BAB#36

1.3K 83 1
                                    

AUTHOR POV

Paman Romi, yang merupakan kakak tertua, dari almarhum papanya Ayra itu, tetap berdiri menggertak giginya sambil terus menatap Jessenia. Mereka seakan berperang melalui tatapan mata mereka.

Paman Tanto yang melihat itu, segera mendekat ke arah kakaknya, lalu menariknya kembali duduk.

"Jessenia, Aya. Ayo, duduk dulu" ucap Paman Tanto

"Kalian boleh duduk" ucap Tante Naura, adik bungsu papanya Ayra

Keadaan begitu tegang, mereka mungkin marah pada Ayra. Tapi, ucapan paman Romi tadi, sangat menyakiti perasaan semua orang yang hadir di sana. Mereka ingin berucap, namun mereka juga tidak berani, mengingat watak paman Romi yang begitu kasar.

Jessenia dan Ayra kembali duduk sambil terus menggenggam tangan satu sama lain.

"Besok kita akan ada dalam acara yang bahagia, jadi pertemuan malam ini, kita akhiri saja. Kita akan kembali bertemu setelah acara pernikahan ini selesai"

"Untuk apa lagi? Mulai malam ini, keluarga Althario memutuskan hubungan dengan dia dan dia" ucap paman Romi penuh penekanan, sambil menunjuk ke arah Ayra dan mama Wendy secara bergantian.

Semua terkejut, termasuk Ayra dan juga mama Wendy.

"Mas, mereka ini keluarga adik kamu sendiri, tolong jaga ucapan mu" ucap paman Tanto

"Mereka bukan bagian keluarga ini lagi, jika kamu masih melawan, maka itu berarti kamu juga bukan keluarga Althario"

"Mas, tapi ini sudah keterlaluan" ucap tante Naura

"Diam Naura!" Bentak paman Romi sambil memukul keras meja di hadapannya. Bahkan semua ikut terkejut.

Mama Wendy yang sudah tidak tahan lagi, segera bergerak berdiri dari duduknya, "Baik, kami bukan keluarga ini lagi" ucap mama Wendy berjalan dan menarik Ayra serta Jessenia untuk berdiri. Tapi Jessenia menatap mama Wendy serta menggelengkan kepalanya. Dia beralih menatap paman Romi, lalu perlahan berjalan semakin dekat ke arah duduknya paman Romi, "Aku tidak menyangka bahwa ada seorang kakak yang mencampakkan keluarga adiknya sendiri, karena suatu kesalahan yang di buat. Tapi tidak apa-apa, aku cuma mau bilang untuk paman, bibi dan semua yang hadir di sini, agar tetap tenang saja, karena Ayra ku dan mama nya, tidak akan pernah kurang kasih sayang sedikitpun. Baik itu kasih sayang dari ku atau keluarga ku" ucap Jessenia

Paman Romi yang mendengar itu membanting keras gelas di tangannya, dia bahkan berdiri dan menatap Jessenia, sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jessenia, "Kita lihat ke depan, kamu atau saya yang akan menang!"

Jessenia menganggukkan kepalanya, dan tersenyum, "Kita tidak bertanding paman, tapi kalau itu yang paman mau, maka aku akan menunggu waktu itu" ucap Jessenia dengan begitu pelan, lalu menepuk pundak paman Romi dan berjalan menggenggam tangan Ayra dan mama Wendy.

Keluarnya mereka, membuat keadaan semakin kacau, bahkan banyak yang kecewa terhadap ucapan paman Romi. Mereka mulai berdiri, dan meninggalkan tempat itu, sehingga yang tersisa hanya paman Romi beserta keluarganya, dan juga paman Tanto.

Masuk ke mobil, mama Wendy duduk bersama Ayra pada kursi belakang, sementara Jessenia duduk pada kursi yang berada tepat di samping kursi kemudi.

"Pak, bapak sudah makan?"

"Sudah mbak"

"Kita langsung balik Jakarta, nanti kita gantian menyetir mobilnya"

Pak Soni menganggukkan kepalanya, lalu mobil mulai melaju ke arah hotel mama Wendy terlebih dulu, lalu mengambil barang-barangnya, kemudian mereka kembali ke hotel Ayra dan Jessenia.

IgnosceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang