Pagi itu, rumah Dira tampak agak berbeda karena kehadiran pemuda asing yang terbaring di ranjang kamar tamu.
"Tante, Kala gak pa-pa 'kan?" Dira bertanya cepat, tepat setelah tantenya memeriksa keadaan Kala.
"Dia cuma kecapean Ra, demam juga. Kok dia bisa kayak gini?" Tante Vera bertanya dengan alis terangkat. "Kayaknya dia belum sarapan dan kurang tidur juga."
"Aku gak tahu dia kenapa Tant, tadi ketemu pingsan di jalan."
Tante Vera mengangguk kecil. "Nanti kalau dia bangun kasih makan dan obat ini, ya? Tante ada praktek pagi, pamit dulu, okay?"
"Pulangnya jam berapa?" tanya Dira.
"Kayak biasanya aja. Kalau dia bangun jangan dulu disuruh pulang, seenggaknya sampe keadaan dia benar-benar baik. Kakakmu juga udah berangkat kuliah, di rumah baik-baik ya?" Tante Vera mengusap bahu Dira sebelum melangkah ke luar kamar.
Sebagai informasi, jadi selama satu minggu ini Tante Vera disuruh orang tua Dira untuk bermalam di rumahnya karena mereka sedang ada urusan pekerjaan.
"Lo kenapa sih, Kal? Kalau sakit kenapa sekolah coba? Mana pingsannya di pinggir jalan pula."
Dira mengangkat kedua bahu, memilih untuk memainkan ponsel sambil menunggu Kala bangun.
* * *Malam hari yang hening. Dira tak henti menatap Kala yang terbaring di sofa ruang tengah rumahnya. Dia sedikit tak yakin dengan cerita Kala yang mengatakan bahwa anak itu belajar terlalu keras kemarin malam, padahal 'kan mereka tidak adak jadwal ulangan. Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan Kala sebegini kacau?
"Lo sebenernya kenapa sih, Kal?" Dira menghela napas, masih menilik wajah Kala yang perlahan tampak segar.
Pagi tadi, Kala bangun pukul sepuluh. Dira langsung melaksanakan perintah tantenya untuk memberi dia makan dan obat. Setelah meminum obat, Dira menyuruh Kala tinggal di rumahnya dulu sampai Daniel pulang agar nanti bisa mengantar anak itu. Dira bisa saja mengendarai motor, tapi dengan keadaan Kala yang kurang baik dia mana mau mengambil resiko.
Hingga sore hari, Daniel tak kunjung pulang. Mungkin karena pengaruh obat dan keadaannya yang kurang baik, Kala kembali terlelap hingga jam delapan malam sekarang.
"Ck, si Daniel ke mana sih? Mentang-mentang Mami sama Papi nggak ada, jam segini belum nongol itu batang idungnya," gerutu Dira.
"Ngeeh... astaga, Ra, ini jam berapa?"
Dira tersentak karena Kala yang menegakkan tubuhnya tiba-tiba. Dia menatap Kala yang mengucek kedua matanya.
"Jam delapan malem, Kal."
"Lho, kok kamu nggak bangunin aku sih? Duuuh, Ayah pasti marah. Kakak kamu belum pulang ya?" Kala bertanya dengan nada khawatir yang kentara.
"Belum nih, Kal. Gimana dong?" Dira ikut resah karena ekspresi wajah Kala yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja.
"Eung--- aku boleh pinjem ponsel kamu nggak? Aku gak bawa."
Dira mengangguk cepat, meraih ponsel yang tergeletak di meja kemudian meyerahkan pada Kala.
"Makasih sebelumnya," Kala berucap tulus sebelum mengetikkan nomor Ayah pada ponsel Dira.
Nomor yang anda tuju---
Kala mendesah gusar karena nomor ayahnya tidak aktif. "Gak aktif."
"Terus gimana?"
"Kak Rega?"

KAMU SEDANG MEMBACA
retak; geminifourth
Fanfictionwalau terbiasa, nyatanya tetap ada satu bagian retak dalam diri nakala yang tidak bisa diperbaiki setiap kali dia menerima perlakuan tak baik dari anggota keluarganya.