#11

14 2 0
                                    



"Ini lokasinya nona" asisten pribadi Reika, Sano menunjukkan sebuah titik lokasi yang tertera di layar laptopnya.

"Berapa banyak anggota kita yang siap?" Tanya Reika sambil memakai jaketnya dan berjalan keluar dari ruang kerjanya.

"Lebih dari 20 orang nona" Sano berjalan mengikuti Reika.

"Suruh lima orang untuk ikut dengan ku. Sisanya bersiap saja jika aku memberikan aba-aba" ujar Reika.

"Baik nona" Sano membukakan pintu mobil untuk Reika. Gadis itu masuk dan mengendarai mobilnya menuju lokasi yang Sano tunjukkan tadi.

Saat mobil Reika keluar dari halaman sebuah mobil hitam juga mengikutinya dari belakang.

Drrttt

Ponsel Reika berdering.

Reika mengambil ponselnya yang ia letakan di dalam saku celananya.

"Halo?" Tanpa melihat siapa yang menelpon Reika menempel ponselnya di telinganya.

"Aku akan pulang terlambat, kau tidur saja lebih dulu" ujar Genji dari sebrang sana.

"Heem"

"Kau dimana?  Kenapa berisik sekali?"  Genji sepertinya bisa mendengarkan suara kendaraan lain dari luar. Karena Reika memang menurunkan sedikit kaca jendela mobilnya.

"Berburu musuh, sudah ya. Lanjutkan pekerjaanmu" Reika memutuskan panggilan telpon secara sepihak lalu kembali fokus mengendarai mobilnya.

Reika menghentikan mobilnya di sebuah pemukiman kumuh. Yang jika tidak ada yang sadar, tempat ini akan terlihat tidak berpenghuni.

Reika memeriksa senjatanya. Lalu ia turun.

Lima orang pengawal sudah siap di luar mobil.

"Ayo masuk lewat belakang" Reika berjalan lebih dulu masuk ke dalam pemukiman kumuh itu.

Reika memperhatikan sekitarnya. Ini terlihat hanya seperti pemukiman tempat para gelandangan tinggal. Sama sekali tidak seperti pusat bandar narkoba.

Ia berjalan terus hingga menemukan sebuah gedung tua yang benar-benar nampak tak berpenghuni.

Reika masuk dan diikuti pengawalnya. Ia menuntun kakinya menaiki satu per satu anak tangga. Semakin naik suara bising mulai terdengar.

"Kalian siapa?" Langkah mereka terhenti saat seorang pria menghentikan mereka.

"Aku dengar ini pusat peredaran narkoba ya? Aku datang untuk berbisnis. Bisakah aku bertemu pemimpin kalian?"

"Ohhh tentu saja, lewat sini" Pria itu lalu menunjukkan arah ke ruangan dimana pemimpin mereka berada.

Mereka berhenti didepan sebuah ruangan. Pria tadi masuk lebih dulu dan meminta mereka untuk menunggu. Ia lalu keluar dan mempersilahkan Reika untuk masuk, tapi kelima pengawalnya di minta tetap tinggal di luar.

"Duduklah" pria tua yang duduk di singel sofa yang tampak mewah menyuruh Reika untuk duduk. Tampak beberapa wanita penghibur yang berdiri dan bersandar manja padanya.

"Bisnis seperti apa yang ingin kau bicarakan dengan ku gadis muda? Kau tau kalau bisnis kami ini berbahaya" pria itu menghisap cerutunya.

"Kau berharap apa pak tua?" Reika terkekeh sambil mengangkat kakinya dan di letakkan diatas meja.

"Sebenarnya apa maumu?" Pria tua itu seketika duduk dengan tegak.

"Sebenarnya aku ini tidak peduli kalau kau adalah pengedar narkoba. Tapi pak tua, kau seharusnya tidak menyebarkan narkoba di wilayah ku. Itu sangat menghambat usaha ku. Dan merepotkan" Reika mengeluarkan sebuah pistol dari saku jaketnya.

MY HUSBAND GENJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang