empat belas

1K 74 16
                                    

Malam hari yang tenang seperti biasanya di ruangan rawat Kala. Anak itu sudah berbaring nyaman di ranjang, menatap lurus ke atas langit-langit ruangan.

Rey masih di sana, terduduk berhadapan dengan Rega setelah saling meminta maaf atas permintaan Kala. Sedangkan Pandu, dia baru sampai dengan wajah cerahnya. Iya, katanya ada novel baru yang dia beli saat di jalan menuju ke sini.

"Malam ini mau yang mana? Lagu apa novel yang baru?" Pandu bertanya dengan posisi terduduk di kursi tetapnya, samping ranjang Kala.

"Lagu aja. Kak Pandu pasti capek 'kan seharian ini?" Kala balik bertanya dengan nada lembutnya.

"Gak capek kalau cuma bacain novel doang mah," balas Pandu tenang.

"Gak mau. Kak Pandu harus istirahat! Kala beneran pengen denger lagu aja kok," Kala menolak, menampilkan senyum tipisnya.

"Ya udah," final Pandu.

Akhirnya pria itu menyumpal dua telinga Kala dengan earphone, memperdengarkan beberapa lagu yang biasa Kala nikmati. Saat mata si kecil mulai terpejam, Pandu beranjak, mengecup pelipis Kala kemudian bergabung dengan dua pemuda lainnya.

"Kenapa lo masih di sini? Udah selesai 'kan minta maafnya?" Pandu menatap Rega dengan sebelah alis yang terangkat. Tampak pongah, seperti biasanya.

"Apa gak bisa lebih lama?"

Pandu menggeleng cepat."Gue minta, sekarang lo pulang! Kala mau istirahat dan gak bisa diganggu. Besok kalau lo mau, lo bisa ke sini lagi."

"Iya, lo 'kan punya keluarga yang nungguin lo Kak. Kala di sini banyak yang rawat kok, gak perlu jasa tambahan kayak lo." Rey berucap malas.

Rega menghela napas. Dia mana bisa melawan, kesalahannya selama ini terlalu banyak hingga dikatakan pantas mendapat perlakuan demikian.

"Ya, gue kayaknya harus pulang dulu. Salamin ke Kala, ya? Besok gue ke sini lagi."

Pandu mengangguk asal dengan seringai kecilnya. Ya, ke sini aja karena gue sama Kala udah gak ada di sini.

"Benci gue tuh sama dia," adu Rey setelah Rega keluar ruangan.

"Santai aja, gue juga sama kayak lo. Tapi jangan terlalu mencolok dekat Kala, dia gak suka ada yang benci sama keluarganya." Pandu menepuk hangat pundak Rey yang masih tampak kesal karena kehadiran Rega.

"Iya sih, Kak. Thanks ya selama ini udah jadi yang terbaik buat adek sepupu gue," ucap Rey tulus.

"Jadi yang terbaik buat Kala itu bukan beban buat gue, gak perlu terimakasih!"

Akhirnya perbincangan mereka berlanjut hingga larut.

* * *

Sabtu pagi. Cerah, seperti biasanya. Hari ini, keluarga Ayah sudah bersiap, niatnya mereka akan menjenguk si bungsu yang Rega bilang masih dirawat di rumah sakit tempat om dari Pandu bekerja.

"Kak, kamu yakin Adek di sana?" tanya Ayah yang sibuk mengemudi.

Ayah adalah yang paling gugup di antara mereka. Ya, setelah mengetahui kondisi Kala, semalaman Ayah tak tidur dan memikirkan puteranya itu. Sesal yang menghantamnya, terus menerus memaki diri sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa jadi sejahat itu selama ini?

retak; geminifourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang