Mama benar soal Neona yang cuma punya satu teman. Nala saja. Di saat Nala tidak bisa menemaninya, tentu saja Neona sendiri. Seperti sekarang ketika Neona seorang diri luntang-lantung di gedung program studinya sambil membawa laptop dalam keadaan sleep.Anjir lah gue lupa dmn naruh papan catur kemaren
Kalo sampe ilang mampus gue diabisin sama anak2 catur
Ntar gue ga bisa nyamperin lo y ne, gue masih nyariin papan catur
Kalo mau pulang gue panggilin pak solihun biar lo dijemput
Begitu isi pesan Nala. Sebuah perbedaan dimana ketika Neona berusaha cepat-cepat ingin lulus, Nala malah bergabung dengan klub catur kampus seperti seorang mahasiswa baru. Iya, klub bukan UKM alias unit kegiatan mahasiswa, karena skalanya masih kecil.
Neona mengetuk-ngetuk kaki kanannya. Dia tengah duduk di kursi khusus bagi mahasiswa yang mau melakukan bimbingan. Kursi itu terletak di lorong yang kanan kirinya adalah ruang dosen. Setiap dosen yang keluar masuk ruangan menjadi pusat perhatian Neona selama satu jam setengah. Jadwal bimbingan tepat pukuk 09.00 tetapi sampai sekarang dosen pembimbingnya itu belum juga datang. Neona dirundung keresahan. Mana dia belum sarapan lagi.
Saya sedang ada di acara sertijab ketua jurusan baru. Nanti saya kabari kembali
Gadis dengan kuncir kuda itu membaca pesan yang dikirim pukul 09.18 itu entah ke berapa kali.
Nanti saya kabari lagi katanya? Terus Neona harus menunggu di sini sampai ada pesan masuk dari Bu Restu yang entah kapan, itu? Atau dia bisa pulang? Tapi kalau Neona terlanjur pulang nanti bimbingannya jadi lagi? Cuma gara-gara satu kalimat itu Neona tertahan duduk di kursi besi dingin ini sambil memperhatikan mahasiswa-mahasiswa lain membicarakan progres skripsi bersama temannya. Sementara Neona? Judul saja belum beres.
Bimbingan kita jadwalkan ulang karena saya ada rapat dosen
Neona meremas ponselnya sambil menggerutu di dalam hati. Percuma sudah satu jam setengah berharganya. Satu jam setengah yang seharusnya bisa dia gunakan untuk memasak, menonton drama, atau kegiatan berfaedah lainnya dari pada duduk di kursi kematian ini. Tidak ingin membuang waktunya, gadis itu menjejalkan laptop ke tas lalu bangkit. Di saat akan berdiri, ada sensasi perih di perut yang mana sudah akrab dia rasakan. Maagnya sering kambuh akhir-akhir ini. Cepat-cepat gadis itu merogoh tas untuk mencari obat kunyah maag andalannya.
"Yaah, abis!" sesalnya sambil melihat bungkus kosong obat maag.
Sebelum perihnya semakin menjadi-jadi, Neona pun segera pergi bermaksud mencari obat di poliklinik kampus. Belum sampai dia menapaki tangga, gadis itu menabrak seseorang yang membuat badannya sempat terhuyung ke belakang.
"Maaf maaf!" katanya sambil menunduk kemudian segera beranjak.
"Ne...o?"
Panggilan itu menghentikan langkah Neona. Ia mendongak untuk memastikan siapa orang yang dia tabrak yang ternyata mengetahui namanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Again
Teen FictionNeona nggak keberatan kalau harus dijodohkan dengan orang yang belum dia kenal. Sayangnya Neona mengenal orang yang akan dijodohkan dengannya. Kafka Balaputradewa. Mantannya! Kini Neona harus berurusan kembali dengan orang yang dulu membuatnya haru...