Neona menyesali keputusan impulsifnya untuk menyetujui ajakan Alfi untuk pergi ke festival musik, tempat Kafka -dan pacarnya, berada. Karena sudah mengiyakan, jadinya gadis itu sungkan untuk bilang tidak jadi lima detik kemudian, setelah Alfi mengatakan, "aku ambil motor dulu, ya." Setelah Alfi tiba dengan vespa matic-nya dari parkiran terdekat, ia menyodorkan helm kepada Neona yang telah menunggunya di trotoar depan gedung fakultas MIPA.
Neona menerima helm tersebut dengan ragu-ragu.
Kalau ketahuan Mama boncengan sama cowok sembarangan gimana? Batinnya. Meskipun wajah dan penampilan Alfi seperti soft boy, tapi mengingat keduanya baru bertemu dua kali jadi cowok itu masuk kriteria cowok sembarangan. Kalau bukan soal Kafka, gue nggak bakal kerepotan gini. Gerutunya dalam hati.
"Bersih, kok, ini tadi gue pinjem ke satpam," jelas Alfi melihat gerak-gerik Neona dan menebaknya alasannya tidak segera menerima helm pemberiannya.
Karena merasa tidak enak, akhirnya Neona menerimanya. Ia menganggap boncengan ini sama ketika naik ojol supaya tidak terlalu merasa bersalah dengan Mama. Motor melaju perlahan. Sepanjang perjalanan, dialog terjadi sekali karena Neona terlalu merasa kurang nyaman dengan orang baru dengan jarak sedekat ini. Menganggap Alfi sebagai ojol tidak semudah itu.
"Gue sebenernya mau ke Soundfest sama temen gue, tapi dia tiba-tiba aja ngebatalin tadi pagi."
"Kak Alfi emangnya nggak ikut latihan catur?"
"Enggak. Pas hari-H lomba gue mau sempro. Biar yang lain aja. Kalau kita berhasil nyabet juara, bisa buat portofolio klub supaya banyak yang minat dan terus jadi UKM, deh."
Dan di sini lah Neona dan Alfi sekarang, di lapangan tempat Soundfest diadakan. Antrian penukaran tiket sedang ramai-ramainya. Begitu pula dengan antrian photoboot yang bejubel, membuat Neona merasa lelah hanya dengan melihatnya. Berdasarkan jadwal di media sosial resmi Soundfest, acara dimulai pukul lima sore, artinya satu jam lagi.
Sepanjang Neona memandang, tempat ini dipenuhi anak muda yang menaruh minat besar pada acara festival musik ini. Ada yang bergerombol, ada pula yang berpasangan. Tidak heran, karena line up Soundfest terdiri dari penyanyi-penyanyi yang tengah naik daun, baik grup maupun solo. Para anak muda ini mengenakan pakaian kekinian tapi tidak terlihat heboh karena memang sepanjang acara para penonton diharuskan berdiri.
Sementara itu, Neona tidak terlalu menaruh minat meskipun sejujurnya beberapa artis dia tau dan suka karyanya. Neona berdiri sendiri tidak jauh dari gerombolan yang tengah berfoto ria heboh. Alfi sedang berada di toilet. Sepertinya ia juga perlu ke toilet untuk touch up atau sekadar berkaca dan memperbaiki penampilannya. Setidaknya baju garis-garis biru dan celana kargo navy selututnya lumayan membuat penampilannya tidak terlalu biruk.
Niatnya untuk ke toilet batal total saat kedua bola mata Neona berbinar ketika menangkap sosok yang tidak asing sedang sibuk menjajal topi di stand marchandise bersama sosok perempuan asing. Maksudnya, Neona tidak mengenal cewek yang sedang memasangkan topi ke kepala Kafka.
"Sorry lama, tadi antre banget." Kehadiran Alfi menahan langkah Neona. "Yuk masuk," ajaknya.
"Yuk!" Saat Neona menoleh ke stand marchandise, Kafka sudah tidak ada. Neona menyapu ke seluruh pandangan hingga dia melihat Kafka sudah masuk ke antrean tiket. Untungnya cowok itu memakai kaos kuning yang mencolok.
Alfi mengikuti langkah Neona yang berjalan cepat seolah tidak ingin berada di antrean belakang. Gadis itu celingukan seperti mencari sesuatu di antara antrean ini. Neona berdiri di depan Alfi, mereka memasuki jalur yang dibuat dari pagar besi sepinggang menuju satu loket penukaran. "Ada temen lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Again
Teen FictionNeona nggak keberatan kalau harus dijodohkan dengan orang yang belum dia kenal. Sayangnya Neona mengenal orang yang akan dijodohkan dengannya. Kafka Balaputradewa. Mantannya! Kini Neona harus berurusan kembali dengan orang yang dulu membuatnya haru...