BAB#7

1.5K 109 1
                                    

JESSENIA HAZEL POV

Selesai menghadiri acara Jogja Fashion Week, aku segera bergegas kembali ke hotel. Entah mengapa perasaan ku, tiba-tiba menjadi tidak tenang. Apalagi di saat aku menghubungi Ayra, dan tidak ada satupun panggilan yang di terima olehnya. Memang, sejak aku tiba sampai sekarang, aku belum mengabarinya. Namun apakah itu penyebab sampai dia marah padaku? Sehingga tidak satupun panggilan ku, yang di terima olehnya.

"Jess, mbak Maya gak tau Ayra di mana. Terakhir dia hanya mengatakan kalau dia di kantor bersama mamanya"

"Itu juga informasi terakhir yang aku terima mbak"

"Gak coba hubungi mamanya aja?"

Aku lalu memikirkan sebentar ucapan mbak Lula, dan kemudian menghubungi tante Wendy.

Satu panggilan,

Dua panggilan,

Hingga panggilan ke tiga, tante Wendy baru menerima panggilan ku.

"Selamat malam tante"

"Selamat malam sayang, ada apa nak?"

"Tante apa kabar?" tanyaku

"Baik sayang. Kamu baik?"

"Baik tante, aku cuma tanya tante mau oleh-oleh apa? Aku hubungi Ayra, tapi gak di angkat. Jadi, aku langsung hubungi tante untuk menanyakannya"

"Astaga, anak itu. Kalau sudah di club, pasti lupa segalanya. Hm, oleh-oleh apa pun, pasti tante terima"

Mendengar itu aku terdiam sebentar, lalu aku lanjut berbicara dengan tante Wendy serta mengakhiri panggilan bersamanya. Aku segera kembali menghubungi pak Soni. Dan tanpa menunggu waktu lama, pak Soni segera menerima panggilan ku.

"Selamat malam mbak"

"Selamat malam pak, bapak sama Ayra?"

"Enggak mbak, kan saya sudah antar mbak Ayra pulang ke apart. Terus kata mbak Ayra, dia sudah ke mana-mana lagi, makanya saya pulang mbak"

"Oke pak. Terima kasih" ucapku dan segera mengakhiri panggilan ku dan pak Soni.

Emosi ku memuncak, aku mengepalkan keras tanganku. Jantungku bahkan memompa begitu cepat. Aku tidak peduli mau seberapa banyak minuman yang diteguknya, atau aku tidak peduli dia mau kemana pun tanpa minta izin dari ku. Tapi bisakah dia mendengarkan ku, agar hanya pak Soni saja yang mengantarkan dia kemana pun, tanpa dia yang harus menyetir sendiri?

"Ayra, di mana Jess?"

"Mbak, pesankan tiket untuk aku pulang besok pagi"

"Kita balik besok? Mbak masih mau liburan"

"Hanya aku, mbak boleh di sini. Nanti, aku minta tolong belikan oleh-oleh buat mamanya Ayra ya"

"Oke Jess, tenangkan pikiranmu" ucap mbak Lula

Aku mengangguk pada mbak Lula, kemudian aku duduk di tepi tempat tidur dengan pikiran yang memang tidak tenang. Sesekali aku memperhatikan handphone milik ku, untuk memastikan apakah Ayra menghubungi ku atau kah tidak? Namun, ku rasa dia sudah mabuk berat saat ini. Tidak satupun panggilan, bahkan tidak satupun pesan yang ku terima. Aku lantas menonaktifkan handphone ku, dan memutuskan untuk mandi.

Menyelesaikan mandi sekitar satu jam, aku kembali keluar dan mendapati mbak Lula sudah tertidur di atas tempat tidurku. Tanpa berniat mengganggunya, aku segera memakai pakaian ku, dan menyalakan ipad, kemudian duduk di sofa, sambil membuka satu persatu foto dan video kekasihku.

Begitu cantik wanitaku, wajah dan suaranya selalu bisa menenangkan pikiranku. Perlahan, kembali air mata ku mengalir, "Erin, apakah kita bisa kembali bersama sayang?"

IgnosceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang