BAB#60

622 60 2
                                    

AUTHOR POV

Menyelesaikan promosi film di Surabaya, dan berlanjut ke Semarang serta Malang. Kini, Ayra dan para pemeran lainnya, mengakhiri promosi film mereka, di Bandung. Sejujurnya, Ayra begitu berat untuk datang ke kota itu lagi, Bukan tanpa sebab, melainkan karena dia masih merasa sakit hati, jika mengingat pertemuannya bersama dengan keluarga dari sang papa.

Setelah selesai acara promosi film, serta berfoto dengan para penggemar, Ayra dan lainnya di arahkan kembali untuk menuju ke hotel.

Tiba di hotel, Ayra dan Maya segera melangkah ke arah kamar mereka, sambil berbincang-bincang.

"Kita langsung balik Jakarta aja yuk mbak"

"Balik pakai apa sayangku? Kita kemarin ke sini kan dari malang, pakai pesawat"

Ayra lantas berdiam sebentar, kemudian menarik dan menghembuskan kasar nafasnya.

"Kenapa? Kamu udah kangen banget sama Jess ya?"

"Salah satunya sih mbak. Tapi, aku gak nyaman aja kalau lama-lama di sini" ucap Ayra, Namun baru ucapan itu keluar dari mulutnya, Ayra seketika berhenti di tempat saat melihat Ayna berdiri di depan kamarnya. Begitu juga dengan Ayna, yang menatap ke arah Ayra.

Dengan langkah lemah, Ayra berjalan hingga mencapai pintu kamarnya, "Aku kan udah bilang gak mau ngomong apapun lagi Na"

"Aku tau, tapi ini penting Aya"

Maya segera membuka pintu kamar hotel, kemudian mereka segera masuk ke dalam kamar.

"Papa ingin bertemu kamu kak"

Mendengar itu, Ayra berbalik menatap Ayna, "Gak"

"Aya, aku mohon"

"Jangan buat aku mengusir mu ya Na"

"Jahat banget. Selain memutuskan panggilan secara sepihak, kamu juga jahat banget kalau mengusir sepupu mu ini"

"Kita bukan sepupu. Kamu lupa?"

Ayna terdiam mendengar itu. Dia juga sebenarnya tidak bisa memaksa Ayra. Jika itu terjadi pada dirinya, maka menurutnya, apa yang di lakukan Ayra saat ini sangat tepat. Tapi, dia juga tidak bisa melawan sang papa. Bisa-bisa, dia yang di makan hidup-hidup.

"Di telpon aja, ngomongnya baik banget. Tapi pas ketemu langsung, galak ya"

Ayra tidak lagi menanggapi ucapan Ayna. Dia melangkah duduk di sofa kamar, sambil menunggu giliran untuk mandi, "Mending kamu pulang deh Na, Jess akan marah besar jika dia mengetahui aku bertemu kalian"

"Apa dia melarang mu?"

"Dia tidak pernah melarang ku, untuk melakukan sesuatu yang membuat ku nyaman. Tapi jika itu tidak nyaman bagi ku, maka dia akan marah pada ku"

"Jadi maksud kamu, pertemuan kita tidak membuat kamu nyaman?"

"Bukan hanya pertemuan, tapi saat aku memiliki komunikasi apapun dengan kalian"

Ayna menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum, dia lantas bergerak dari posisinya, untuk segera kembali keluar dari kamar hotel. Awalnya Ayna merasa sedikit sulit untuk mencairkan suasana ini, namun saat terlintas seutas kalimat yang tidak terpikirkan sedari awal, membuat Ayna langsung meyakini, jika dia mengucapkan kalimat itu, maka sifat Ayra, akan segera mencair.

"Tapi pada kenyataannya, dia malah bertemu dengan ku, tanpa sepengetahuan kamu bukan?" Ucap Ayna dan berlalu keluar dari kamar. Langkah kakinya di buat perlahan, sambil dia terus menghitung angka, berharap Ayra akan memangilnya. Dan ya, Ayra segera membuka pintu kamarnya, dan melangkah menarik Ayna kembali ke kamar hotel.

IgnosceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang