Bab Tujuh Belas

2 1 0
                                    

Haha

"Persahabatan yang baik itu seperti kaos oblong, nyaman dan selalu pas. Jangan sampai rapuh hanya karena lupa dicuci sesekali. Tetaplah setia, meski ada bau keringat!"

Keesokan harinya di sekolah, Frans duduk di kelas bersama Bernando, Divo, dan Bono. Meskipun Frans dan Bernando mulai berteman, hubungan Frans dengan Divo dan Bono tetap tidak akrab.
BBD dikenal sebagai anak-anak yang jahil, dan Divo serta Bono tidak mengerti mengapa Bernando mulai dekat dengan Frans.

Saat istirahat, Divo dan Bono melihat Bernando dan Frans berbicara di kantin. Mereka merasa heran dan penasaran, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Sementara itu, Marshel, Jio, dan Tania, yang melihat kejadian pemalakan sebelumnya, memutuskan untuk menghadapi BBD.
Mereka menghampiri Divo dan Bono di halaman sekolah.

Marshel berbicara dengan nada tegas, "Divo, Bono, kenapa kalian selalu bikin masalah? Malak adik kelas itu nggak benar."

Jio menambahkan, "Kalau kalian terus begitu, bakal banyak masalah yang datang. Kalian harus berhenti."

Tania, yang biasanya blak-blakan dan tak ragu untuk mengungkapkan perasaannya, langsung berbicara dengan nada marah,
"Kalian pikir ini lucu? Nindas adik kelas itu pengecut! Kalian harus sadar dan berhenti sekarang juga!"

Divo dan Bono terdiam sejenak, merasa sedikit terpojok.

Mereka tidak terbiasa mendapatkan konfrontasi seperti ini dari teman-teman sekelas mereka.

Bono akhirnya berbicara,
"Kita cuma bercanda. Nggak serius." Ucap nya.

Tania membalas dengan tegas, "Bercanda? Bercanda itu kalau semua orang ketawa. Ini nggak lucu sama sekali. Kalian bikin adik kelas takut. Kalian harus berhenti!"

Divo menatap Bernando dan Frans yang masih berbicara di kejauhan. "Kenapa Bernando jadi akrab sama Frans? Apa yang terjadi sama lo, Nan?" Gumam Divo.

Bernando mendekat bersama Frans.

"Divo, Bono, kita harus berubah. Gue sadar, selama ini kita banyak salah. Frans bener, kita harus berhenti nindas yang lebih lemah." Ucap Bernando sok bijak.

Frans menambahkan, "Kalau kita mau dihormati, kita harus menghormati orang lain juga. Mari kita sama-sama berubah jadi lebih baik."

Ucapan Frans baik kedengaran nya. Akan tetapi apakah sebagian dari mereka mau menerima nya.

Divo dan Bono masih terlihat ragu, tetapi kata-kata Bernando dan Frans, serta tekanan dari Marshel, Jio, dan terutama Tania yang marah, membuat mereka mulai berpikir ulang tentang perilaku mereka.

Meski tidak langsung mengakui, di hati mereka mulai muncul niat untuk berubah,
Kemungkinan!.

Hari itu, percakapan yang terjadi memberikan +1 Bernando, Divo, dan Bono pemahaman baru tentang arti persahabatan dan rasa hormat. Mereka tahu perjalanan menuju perubahan tidak mudah, tetapi dengan dukungan teman-teman mereka, segala sesuatu mungkin dilakukan.

*

Marshel mengucapkan,
"Kalau berani, coba sana tindas anak kelas 12!" serunya sambil menunjuk ke arah pentolan anak kelas 12.

Bono langsung merespons dengan nada defensif,
"Ya ngapain, gila aja lu!" Sahut nya.

Marshel menghela napas. "Nah, itu dia masalahnya.

Kalian cuma berani sama yang lebih lemah. Itu bukan keberanian, itu pengecut."

Tania menambahkan dengan suara tegas,
"Kalau kalian mau dihormati, kalian harus mulai dengan menghormati orang lain. Berhenti bikin masalah dan mulai jadi orang yang lebih baik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selamanya Teman Frans (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang