Hari ini Papa baru pulang dari rumah sakit setelah tiga hari menjalani rawat inap. GERD yang dideritanya cukup sering kambuh dan puncaknya adalah ketika Papa sibuk mengurus cabang toko peralatan rumah tangga milik keluarga ini. Kesibukan Papa membuatnya sering lupa makan. Meskipun sudah menggunakan jasa developer, Papa bersikeras untuk mengawasi pembangunan toko setiap dua hari sekali.
Mama telah menyiapkan acara makan malam spesial, dengan kue rendah gula sebagai pemanis. Mama, Papa, dan Neona duduk di ruang makan dengan meja persegi panjang yang terlalu besar untuk mereka bertiga. "Biar Papa nggak makin gendut, Mama udah pesenin kue spesial dari katering diet," kata Mama sambil menaruh kue bulat itu di tengah meja.
"Gini-gini Papa kurusan, loh," respon Papa dengan pedenya, bertolak belakang dengan perutnya yang seperti habis menelan helm proyek.
"Oh iya, Ma, tadi ada kiriman buah dari Bu Yudha." Neona pergi mengambil parsel buah yang disimpan di atas kulkas. "Katanya mau jenguk Papa tapi Papa udah pulang, ga jadi, deh." Ia meletakkannya di samping kue. "Habis ini Papa nggak boleh sakit lagi, loh, ya. Ingat kata dokter, makan teratur, nggak boleh minum kopi, susu kedelai, sayuran hijau, singkong, pedes-pedes." Hampir semua yang disebutkan Neona adalah makanan kesukaan Papa.
"Iyaa iyaaa," pasrah Papa sambil tertawa kecil.
Mama sibuk menuangkan nasi dan lauk ke piring Papa. "Ngomong-ngomong Bu Yudha, sebelum Papa rawat inap, Bu Yudha pernah cerita ke Mama." Aura ghibah Mama menguar.
"Maaa, jangan cerita yang jelek-jelek, ah," tegur Papa.
Mama menjulurkan tangan meminta piring Neona untuk diambilkan nasi. "Eehh, bukan, Pa. Dengerin dulu. Tetangganya Bu Yudha di kampungnya, di itu di mana sih Mama lupa, pokoknya itu... nauzdubillahiminzdalik MBA!"
Papa hanya bisa bergeleng-geleng. Neona sempat tertegun sambil menerima piringnya yang berisi nasi porsi kuli.
"Padahal, katanya anaknya itu pendiem. Ya pendiem, sih, diem-diem pacaran! Jadinya kelewatan."
Wajah Neona menegang, darah di tubuhnya seolah naik ke kepala hingga membuat wajahnya memanas. Ia tau kemana arah percakapan ini.
Papa menatap Neona dan mengharuskan gadis itu bersikap sebiasa mungkin. "Itu kenapa Papa sama Mama ngelarang kamu pacaran," nasehat Papa dengan tegas. "Kalau udah kejadian kayak gitu, yang repot pasti sekeluarga, jadi aib." Papa beralih menghadap ke Mama.
Jangankan pacaran, Papa tidak suka kalau ada teman cowok yang datang ke rumah sendirian. Dalam hal ini kalau ramai-ramai dan banyak teman cewek yang ikut tidak masalah. Pernah suatu hari ketika Neona masih SD, ada anak laki-laki sekelas Neona yang datang untuk mengembalikan buku cerita Neona ke rumah. Sialnya Papa yang membukakan pintu dan menyambut anak malang itu dengan pertanyaan bernada ketus. Singkat cerita, anak itu langsung pulang dengan suara bergetar. Sejak saat itu, tersebar berita jangan ke rumah Neona, bapaknya galak. Dan sejak itu, Neona tidak punya banyak teman.
Neona menggenggam kedua tangannya di bawah meja.
Mama menambahkan, kali ini untuk Neona. "Pokoknya Neona kalau ada cowok yang deketin, jangan percaya. Ja-ngan-per-ca-ya," kata Mama penuh penekanan. Selanjutnya Mama menyerukan efek negatif berpacaran yang mana sudah sering Mama dan Papa gaungkan. "Mama dan Papa aja dulu dijodohin, langgeng sampe sekarang, ya, Pa!" Mama dan Papa saling tukar pandang. "Meskipun nggak kenal dulu sih Mama mau, sebelum Papa jadi melebar gini." Keduanya tertawa saling membalas ledekan.
Di tempat duduknya, Neona terpaku dan nyaris berkeringat dingin. Setiap kalimat yang Papa dan Mama lontarkan mengenai pacaran, diam-diam menamparnya berkali-kali. Hubungannya dengan Kafka, meskipun baginya menyenangkan bak mimpi jadi kenyatan, juga membuatnya terpukul oleh perasaan bersalah kepada Mama dan Papa. Dalam hati Neona berjanji bahwa dia akan berpacaran sewajarnya meskipun ia tidak tau kemana arah hubungan sembunyi-sembunyi ini. Neona betul-betul tidak bisa berkata tidak ketika orang yang ia kagumi sejak kanak-kanak, populer di sekolah, dan aktif di kegiatan OSIS itu mengajaknya berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Again
Teen FictionNeona nggak keberatan kalau harus dijodohkan dengan orang yang belum dia kenal. Sayangnya Neona mengenal orang yang akan dijodohkan dengannya. Kafka Balaputradewa. Mantannya! Kini Neona harus berurusan kembali dengan orang yang dulu membuatnya haru...