BAB#9

1.5K 108 6
                                    

JESSENIA HAZEL POV

Aku bergerak bangun dari tidurku, namun kepala ku begitu terasa sakit. Aku lantas memutuskan untuk meletakan kembali kepala pada bantal milik ku, sambil memejamkan mata. Tanganku lalu perlahan bergerak ke arah sampingku, mencari keberadaan Ayra. Tapi karena itu terasa kosong, aku lalu memanggil namanya. Dan tak lama, ku dengar langkah kakinya berlari masuk mendekat ke arah tempat tidur.

"Kak, kakak sudah bangun?" Ucapnya sambil menggenggam tanganku, aku juga membuka mataku dan menatapnya, "Kepala ku sakit sekali" ucapku

"Aku ambilkan bubur, kakak makan dan minum obat"

Dia melepaskan tanganku, keluar dari kamar, lalu kembali masuk dengan semangkuk bubur serta segelas air di tangannya.

"Kakak makan ya"

Aku mengangguk setuju, dan dengan cepat dia meletakkan mangkuk dan gelas di tangannya ke atas meja, lalu dia membantu ku bangun dari tidurku, dan membawa ku bersandar pada headboard tempat tidur.

Kembali di ambilnya mangkuk, kemudian dia mulai menyuapi ku, "Kakak kehujanan tadi malam, makanya sakit kan"

"Kamu gak tidur ya?" Ucapku saat menyadari raut wajahnya begitu tampak kelelahan. Dugaanku di perkuat saat aku melihat baskom kecil yang dipenuhi dengan air serta kain di dalamnya, "Kamu menjaga ku dari malam?"

"Aku gak peduli, yang penting kakak sembuh"

Mataku menatapnya, lalu tanganku bergerak mengusap lembut tangannya sebentar, "Terima kasih Ay" ucapku

Aku cuma bisa mengatakan terima kasih berulang kali padanya, atas semua kebaikan yang dia lakukan padaku. Rasanya, aku begitu jahat membawa dia masuk ke dalam kehidupan ku ini. Kehidupan yang masih berputar antara hubungan ku dan Erin.

Dia terus menyuapiku, namun karena aku sudah cukup kenyang, aku lantas menolak bubur yang hendak dia suapi kepada ku.

"Kak, tinggal sedikit lagi"

"Aku udah kenyang kok"

Ayra berdiri dari duduknya, mengusap kepalaku sambil tersenyum, "Aku ambil obatnya kak"

"Iya Ay"

Dia lalu melangkah keluar, dan kembali masuk ke kamar, serta menyerahkan sebutir obat di tangannya, "Setelah minum obat, kakak istirahat dulu"

Aku mengangguk pada Ayra, kemudian segera ku telan obat itu dan meneguk segelas air.

"Kamu tidur juga ya"

"Aku gampang kak, kakak tidur aja dulu" ucapnya dan tersenyum ke arahku.

Setelah itu, Ayra berdiri dari duduknya, serta melangkah keluar dari kamar.

Aku ingin berhenti dari semua ini, tapi ada orang tua ku yang akan kecewa. Bahkan ada Ayra yang juga akan terluka dengan semua. Tapi, aku ingin melangkah ke depan, sementara aku saja, tidak ada perasaan apapun pada Ayra.

Kepala ku yang sakit terasa semakin sakit, aku lalu memejamkan mata ku sebentar, kemudian bergerak kembali untuk berbaring.

Belum aku terlelap, aku merasakan Ayra bergerak naik ke tempat tidur dan berbaring bersama ku.

Membuka mata ku sebentar dan beralih menatap ke arah sampingku, yang di mana aku dapat melihat punggung Ayra yang sedang membelakangi ku. Aku tidak berniat mengganggunya, sampai tiba-tiba aku mendengar suara tangisannya, "Ay" ucapku

Ayra tidak menjawab ucapanku, membuatku bergerak cepat menyentuh dan mengusap pundaknya lembut, "Boleh lihat aku sebentar?"

Perlahan dia memutar tubuhnya menghadap ke arahku, dan kini, aku dapat melihat air mata itu mengalir di pipinya, "Kamu kenapa?"

IgnosceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang