#14

24 3 0
                                    

Brakkk

Reika masuk ke kamarnya, ia menutup pintunya dengan kasar. Menimbulkan suara yang cukup keras untuk masuk ke telinga.

"Ada apa dengannya?" Ny.Okuma yang mendengarkan suara itu bergegas berjalan menuju kamar Reika. Nampak beberapa pelayan berdiri mematung disana tanpa suara.

"Kami tidak tau nyonya, nona kelihatannya sedang marah. Ia juga menangis lalu masuk ke kamar sambil membanting pintu" jawab pelayan.

Ny.Okuma mendekat ke pintu kamar Reika. Ia hendak membuka pintu itu, tapu ternyata dikunci dari dalam.

Tokk tokk

Ny.Okuma mengetuk pintu kamar putrinya itu. Tapi tidak ada jawaban. Beberapa saat menunggu, Ny.Okuma memutuskan untuk membiarkan Reika sendiri dulu. Dan bicara nanti saat dia sudah lebih tenang.





Reika berdiri sambil menatap keluar jendela. Semuanya tampak begitu sia-sia sekarang. Seharusnya ia menolak untuk melakukan pernikahan. Ia dan Genji sama sama masih kekanak-kanakan. Sama sekali belum dewasa.

•°•°•

"Kapan kau akan menyelesaikan permasalahan penculikan ini Reika?" Hyuga bertanya pada Reika yang duduk didepannya sambil menikmati sarapan.

"Aku butuh waktu lebih lama untuk melakukan penyelidikan dan menjalankan operasi"

"Aku sudah bilang untuk meminta bantuan Genji. Kalian itu suami istri, tentunya harus saling membantu"

Brakk

"Aku bisa melakukan semuanya tanpa dia" Reika memukul meja makan dengan keras.

"Apapun yang sedang kalian permasalahkan sekarang, jangan sampai mengganggu jalannya bisnis"

"Heem" Reika hanya menjawab dengan datar. Ia tidak bisa menikmati sarapannya sama sekali. Entah karena pikirannya yang berisik, Hyuga yang berisik. Dan juga rasa mual yang membuatnya ingin muntah saat itu juga.

Sedetik kemudian Reika terdiam tanpa bergerak sedikitpun. Rasanya ingin benar-benar muntah, makanan seakan naik kembali dan tenggorokannya dan hendak keluar kembali.

Reika berdiri dan langsung berlari mencari keberadaan toilet. Hyuga san Istrinya terkejut melihat tingkah Reika yang mendadak sekali.

"Hueekkkk,, uhukk uhukk" Reika muntah-muntah cukup parah. Kakinya bahkan sampai lemas dan ia terduduk di lantai toilet dengan kepala tertunduk.

"Reika kau baik-baik saja nak?" Hiruka *ny.okuma* menghampiri anaknya itu. Ia menarik tubuh Reika ke pelukannya. Saat tangannya menyentuh dahi Reika, ia bisa merasakan tubuh anak itu panas sekali.

"Hyuga! Tolong bawa Reika ke kamarnya" Hiruka sedikit berteriak memanggil Hyuga. Hyuga lalu datang dan langsung menggendong tubuh lemas Reika.

Ia membawa Reika ke kamarnya dan merebahkan tubuh putrinya itu.

"Minum ramuan ini dulu" Hiruka mendekatkan gelas ke bibir Reika agar bisa diminum oleh Reika. Reika membuka mulutnya sedikit dan meminum ramuan yang diberikan mamanya.

"Aku akan panggilkan dokter" Hyuga hendak keluar dan menghubungi dokter keluarga.

"Tidak perlu, aku baik-baik saja. Hanya maagku yang kambuh" Ujar Reika sambil membuka laci nakas di samping ranjangnya dan mengambil obat maag.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY HUSBAND GENJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang