sedang berlari itu tersandung kaki Alisha dan terjatuh. Saat ia sudah terjatuh, orang-orang dengan segera meringkus pencopet itu.

"Aaah syukurlah tas ku bisa selamat. Makasih banyak ya mas, mba." Ucap wanita itu.

"Makasih juga sama mba yang disana itu, kalo bukan karena dia pencopet ini ga jatoh tadi." Ucap seorang laki-laki.

"Oh iya, makasih ya mba, sudah menghadang pencopet tadi." Ucap wanita itu seraya menghampiri Alisha yang masih berdiri dengan wajah pucatnya.

Belum sempat Alisha merespon wanita tersebut, pandangan Alisha mulai kabur, Alisha ambruk.

"Mba... bangun mba..."

Mengulang Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang