keputusan yang terbaik

10 0 0
                                    


بسم الله الرحمن الرحيم
Jangan lupa sholawat
اللهمّ صلّي على سيدنا محمد

~Happy reading ~

Meminta izin kepada kiay muzar untuk berbicara Kepada Raihana. Gus fawwaz mendapat anggukan dari Abahnya tak lupa meminta Gus Husain dan addriaz untuk menemani.

Berdiri dari duduknya lalu mengajak Raihana.
"Raihana,bisa ikut saya sebentar? Saya ingin berbicara sesuatu" ucapnya mendapati anggukan.

Berjalan ke samping rumah dan duduk di sebuah kursi. Gus Husain dan addriaz duduk agak jauh dari mereka.

Keheningan meliputi mereka berdua hingga Gus fawwaz membuka suara. "Mahar apa yang kau inginkan?" Ucapnya.

Terdiam sejenak lalu memikirkan."yang tidak memberatkan mu dan tidak mempermalukan ku" jawabnya singkat.

sedikit membenarkan posisi duduknya. Lalu Gus fawwaz bertanya lagi. "Selain itu, apa lagi yang kau inginkan?"

"Hadiah" jawabnya lagi.

"Hadiah? Hadiah apa"

Menghembuskan nafas sejenak lalu menjawab kembali. " Surah Ar Rahman 1-20"

"Baik, ada lagi?"

"Tidak"

Bicara mereka sangat lah irit karena ya mereka tau batasan, walaupun mau menikah mereka hanya berbicara seperlunya.

"Apakah kau setuju jika pernikahan di lakukan bulan Depan?"

Sedikit kaget Raihana berusaha menetralkan dirinya. Ia baru lulus sekolah dan berencana ingin melanjutkan kuliah dan mondok di Madinah, walaupun Raihana belum memberi tahu umi dan abangnya tapi dirinya berkuat untuk kesana.

"Apa tidak terlalu cepat?" Ucapnya hati hati.

"Bukan kah lebih cepat lebih baik?" Gus fawwaz tak ingin kalah.

Masih terdiam Raihana Teringat bahwa bulan depan ada lowongan Beasiswa Untuk dirinya ke Madinah. Jika dia menikah bulan depan maka Raihana tidak bisa mengikuti beasiswa itu salah satu persyaratannya yaitu tidak menikah selama beasiswa berlangsung.

"Apakah kau keberatan dengan keputusanku?"
Tanyanya karena belum mendapatkan jawaban dari Raihana.

"Bisakah kau memberikan ku waktu untuk menjawab?"

Sekarang giliran Gus fawwaz yang terdiam sejenak. "Hm bisa" ujarnya.

"Aku ingin bertanya?"

"Silahkan"

"Jika aku menjawabnya iya bulan depan kita menikah apa jawabanmu? Jika aku menjawabnya tidak karena ingin melanjutkan pendidikan apa kau siap menunggu?"

Deg!

Sedikit kaget akan ucapan Raihana. Gus fawwaz Berusaha menetralkan dirinya.
"Jika kau setuju bulan depan kita menikah Alhamdulillah. Jika tidak aku akan siap menunggu sampai kapan pun karena cinta yang sesungguhnya adalah Tidak di nodai dengan maksiat melainkan dengan sebuah ikatan pernikahan" ujarnya menjelaskan.

Raihana hanya mengangguk.

Setelah itu keluarga Kiay muzar izin pulang.
Mereka bertiga berkumpul di ruang tamu.
Terlihat addriaz yang senyam senyum dari tadi ke arah Raihana tentu membuat Raihana risih.

"Ish apasih kayak gitu?" Kesalnya.

"Cieeeee"

Tak mempedulikan addriaz yang iseng, Raihana ingin berbicara serius kepada ghina.
"Umi Raihana ingin bicara sesuatu boleh?"

 Darusallam Al Mubarok Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang