"Nona, sepertinya kasus penculikan ini tidak bisa kita tangani sendiri. Apa perlu saya menghubungi tuan Takiya?"
"Tidak perlu, aku akan melakukannya sendiri"
"Tapi nona, resikonya sangat besar. Dan juga akan memakan waktu yang sangat lama" Sano berusaha meyakinkan Reika untuk tidak mengambil resiko yang berbahaya ini. Dan lebih baik meminta bantuan Genji. Apalagi ia tau kalau bosnya ini memiliki trauma dengan hal berbau penculikan.
Tujuan Hyuga menyerahkan tugas mengenai penculikan di daerah mereka tidak lain dan tidak bukan adalah ingin melihat kerja sama Reika dan Genji. Tapi Reika sepertinya sama sekali tidak berniat untuk bekerjasama dengan Genji.
"Aku bilang aku akan melakukannya sendiri! Keluar dan jangan ganggu aku" Reika melayangkan tatapan tajam pada Sano. Pemuda itu hanya mampu menurut saja dan berjalan keluar dari ruang kerja Reika.
Begitu Sano keluar, Reika membuka kacamata yang ia gunakan dan melemparkan benda itu dengan keras ke lantai. Ia memijat pangkal hidungnya pelan, kepalanya benar-benar sakit. Terlalu banyak hal yang harus ia kerjakan sampai ia sendiri bingung apa saja yang harus ia lakukan sekarang.
Yang terpenting adalah, ia merindukan Genji.
•°•°•
"Kau sudah mengumpulkan tugasmu Reika?" Tanya Rena pada Reika yang sedang berbaring santai di atas rerumputan.
"Belum, aku akan kumpulkan besok saja"
"Pergi sekarang! Dosen itu tidak akan datang ke kampus besok" Eiji melemparkan tutupan pulpen ke wajah Reika.
"Sungguh?!" Reika yang semulanya tidur langsung duduk dengan tegak.
"Iya,, kau pikir kami bercanda? Sana antar tugasmu" Reika mengambil tasnya lalu dengan cepat berjalan ke kantor dosen.
"Bukannya dosen itu akan tetap datang besok?" Naoya yang dengan polos berbalik menatap Eiji dan Rena bergantian.
"Ohh aku pikir tidak, biarkan saja intinya dia mengumpulkan tugasnya lebih awal" Eiji dan Rena mengangkat tangan mereka dan melakukan tos.
"Permisi pak, saya datang untuk mengantar tugas saya" ujar Reika sambil masuk ke kantor dosen.
"Ohh Okuma, letakan di sini" Dosen itu menepuk tumpukan buku yang ada di mejanya. Reika berjalan masuk dan meletakan bukunya di atas tumpukan buku yang dosen tunjukkan.
Tiba-tiba pintu ruangan itu kembali terbuka dan Genji muncul dari balik pintu. Tanpa menyapa dia masuk dan meletakan bukunya di atas buku Reika lalu ia keluar tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Terimakasih pak, saya permisi dulu" Reika dengan cepat memacu kakinya keluar.
Ia sedikit berlari untuk meraih Genji yang sudah cukup jauh.
"Apa kau tak melihat aku disana?" Reika menarik tangan Genji dengan kasar hingga pemuda itu berbalik padanya.
"Maaf, aku buru-buru" Genji kembali melangkahkan kakinya. Tapi dengan kakinya yang panjang itu membuat Reika kesulitan menyamakan langkah mereka.
"Apa kau terlalu sibuk sampai tidak bisa pulang? Ahh tidak masalah soal itu, setidaknya kau bisa mengabari ku kan? Kau bahkan sama sekali tidak membalas pesanku"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND GENJI
Fanfictionudah baca my boyfriend Genji belum? jadi inilah season 2 untuk cerita sebelumnya. jadi bagaimana kisah rumah tangga pasangan muda Reikà dan juga Genji? apalagi mereka yang dengan sengaja