Jum'at itu jadwal sekolah memang sedikit, jadi sebelum tengah hari Kala sudah ada di rumah. Anak itu sedang terduduk di kursi belajarnya, medengarkan lagu dari MP3 pemberian Pandu dengan mata terpejam, tampak menikmati sekali.
"Aku bawain lagu apa ya buat besok?" Kala bergumam sambil memainkan pulpen di tangannya.
Besok pagi sekolahnya akan merayakan hari jadi yang ke tiga puluh dua dan Kala jadi penampil pembuka pada acara tersebut. Dia gugup, harus menyayikan dua buah lagu untuk mewakili angkatan itu bukan hal yang mudah.
"Lagu tentang persahabatan gitu kali ya?"
Akhirnya Kala sukses memilih lagu. Dia berlatih dengan suara pelan, sesekali menggeleng karena tak yakin dengan nada yang dikeluarkan. Lama berlatih hingga anak itu memutuskan berhenti saat bayangan percakapan antara Bunda dengan keluarga asing itu kembali memenuhi otaknya.
"Aku harus tanyain ini ke Kak Rey," tekad Kala.
Setelah menyimpan MP3 dan earphone miliknya, Kala memilih untuk keluar kamar dan menemui Bunda yang terduduk di ruang tengah.
"Bunda," panggil Kala setelah tubuhnya ikut terduduk di samping Bunda.
"Kenapa?"
"Apa besok Bunda ada acara? Kala ada penampilan di sekolah, nanti semua murid bawa keluarganya. Bunda bisa temani Kala?" tanya Kala dengan wajah berharap.
"Hm, gitu ya? Gimana kalau kamu tanya Kak Rega aja? Bunda besok harus rapat orang tua ke sekolah Kak Prima."
Kala tersenyum kecil. Pergi dengan Rega tidak buruk juga. "Ya udah deh, Bund. Nanti Kala tanya sama Kakak," putusnya.
Bunda tersenyum tipis. Perlahan matanya bergulir, menatap Kala dari ujung kaki hingga ujung kepala. Wanita itu menghela napas berat kemudian mengulurkan tangannya untuk megelus kepala si bungsu.
"Maaaf gabisa dateng, ya? Bunda ke kamar dulu."
"Iya, Bunda, gapapa."
Kala menatap kepergian Bunda dengan sesak di dadanya. Kenapa harus dia yang berpisah dengan Bunda?
* * *
Acara menyapu sore selesai bertepatan dengan bunyi klakson dari vespa yang dikendarai Rega. Kala tersenyum ceria, membuka pagar lebih lebar dan menyambut sang kakak dengan cara menyalaminya. Layaknya jadwal sekolah, tempat kerja Rega juga memulangkan karyawan lebih awal di hari Jum'at.
"Kak!"
Rega menatap heran pada Kala yang berbinar di sampingnya. Maka, setelah membuka helm, pemuda itu mengangkat sebelah alisnya, melemparkan tatapan bertanya.
"Apa?"
"Besok Kala ada penampilan nyanyi di sekolah. Kakak nonton ya?" pinta Kala dengan wajah memelas.
"Kakak 'kan kerja, Dek."
"Nanti Kala yang maintain izin deh ke Kak Pandu. Boleh, ya? Mau 'kan Kak?"
"Nggak ah, kamu biasa sendiri juga 'kan kalau tampil. Sepenting apa emang acaranya?" Rega bertanya sambil memainkan kunci motornya. "Gak penting 'kan?"
Setelah mengucapkan kalimat itu, Rega meninggalkan Kala sendirian di halaman rumah. Ah, tidak sendirian lagi karena satu motor lagi berhenti di depan pagar.
"Kak Prima, Kak Rey," sapa Kala dengan senyum manisnya.
"Hai," balas Rey ceria.
"Kak, aku masuk ya? Makasih," pamit Prima.
Setelah Rey mengangguk, Prima kemudian berjalan melewati Kala dan dengan sengaja menabrak bahu adiknya. Dia tak sadar saja, Rey di sana sudah mengepalkan kedua lengan dengan amarah memuncak. Namun, Kala yang jadi korban tampak biasa saja. Malah senyum manis yang tadi tercetak masih mengembang di bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
retak; geminifourth
Fanfictionwalau terbiasa, nyatanya tetap ada satu bagian retak dalam diri nakala yang tidak bisa diperbaiki setiap kali dia menerima perlakuan tak baik dari anggota keluarganya.