17 - Teman Sarapan

274 26 4
                                    

Bandung

Malam hari di Bandung terasa sangat dingin. Aksa duduk di depan meja belajarnya. Diraihnya sebuah kalung liontin setengah hati miliknya. Ia menatap dalam liontin itu.

"Apa kabar Ca? Aku harap kamu baik-baik aja. Aku selalu berdoa, dimanapun kamu berada, kamu selalu Bahagia. Aku rindu Ca, apa kamu juga rindu aku? Sudah 6 tahun tapi rasa rindu ini belum juga hilang. Dan belum ada yang bisa menggantikanmu dihatiku." Monolog Aksa dalam hati. Tanpa terasa setetes air mata lolos begitu saja di pipi Aksa.

"Kak?" Panggil Bunda Yanti yang berada diambang pintu kamar Aksa. Aksa segera menghapus air matanya dan menyimpan Kembali liontinnya pada laci meja belajarnya.

"Iya bun." Jawab Aksa dengan tersenyum.

"Jadi, gimana pendapat kamu tentang tawaran itu?" Tanya Bunda Yanti seraya menghampiri Aksa.

"Hmm... Langit akan terima bun, tapi Langit minta waktu satu atau dua bulan ini untuk menyelesaikan pekerjaan Langit disini, setelahnya Langit akan ambil tawaran itu." Ucap Aksa.

"Baiklah kalau begitu. Kamu jangan khawatirkan Bunda dan Arsa disini dan fokus saja dengan karir mu." Ucap Bunda Yanti.

Jakarta

"Sa??" Panggil Nando membuyarkan lamunan Alisha.

"Eh iya mas?" Jawab Alisha sedikit kaget.

"Nih, udah jadi gambar nya." Ucap Nando seraya memberikan hasil gambar jantungnya pada Alisha.

"Eh iya makasih banyak mas." Ucap Alisha meraih bukunya dan segera membereskan buku-buku yang lain juga laptopnya dengan sedikit tergesa, entah sepertinya dia hanya ingin segera pulang saat ini.

"Lho, udah mau pulang Sa?" Tanya Nando heran.

"Hmm... Iya mas, aku udah ngantuk mau pulang aja." Ucap Alisha sambil tersenyum.

"Ya udah aku antar ya." Ucap Nando.

"Eh, ga usah mas, kosan ku deket kok dari sini tinggal jalan kaki aja." Ucap Alisha menolak secara halus.

"Ck... Udah jam 11 malem ini, bahaya jalan sendirian, pokoknya aku anter ya!" Ucap Nando yang tak bisa dibantah oleh Alisha.

Setelah Alisha berpamitan dengan 2 orang pegawai café yang tersisa, ia mulai berjalan keluar café ditemani oleh Nando.

Jarak antara café dan kosan Alisha memang tidak begitu jauh hanya ditempuh dengan sekitar 10 menit berjalan kaki.

"Sa, makasih ya..." Ucap Nando tiba-tiba ketika mereka berdua berjalan.

"Makasih untuk apa?" Tanya Alisha heran.

"Sebenernya malam ini aku lagi ga baik-baik aja. Banyak hal yang jadi beban pikiran ku. Tapi waktu di café tadi sama kamu aku merasa lebih baik." Ucap Nando.

"Soal mba pacar lagi? Mas Nando lagi berantem sama mba nya?" Tanya Alisha. Tak heran Alisha menanyakan hal ini karena beberapa kali Nando sempat curhat pada Alisha tentang hubungannya dengan Nadira.

"Bukan, tapi masih berhubungan dan masalahnya kali ini lebih berat dan rumit Sa." Ucap Nando dengan nafas yang berat.

"Mas, jangan pernah bilang kalau masalahmu itu berat, karena mungkin ada yang punya masalah lebih berat dan lebih pelik dari kita tapi mereka bisa menghadapinya. Hadapi dan selesaikan mas, ambil jalan terbaiknya, dan jangan lari." Ucap Alisha namun pada kalimat terakhir seolah ia sedang mengatakan hal itu pada dirinya sendiri yang menyesali sesuatu.

"Jangan sepertiku yang lari." Batin Alisha.

"Sa, sadar ga sih? Omongan kamu tuh ga kayak umurmu. Aku selalu bingung, apa bener umur mu dibawahku." Ucap Nando seraya tersenyum.

Mengulang Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang